Raquella 5

299 52 11
                                    

Seorang wanita dengan raut wajah nyaris sempurna mendekatiku. Kuperhatikan matanya yang berwarna biru bersih, hidungnya yang runcing serta bibirnya yang tipis membuatku berfikir siapa wanita ini. Belum habis aku bertanya, dia segera memelukku dan menangis.

Dramatis banget aelah....

"Mama merindukanmu....," bentar, siapa? Mama? Bule cantik ini emak gue?

"Mama?" tanyaku kebingungan, menuntut penjelasan.

Bunda datang dan berdiri disebelahku, "Ini ibu kamu, sayang. Bunda Alicia," jelas bunda. Aku terdiam.

Wanita yang menyebutkan jika dirinya adalah ibuku itu menangkupkan kedua tangannya di wajahku, lalu menangis tersedu-sedu.

"Kamu mirip dengan Ken," isaknya. Kok lucu ya dengar orang barat ngomong bahasa Indonesia? R malah berubah jadi L.

"Maafin bunda, Bunda rindu Raquella. Bunda fikir tidak akan pernah bertemu kamu," cicitnya. Kalo dilihat-lihat, warna rambutnya memamg mirip denganku.

"Dua puluh tahun lamanya bunda menunggu waktu ini, kamu yang selalu bunda perhatikan dari foto saja," ihh, kok ngeri ya? Sejak kapan dia punya foto gue.

"Ibu Ratu....," ibuku sedikit membungkukan badannya ketika seorang wanita tua dengan pakaian mewah mendekati kami.

Dia memeluk dan menciumi kedua pipiku, airmata juga menetes. "Selamat datang pewaris kerajaan Inggris," sambutnya.

"Ibu ratu, Raquella memiliki mata Ken. Sama persis mirip seperti ayahnya," tukas Bunda Alicia bersemangat.

"Ya kali gue disama-samain dengan orang mati," potongku tidak terima.

"Raquella!" tegur ayah, aku menoleh dengan asal. Apakah aku salah karena menolak disamakan dengan orang yang telah tiada?

"Maafkan Raquella, Ibu Ratu. Dia sedikit nakal," jelas Bunda Nyayu.

Ibu Ratu beralih kepada Bunda, menarik tangannya dan menciumi kedua tangannya secara bergantian hingga membuat Bunda merasa tidak enak.

"Jangan lakukan itu, Ibu Ratu,"

"Terimakasih telah menjaga dan membesarkan Raquella di tempat yang aman. Aku tidak tahu bagaimana caranya berterimakasih padamu. sampai saat ini, kau tetap orang kepercayaanku,"

"Dia harapan terakhir Ken semasa hidupnya. Andaikan dia masih hidup, Ken pasti akan bahagia karena melihat Raquella sudah sebesar ini, aku bersyukur dia dapat selamat dari tragedi kelam itu," tragedi apaan sih? Hidup gue kayak penuh tragedi banget deh.

"Bunda berjanji tidak akan meninggalkan Raquella sendirian lagi, tidak akan pernah ada yang bisa menyakitimu, Mama berjanji," ujarnya.

"Aelah jadinya bunda apa mama nih? Ell kan bingung," tuntutku kesal. Siapa coba yang gak kesel punya orang tua labil kayak gini?

Bunda tertawa kecil lalu kembali menciumi kedua pipiku. "kamu mau panggil bunda kan? Tidak apa-apa, Mama setuju. Panggil saja bunda," Lha, masih ada kata mamanya....

Bundaku cantik, cantiiiiikkkkk banget malah. Raisa mah kalah!

Oh tidak! Tuhan, jangan sampai Kak Nabil naksir sama bunda!

Cepat-cepat kucari keberadaan kak Nabil. Rupanya dia tengah mengawasiku dari jauh.

"Woi, kak?"

"Apaan?"

"Noh, bunda gue lebih cantik daripada Raisa! awas naksir, inget anak bini dirumah," ejekku. Dia hanya tersenyum miring.

"Iya gue gak nyangka bunda Alicia secantik itu, tapi kenapa anaknya seseram ini? Produk gagal ya?" hinanya. Aku mencubiti pinggangnya dengan kesal.

RaquellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang