SAH (2)

15.1K 1.1K 12
                                    

Azan dzuhur berkumandang, akhirnya kaum Adam bergegas untuk pergi ke masjid. Sedangkan untuk kaum Hawa beribadah di musala terdekat, kecuali Raisya yang salat di rumah bersama Hawwa juga Hummaira karena akan berganti pakaian.

Setelah selesai menunaikan salat dzuhur, ruang dandan untuk pengantin kini digabung. Yang tadinya mereka bersiap-siap masing-masing di tempatnya, kali ini Raisya dan Ibrahim disatukan dalam suatu ruangan yang agak besar, yang penuh oleh cahaya penerangan, tak lupa dengan baju walimah yang sudah tergantung rapi di maneken.

"Kamu cantik sekali menggunakan gaun ini, Sya," ucap Ibrahim spontan saat Raisya sudah terbalut gaun pesta pernikahannya itu.

Raisya tersipu di balik niqabnya. "Terima kasih. Mas Ibrahim juga terlihat tampan dan gagah memakai jas itu."

Ibrahim tertawa kecil. "Gak usah muji balik enggak apa-apa, kok. Saya gak berharap dapat pujian balik."

Raisya hanya diam, tetapi tangannya menerima uluran tangan Ibrahim yang akan membawa ia kembali ke atas pelaminan. Mereka berjalan berdampingan, hingga akhirnya duduk kembali untuk melanjutkan menjadi Raja dan Ratu sehari.

Tamu demi tamu undangan terus bergantian menyalami mereka dari pagi hingga petang. Raisya dan Ibrahim merasa lebih rileks sekarang, tak jarang mereka saling bergurau juga tertawa bersama melihat kelakuan-kelakuan aneh dari teman-temannya.

Ada yang menangis tersedu-sedu karena tak rela ditinggal nikah terlebih dahulu oleh Raisya, ada yang jingkrak-jingkrak karena senang akhirnya Ibrahim bisa menikahi wanita idamannya, sampai ada yang ingin membawa pulang makanan prasmanan. Semua itu tak habis jadi bahan perbincangan antara Ibrahim dan Raisya. Tembok di antara mereka berdua perlahan hancur dan runtuh, hati mereka menghangat, ada rasa bahagia yang memuncak di dalam sana.

Dan tepat pukul 17.00 acara walimah selesai. Semua terlihat sibuk untuk merapikan segala sesuatunya. Begitu pula dengan sepasang sejoli, yang kini sedang beristirahat di dalam ruangan yang khusus disiapkan untuk mereka berdua a.k.a kamar pengantin. Perasaan gugup yang tadinya sudah hilang itu kian kembali menyerang mereka berdua. Rasanya suara jantung mereka terlalu berisik untuk mengisi ruangan yang hening itu. Mereka tak dapat mendengar suara apa-apa selain suara dari jantung juga suara dari hati mereka.

Ibrahim, walau jantungnya terus berdebar, tetapi ia tak ingin melepaskan pandangannya dari istrinya. Seperti ada magnet dari Raisya sehingga memaksa mata Ibrahim untuk tetap terpaku kepadanya. Alangkah cantiknya Raisya yang masih mengenakan baju pengantin. Bahkan walaupun Raisya masih mengenakan niqabnya, Ibrahim dapat merasakan aura kecantikan yang dimiliki Raisya. Karena Raisya memiliki keduanya, cantik hati pun cantik parasnya. Kalimat-kalimat Allah selalu Ibrahim ucapkan, karena ia bisa menikahi salah satu ciptaan-Nya yang indah juga menyejukkan hatinya.

Perlahan, Ibrahim memberanikan diri untuk mengambil langkah lebih dekat pada Raisya. "Sya, saya izin buka niqabmu, ya."
Raisya hanya mengangguk, kemudian tersenyum tersipu dibalik niqabnya.

Ibrahim ikut tersenyum saat ia telah mendapatkan izin untuk melihat wajah yang selalu ia rindukan setiap saat itu.

Deg. Deg. Deg.

Jantung dari keduanya semakin berdegup cepat, Raisya hanya mampu menundukkan kepalanya sekarang, pun Ibrahim yang perlahan mulai membuka niqabnya. Hingga akhirnya, kini wajah cantik Raisya terpampang jelas di mata Ibrahim, yang awalnya Ibrahim langsung menundukkan pandangannya, tetapi ia sadar jika kini Raisya sudah halal untuk dipandangnya.

Ibrahim kembali menatap Raisya, yang disambut oleh semburat merah di pipi Raisya. "Sya?" panggil Ibrahim.

Raisya balas menatap Ibrahim. "Iya, Mas?"

Cintaku Karena Allah ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang