Qatru berjalan bolak-balik di depan meja belajarnya, melihat ke arah luar jendela yang berada di depannya. Qatru menggenggam ponselnya. Dia memikirkan apa yang harus dia lakukan malam ini, ikut orang tuanya atau dateng ke tempat janjian sama sahabatnya atau laki-laki itu?
Pusing.
Qatru scroling layar ponselnya, lalu menekan tombol hijau.
"Em, Van? Maaf banget gue ada acara sama mamah papah" kata Qatru yang mengatakan tidak enak kepada sahabatnya, Vano.
"Beneran gapakan?" Sahut Qatru untuk orang di seberang sana.
"Maaf ya Van" balas Qatru lagi.
Qatru menggenggam lagi ponselnya. Dia merasa tidak enak kepada sahabatnya tersebut, dia tau kalau sahabatnya itu ingin membicarakan sesuatu yang penting. Dan dia tidak mau membicarakannya lewat telpon.
Qatru berpikir lagi, bagaimana dia bilang ke Pandu kalau dia pergi dengan orang tuanya? Dia baru saja bertemu dengan Pandu siang tadi, tidak ada acara tukar nomor telpon bahkan id line atau apalah sejenisnya.
Qatru duduk di sofa di ruanga belajarnya. Memegang dahinya dengan ibu jari dan telunjuknya.
"Kalau besok dia lakuin hal yang konyol, yang memalukan? Aduh! Gila!" Kata Qatru yang membesarkan suaranya seraya berbicara dengan pantulan dirinya.
Qatru mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding. Jam menunjukkan jam setengah sembilan malam. Qatru langsung keluar dari ruangan itu, ruangan kecil yang ada di belakang skat kamarnya.
Qatru melihat long dress terletak di atas kasurnya. Qatru menghembuskan napasnya. Qatru membawa baju tersebut ke kamar ganti, lalu duduk di depan cermin besar.
Long dress yang sengaja di-design oleh ibunya terlihat anggun saat Qatru memakainya. Qatru yang telah memoleskan sedikit makeup di wajahnya langsung menggeraikan rambutnya. Perfect.
Qatru berjalan memasuki mobil keluarganya dengan sepatu sneakers, sepatu yang dia sukai. Ibunya yang telah protes terhadap dirinya karena dia memakai sapatu tersebut dibalas Qatru dengan kecuekannya saja.
"Masih untung aku mau ikut. Jadi mamah gak usah maksa aku pake ini itu, aku gak suka mamah" kata Qatru datar.
Ibunya hanya berdehem.
Mobil mereka meluncur ke hotel berbintang di kota mereka. Qatru turun dengan santai, menggenggam ponselnya. Berjalan di belakang mengikuti orang tuanya. Qatru melihat orang tuanya menyapa seseorang yang berada di salah satu meja yang ada di restoran hotel berbintang tersebut. Lalu duduk di tempat yang sama. Qatru tau pasti orang tuanya akan bersalaman dengan orang tersebut, mau tidak mau Qatru bersalam juga.
"Eh, ini Nada ya? Udah gede" kata perempuan yang ada di depan ibunya Qatru.
"Eem, iya tan" balas Qatru, sedikit grogi.
Qatru duduk berdiam diri, hanya menekan-nekan poselnya seraya membalas chat dari Rain.
"Malam semua!" Kata seseorang yang berada di depan Qatru, yang baru saja duduk.
Qatru tidak mengalihkan pandangannya, hanya menunduk melihat ke arah ponselnya. Tidak lama, ibunya yang duduk di sampingnya menyenggol lengan kanan Qatru.
"Kenapa mah?" Tanya Qatru polos melihat ke arah ibunya, yang berbicara dengan seseorang di depannya, Pinanti. Qatru tau itu Pinanti, karena dia mendengar ibunya menyebut-nyebut nama itu. Ayahnya berbicara sangat serius dengan suami Pinanti.
Qatru melihat ke depan, dia sangat kaget meliha seseorang yang ada di depannya, seseorang yang sangat familiar di matanya.
Laki-laki itu menyipitkan matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HARD
عشوائيRuangan redup ini membunuh rasa lelah hari ini. Suara hujan yang berjatuhan sangat terdengar keras ke dalam gentang telinga yang telah disumbat dengan earphone berfrekuensi tinggi.