Kamsahamnida, Seungkwan-ah

3.1K 291 5
                                    

Suatu hari, saat aku jatuh. Aku akan mengingat bagaimana aku mencintaimu dan aku yakin aku akan bangkit hanya dengan mengingat itu.

"Untuk apa kau kesini? Untuk memastikan aku hidup menderita!" Aku memandang lembut pria yang sejak tadi menundukkan kepalanya. Jari-jarinya tak dapat diam. Menandakan kegugupan.

"Apakah kau baik-baik saja" Aku merasakan tubuhku bergetar. Rasanya bukan aku saat mengeluarkan kata-kata seperti itu pada orang yang sudah merenggut kebahagiaan orang yang aku sayangi.

"Cihh..Apakah kau bercanda" Pria bernama Seungcheol itu mencibir.

"Cihh. Terlihat aneh kan. Bahkan aku tidak percaya aku mengatakan itu" Aku mencibir, merasa jijik pada diriku sendiri. "Tapi sayang, aku terperangkap dalam lingkungan yang mengubahku menjadi seperti ini. Kau masih mengingat kenapa kau ada disini?" wajahku pasti memerah. Karena aku merasakan panas disekujur tubuhku saat memandang Seungcheol dengan baju birunya.  Aku berdiri dan mendekatkan wajahku padanya, tapi kaca tebal membatasi gerakku untuk mendekatinya. "Ibu dan anak keluarga Boo. Orang-orang yang sama sekali tak tahu menahu tentangmu dan keluargamu. Keluarga yang dengan hati besar mengiklaskan semua yang terjadi pada mereka. Kau tahu saat aku bilang kau melakukannya karena kau kesal keluargamu bangkrut, mereka menanyakan apakah tidak ada cara agar perusahaannya bangkit kembali. Wanita yang sudah kau hancurkan tulang kakinya masih sempat memikirkanmu." Tubuhku tegang menahan marah. "Tapi asal kau tahu. Mungkin ayahku kasar mengusir ayahmu saat memohon bantuan. Tapi itu karena dia tahu perusahaan ayahmu tak dapat ditolong lagi. Cepat atau lambat pasti akan runtuh juga. Karena isi perusahaanmu hanya omong kosong. Banyak mafia didalamnya. Ayah Seungkwan sudah menyelidikinya dengan teliti dan mungkin kau tidak tahu, ayah Seungkwan berusaha memberikan solusi pada ayahmu untuk memperbaiki sistem yang ada dan membuang tikus-tikus yang menggerogoti perusahaan ayahmu. Tapi dia terlalu percaya diri untuk menyelesaikannya dengan caranya. Ayahmu yang tak mau belajar memperbaiki diri. Ayahmu yang mengijinkan perusahaannya bangkrut. Beberapa kali tuan Boo mendatanginya untuk membuat kesepakatan. Hanya karena Dia tahu, kau dan adikmu menggantungkan  masa depan kalian dari perusahaan itu." aku mengepalkan tangan dan menggigit telunjuk tanganku untuk menekan amarahku. Rasanya aku ingin membakar tempat ini. Aku melihat Seungcheol menatapku tak percaya. Tapi air matanya sudah menunjukkan bahwa dia sudah luluh. "Ayah Seungkwan yang membantu ayahmu lepas dari para pemegang saham dengan menjadikan dirinya penjamin seluruh hutang ayahmu. Sehingga kau tak perlu melihat ayahmu di penjara. Tapi ayahmu bukannya bangkit. Dia lebih memilik mabuk-mabukan. Menghabiskan malam-malamnya di tempat yang merusak tubuhnya. Apakah masih salah ayahku jika ayahmu terkena serangan jantung?" Aku memasang wajah minta jawaban. Tapi yang kudapati hanya sosok yang tak ubahnya seperti daun kering. Rapuh dan siap hancur. "Apakah kau masih layak melakukan kejahatan pada keluarga yang sudah membantumu. Jikapun kau ingin membalas. Kau membalasnya padaku, bukan mereka." Tubuhnya merosot ke bawah. Aku tahu bagaimana sakitnya mendapatkan kenyataan yang tersembunyi selama ini. Rasa penyesalannya lebih besar dari apapun.

"Aku hanya ingin membuatmu menderita. Aku tak pernah bermaksud membuat wanita itu cacat" Seungcheol tetap menunduk. Celana birunya sudah basah oleh air mata. "Karena kau tak dapat disentuh. Maka aku mencari cara lain untuk menghancurkanmu. Aku hanya ingin melihat wajahmu yang menyedihkan. Aku hanya tahu, bahwa aku harus menghancurkan orang yang kau sayangi. Maka tanpa berpikir panjang, aku menyerangnya. Aku benar-benar tak tahu jika mereka adalah orang yang sudah menolong kami. Aku terlalu marah dengan keadaan keluargaku yang tiba-tiba hancur dan ayahku yang meninggal. Aku berpikir, harus ada yang bertanggung jawab atas semua yang kami alami" Aku merasa sudah cukup untukku mendengar semuanya. Aku sudah melihatnya menyesal. Itu sudah cukup bagiku. Maka aku pergi dari ruangan itu tanpa sepengetahuannya. Seungcheol masih meratapi perbuatannya. Penyesalannya sudah cukup sebagai hukuman untuknya.

YOU'RE MY NAMJA, ARASSEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang