Raquella 9

201 31 12
                                    

ZAYN P.O.V

"Princess Raquella akan segera sampai ke Istana ...."

Suara itu membuatku menoleh ke arahnya. Entah, rasanya sudah tak sabar bertemu dengan seorang calon ratu Inggris yang selama ini disembunyikan di Indonesia.

Sudah sejak jauh-jauh hari, aku diminta oleh Ibu Ratu Elizabeth untuk mengajari cucunya. Aku bahkan baru mengetahui jika satu kerjaan belum pernah ada yang melihat Raquella, kecuali sang paman, Arthur.

Raquella Lara Zisel Ovelia Cryill, nama lengkapnya. Putri semata wayang dari Pangeran Kenzi Cryill dan Duchess Of Cambridge, Alicia.  Sedikit info yang kuketahui, ia sengaja dilarikan ke Indonesia dan dititipkan pada orang kepercayaan putri Alicia ketika kerajaan Inggris diserang besar-besaran beberapa hari jelang diangkatnya Pangeran Kenzi menjadi raja hingga menewaskannya.

Duchess Alicia sempat nyaris gila ketika suaminya meninggal dan jauh dari anak. Selama belasan tahun, Raquella sengaja disembunyikan dengan alasan yang masih dirahasiakan.

Dan..... Raquella akan menjadi muridku. Murid kepribadianku...

"Kudengar, Princess Raquella sedikit liar," bisik Niall, sang guru berkuda sekaligus sahabatku.

"Liar?"

"Nakal, tak suka diatur dan tak dapat menjaga ucapannya. Tapi entahlah, aku belum pernah bertemu dengannya," sambung Niall.

"Tak apa, kurasa akan menyenangkan memiliki murid seperti itu."

Satu hal lagi yang baru kuketahui tapi belum diketahui sang princess. Jika menapakan kaki ke istana, artinya ia sudah menerima segala konsekuensinya! Termasuk dijodohkan!

Tak perlu terkejut dengan peraturan ini. Semua putri dikerajaan ini memang telah dijodohkan selagi mereka kecil. Bahkan, ketika mereka masih di dalam kandungan.

Menariknya, aku sudah mengetahui siapa yang akan menjadi suami dari Princess Raquella.

"Apakah menurutmu Pangeran Theodore akan menerima calon istri yang nakal dan susah diatur?" bisikku pada Niall.

Pria berambut pirang itu terkekeh kecil. "Entahlah, siapkah sang pangeran menerima istri seperti itu."

Terdengar suara terompet sebagai pertanda jika rombongan Princess Raquella telah memasuki gerbang istana.

Keempat temanku, Niall, Liam, Louis dan Harry yang tadinya sibuk sendiri akhirnya bangkit, memberikan hormat walaupun kami berada jauh dari pandangan sang putri.

Sejujurnya, kami sepakat untuk tidak mendekati putri di hari pertamanya di kerajaan. Atau lebih tepatnya malas!

"Oh, yang itu orangnya. Tak seburuk yang kukira. Sepertinya dia gadis manis," gumam Louis.

"Kita lihat saja nanti," sambungku.

Tak terduga, Princess Raquella menoleh ke arah tempat kami berdiri dan kemudian mengerutkan alisnya, pertanda seperti mengawasi.

"Lihat, dia menoleh ke arah kita," bisik Harry.

"Kuharap dia tak memiliki kemampuan mendengarkan pembicaraan seseorang dari jarak jauh..." timpal Liam.

"Welcome to the game, Princess Raquella. Aku akan menjadi guru yang kejam untukmu." aku terkekeh geli. Seperti merasakan semangat yang berapi-api untuk membully sang ratu.

Pada hari pertama, aku masuk ke dalam kelas dengan semangat yang bagus. Untunglah, sejak kecil, para putri dibiasakan berbicara dengan bahasa Indonesia demi kenyamanan Princess Raquella kelak yang akan pulang. Dan kini, mereka sudah pandai berbahasa Indonesia.

RaquellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang