Raquella P.O.V
"Jadi, kapan lo mau ninggalin gue?" tanyaku malas.
Sebenarnya aku tidak ingin manusia setengah siluman ini pergi meninggalkanku. Karena hanya dia orang terikhlas dan paling tabah mendengarkan caci makian serta hinaanku padanya.
"Mungkin tiga hari lagi. Kenapa? Takut kangen lo ya?"
"Pengen banget ya lo dikangenin barbie kayak gue?"
"Lo barbie? Hhahah ngaca dulu njir, mana ada barbie kucel kayak lo."
"Lo bilang gue kucel? Biji mata lo kelilipan naga? Liat nih kulit gue itu saking mulusnya sampe nyamuk aja kepeleset." Aku tidak terima dengan hinaan terlaknat seperti itu.
"El, gak ada sejarahnya barbie dadanya rata kayak papan cucian gitu." Spontan, aku menunduk kebawah dan memperhatikan ukuran dadaku yang memang tergolong kecil.
"Awas ya besok gue tambahin kertas. Biar lo kaget." Hardikku tidak terima. Lihat saja, kalau kertas tidak cukup besar, aku akan menambahkan balon yang diisi dengan air.
Operasi plastik? Jangan deh, mahal!
Jovan tertawa hingga terbahak-bahak, dasar manusia unfaedah!
"Eh coba sini gue ajak berandai-andai dulu." kutarik tangan Jovan dengan keras sehingga ia terjungkal didepanku.
"Sakit, Ell!"
"Gitu aja ngeluh sakit, gimana kalo lo diasrama nanti? Dipukul2in gitu, kepala lo dibotakin, belum lagi resiko jadi homo, nggak banget kan?"
"Lo kenapa sih dari kemarin jelek-jelekin asrama mulu, gak takut kualat?"
"Bodoh ah!"
Aku memukul-mukuli lengannya dengan kesal. Kenapa harus Jovan yang pergi ke asrama? Kenapa tidak Kak Nabil saja? Eh, jangan juga deh. Bisa mati kelaparan anak-anaknya kalau dia masuk asrama.
"Ell?"
"Apalagi? Kayaknya seneng banget gitu ya manggil-manggil nama gue?" gerutuku marah. Dia lupa jika 10 detik yang lalu telah membuatku marah?
"Lo lupa kalo hari ini gue ulang tahun?"
Anjiirrr!!
Aku benar-benar lupa. Maafkan Raquella, Ya Allah. Raquella tidak bersalah, yang salah si Jovan kenapa ulang tahunnya kecepetan.
"Lo ultah tiap minggu ya? Perasaan baru kemarin gue traktir lo beli mie goreng sebagai kado ulang tahun lo." Jovan menjitak kepalaku dengan keras. Sial! Kalau saja bukan sahabatku, pasti aku sudah mengutuknya menjadi uang seratus ribu dan kemudian kubawa belanja!
"Ingetan lo gitu-gitu aja? Itu dua tahun yang lalu, woi!"
"Terserah deh. Hidup gue udah terlalu capek mikirin gimana cepet dapet duit di Harvest Moon buat nikahi Popuri."
"Nah kan! Lo sekarang jadi lesbi ya? Suka sama Popuri?"
"Kan di Harvest Moon karakter gue jadi cowok. Tolong begonya jangan di pura-purain deh!"
Jovan kembali tertawa hingga memegangi perutnya. Apa yang lucu?
"Oh iya, gue gak tahu mau ngucapin apaan sama lo."
"Gak ada manis-manisnya banget sih jadi cewek."
"Harapannya terserah lo, deh. Yang penting jangan cepet mati aja, kalo lo mati gue temenan sama siapa?" kuberikan senyuman yang paling terindahku padanya. Pria berkulit sawo matang itu menatapku aneh.
"Apaan?"
"Traktir dong, beliin gue pempek atau enggak lenggang aja."
"Lenggang mahal, kampret."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raquella
Romance"Princess Raquella! You're late!" "Percuma mas, gue gak ngerti lo ngomong apaan. Dasar bule biji melinjo." "Excusme, Princess, tapi gue bisa bahasa Indonesia kayak lo." "Lah anjir, gue gak bisa bahasa Inggris, ini bule bisa bahasa Indonesia." "Lo...