Suara mendesir terdengar keluar dari teko. Tiba-tiba, seorang gadis berambut coklat karamel belarian menuju sumber suara. Mematikan api dari kompor dengan cepat dan ringan.
Sementara matanya tetap fokus pada benda pipih berbentuk persegi panjang.
"Woi, itu tanaman gue belum disiram! Aelah nyewa kurcaci pada kagak becus."
Sejenak, menghentikan permainannya dan ia membuat segelas teh dan tak lupa biskuit yang ia sediakan diatas meja.
"Ini si Kai ngapain deketin Popuri? Eh item kampret, Popuri itu cewe gue!"
"Gak tahu apa susahnya gue dapetin dia. Nih rasain gue bacok lo pake celurit." Biskuit dimulutnya sudah benar-benar habis. Hanya menyisahkan remah-remah yang membuat orang lain merasa jijik jika melihatnya.
"Ella!"
"Anjir lo kak, ngagetin gue aja! Gue kirain siapa." Sumpah serapa yang sempat ia keluarkan kini harus ditariknya kembali karena mengetahui jika makhluk durjana yang menganggunya itu adalah kakaknya.
"Ngapain sih? Fokus banget? Buka situs apa lo? Nonton film jorok ya? Kakak aduin bunda nih." Ancam pria yang tak lain adalah saudaranya sendiri.
"Muka lo yang jorok! gue lg main Harvest Moon. kesel banget gue ama si Kai, udah item jelek mau gangguin Popuri lagi."
Nabil, nama saudaranya. Ia hanya bisa tertawa melihat tingkah laku adik semata wayangnya itu.
Namanya Raquella Lara Zisel Ovelia Cryill, Ella adalah nama panggilannya. Terlahir dengan keadaan yang berbeda dari keluarganya.
Raquella sangat tidak mirip dengan penduduk Indonesia lainnya. Tidak ada sedikitpun wajah Asia padanya.
Matanya berwarna Amber, dengan rambut karamel serta kulit yang putih bersinar membuat siapa saja tidak percaya jika Raquella berasal dari Indonesia. Terutama jika ia mengetahui bahwa Raquella tinggal di Palembang.
"Jadi, apa kabarnya paket gue? Udah lo bungkusin?" Tanya Nabil sembari ikut memakan biskuit milik Raquella sebelum terlebih dahulu dianiaya oleh sang adik tersayangnya itu.
"Noh ada dipojokan. Sama kayak lo kalo nonton bioskop sukanya di pojokan." Matanya tidak terlepas dari ponselnya.
Jika kalian bertanya permainan apa yang sedang dimainkan gadis 20 tahun itu, jawabannya adalah Harvest Moon Back To Nature. Game itu adalah favoritnya, sehari saja ia tidak memainkannya maka ia akan menangis tidak karuan.
"Duit banyak, rumah gede, hewan peliharaan banyak tapi gak berguna juga kalo jomblo kayak gini terus. Si Popuri kapan sih luluhnya sama gue."
"Eh buset! Lo waras Ell nulis kayak beginian?" Nabil nyaris tersedak melihat tulisan yang berada diatas paket yang hendak ia kirimkan ke istrinya yang saat ini sedang berada di luar kota.
'Jangan dibanting, mudah rapuh. Abis ditinggal Raisa nikah. (gak tahu diri juga sebenernya, udah punya anak dua masih suka ama raisa)'
"Kan lo sendiri tadi yang bilang sama gue kalo harus dikasih keterangan itu barang pecah belah, gue bingung mau nulisnya gimana yaudah gue buat kayak gitu aja." jawabnya senang.
"Eh anjir! Tuh kan, apelnya gak sengaja kebuang. Padahal buat Popuri."
Nabil mendengus karena ulah Raquella. Tapi ia juga bersyukur karena adiknya hanya kecanduan game bukan narkoba.
"El, denger-denger itu si Jovan mau masuk asrama ya?"
"Yang bener lo? Kok gue gak tahu? Gak mau pokoknya! Dia gak boleh masuk asrama!"
"Raquella?" Sebuah teriakan durjana yang sudah ditunggu-tunggunya akhirnya datang.
Jovan adalah sahabat dekat Raquella. Padahal ia sering menjadi korban caci maki, pemukulan hingga penghinaan dari Raquella. Sayangnya, pria yang bertubuh tegap dengan kulit sawo matang itu masih mengikhlaskan dirinya untuk menjadi 'sahabat' terbaiknya Raquelle.
"Lama banget baru datang. Abis ngapain aja lo?" hardik Raquella kesal. Bagaimana tidak jika ia sudah menunggu sejak 1 jam lamanya.
"saking lamanya nungguin lo, gue sampe sempat berantem sama di Kai, belum lagi Kakak bilang kalo lo mau masuk asrama, itu bohong kan?" tuntutnya tidak sabar. Jovan hanya tersenyum lebar mendengar ocehan sahabatnya itu.
"Iya bener. Gue pengen jadi orang yang berguna, Ell. Capek jadi babunya lo terus. Sekali-sekali pengen jadi panutan lo."
"Niat amat pengen jadi panutan gue. Eh tapi maaf ya, gue mau ngasih tahu lo sesuatu. Lo gak takut apa masuk asrama terus jadi homo?"
"Lah?"
"Gue serius. Sini dengerin dulu." Raquella merangkul Jovan dan membawanya menjauh.
"Disana itu lo bakalan ketemu sama cowok, tidur sama cowok, makan sama cowok, tiap hari ngeliat cowok terus ntar lama-lama lo suka sama cowok. Gue gak mau lo jadi gitu."
"Jangan percaya sama bisikan setan, Van. Gue dukung lo kok." jerit seseorang dan membuat Raquella meraung kesal.
"Jangan brisik woi kabel blender, punya abang gak guna banget sih." umpatnya kesal.
"Enggaklah, Ell. Tenang aja gue gak bakalan gitu kok. Didepan asrama gue itu ada asrama cewek kok, jadi lo jangan khawatir."
Raquella mendesis karena merasa gagal mempengaruhi sahabatnya itu agar tidak meninggalkannya.
"Gue salah ya cegah lo biar gak jadi homo."
"Ell, tenang aja gue gak bakalan jadi senista yang lo fikirin kok. Gue mau jadi orang baik, kembali ke jalan yang baik setelah selama ini lo buat gue ga lurus terus, lagian Kakak lo juga bilang kalo lo mau balik ke Inggris, bener ya?"
Inggris? Bahkan ia tidak mengetahui itu.
"Mana ada, ngapain juga gue kesana. Orang tua gue itu kan disini."
Raquella menoleh kearah Nabil yang secara bersamaan datang menghampirinya. Tatapan terluka sempat ia berikan pada saudaranya itu.
"Gue anak bunda kan, Kak?" tanyanya lirih.
"Lo anak bunda sama ayah, adiknya gue. Udah jangan sok cantik mau sedih-sedih gitu." Nabil mencubiti pipi adiknya dengan perasaan yang tidak menentu.
Raquella itu memang benar adiknya. Anak Bunda dan ayahnya. Sementara Bunda Alicia hanya wanita yang melahirkan Raquella.
Gimana ini ceritaaaa? Absurd gak sih?
Btw gapapa ya sekali2 buat cerita pake tempatnya Indonesia? Walaupun ntar ujung2nya masih balik ke scene Inggris kok. Sekalian gitu mau promosiin Palembang tempat tinggalnya aku huehehehRespon dong :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raquella
Romance"Princess Raquella! You're late!" "Percuma mas, gue gak ngerti lo ngomong apaan. Dasar bule biji melinjo." "Excusme, Princess, tapi gue bisa bahasa Indonesia kayak lo." "Lah anjir, gue gak bisa bahasa Inggris, ini bule bisa bahasa Indonesia." "Lo...