Ajeng Maharani

177 4 0
                                    

Profil Penulis

Hanya seorang ibu rumah tangga yang pada akhirnya memilih untuk menulis dan mencintai buku, untuk tetap menjaga kewarasan. 

Author ANIMUS: Seven Days (LovRinz Publishing - 2014) dan ANIMUS: Drizzle (Novel Nusantara). Cerpen-cerpennya pernah dimuat di harian Suara Merdeka, Solopos, Padang Ekspres, Radar Mojokerto

***

Kali ini #AuthorView mengundang penulis keceh yang tulisannya mungkin sudah kalian kenali di website NNBerikut hasil interview Orionara kemarin ~

Yep, kita sambut Mbak Ajeng Maharani.. ^_^ 

Berikut hasil interview Orionara kemarin ~

1. Halo Mbak Ajeng, selamat datang di grup KANOI dan salam kenal juga ^^ ~ Oke langsung aja ya heheh ~ Secara garis besar novel ANIMUS ini menceritakan konflik seperti apa ya Mbak? Boleh kasih sedikit bocorannya heheh  :D 

A: Salam kenal juga Kak Aiu, tengkyu banget sudah diizinkan berbagi cerita di KANOI. Jadi gini, sesuai dengan judulnya (Animus : bentuk lain dari kata 'hate'), novel ini mengisahkan bagaimana sikap manusia saat berhadapan dengan kebenciannya sendiri, juga kebencian dari orang-orang sekitarnya.

2. Dari manakah Mbak mendapatkan inspirasi untuk novel ANIMUS ini?

A: Dari mana yaaa ((^^)) jadi malu ditanya begitu hehehe. Dari pengalaman sendiri. Konon, pada zaman dahulu kala (uhuk uhuk) saya tuh punya rasa benci yang sangat besar, sampai-sampai punya niat jahat inilah, itulah (eeittsss jangan ditiru ya, nggak baik). Akhirnya saya mikir, orang di luar sana, apakah mereka juga mengalami hal yang sama seperti saya? Lalu, apa yang mereka lakukan ya saat menghadapi perasaan seperti itu? Nah, dari pertanyaan ini saya mulai ingin menulis novel yang bertema kebencian manusia, tapi ingin yang lain daripada yang lain.

3. Apa yang membuat Mbak Ajeng tertarik mengambil genre Thriller untuk tulisannya?

A: Secara naluri, saya lebih suka sesuatu yang menantang, sesuatu yang nggak datar, sesuatu yang memiliki kejutan-kejutan, sesuatu yang bikin saya tidak bisa berpaling dari apa yang saya baca atau yang saya lihat (film). Saya suka film horor dan thriller. Mungkin karena itu akhirnya saya tertarik ingin menulis genre ini.

4. Apa kendala terbesar Mbak Ajeng saat menulis novel ANIMUS ini? Dan bagaimana cara menyelesaikannya?

A: Rasa bosan. Novel ini ditulis ketika saya ikut program menulis novel dalam satu bulan di suatu grup FB. Karena baru kali itu saya menulis cerita yang panjang, jadi pas tengah bulan saya mengalami kebosanan dan sempat stuck dan berhenti nulis selama seminggu. Akhirnya saya habiskan waktu dengan nonton film. Banyak film. Apapun saya tonton, sampai akhirnya mood saya keluar kembali.

5. Pesan seperti apa yang ingin disampaikan Mbak Ajeng pada pembaca lewat novel ANIMUS ini?

6. Boleh ceritakan sedikit tentang karakter yang ada dalam novel ANIMUS ini, Mbak? Dan karakter mana yang menjadi favorit?

A: Ada banyak karakter di novel ini, karena novel ini berisi empat cerita yang berbeda, tapi masih memiliki satu ikatan benang merah. Seperti Salsa si penyanyi dangdut yang tersandung kasus video mesum dengan seorang oknum dewan. Ari si pembunuh bayaran yang dikirim untuk menghabisi Salsa. Yana, pemuda kaya yang mencintai seorang anak petani, Nara, yang sangat dibenci kedua orang tuanya. Guntur, lelaki penebang kayu yang jatuh hati dengan penduduk pribumi. Cuwa, gadis suku asli yang bisa mendengarkan suara-suara. Dan Bunga, yang gigih, pemaaf, dan wanita yang setia walaupun sudah dikhianati.
Saya paling suka dengan karakter Cuwa, karena Cuwa ini adalah sesuatu yang ingin saya tunjukan pada pembaca, bahwa gadis yang polos pun bisa termakan kebencian dan menjadi 'gila'. Karakter paling jahat di novel ini.

7. Apa kiat-kiat Mbak dalam menulis genre thriller? Kalau boleh sedikit tips buat yang mau menulis genre thriller.

A: Seseorang pernah bilang pada saya: Bacalah sesuai kebutuhanmu. Saat ingin nulis cerpen, bacalah cerpen. Saat nulis novel, bacalah novel. Begitu juga buat genre thriller, untuk menimbulkan feel ketegangan yang kuat, bagaimana mengelolah alur, dan bagaimana menyimpat kejutan-kejutan, ya kita juga harus membaca novel dengan genre yang sama, atau menonton film-film thriller dan mempelajari semuanya di sana.

8. Selain thriler apakah Mbak terpikir untuk mencoba di genre lain? Misalnya seperti romance atau remaja mungkin?

A: Haha. Iya pernah. Fantasi dengan tokoh remaja pernah. Romance juga pernah. Tapi lebih nikmat nulis thriller hahaha *plak!!

9. Melihat profil Mbak Ajeng aku melihat kalau novel Mbak terbit di lini indie dan website novel, apakah punya keinginan untuk mencoba penerbit mayor?

A: Pengen bangeetttt. Beberapa hari yang lalu seorang kawan menghubungi saya dan mengajak saya untuk go ke sana. Saya setuju dan bersyukur sekali diberi info, tapi saya ingin kerjakan satu per satu dulu. Karena kontrak kerja di NN ini menguras habis waktu dan pikiran saya (tapi saya menikmati prosesnya) dan saya sedang menyiapkan novel untuk ke sana (mayor) saat ini. Insya Allah ...

10. Bagaimana kesan Mbak Ajeng pada novelnya yang terbit via website. Misalnya bagaimana reaksi pembaca ataupun royaltinya?

11. Terakhir, harapan seperti apa yang Mbak inginkan untuk penulis di Indonesia, terutama yang menulis di genre thriller?

A: Tetap semangat. Jangan patah semangat walaupun (jujur nih ya) pembaca genre ini masih sangat sedikit di negara kita. Selama kita terus meningkatkan kualitas tulisan kita dan mengolahnya semenarik mungkin, genre thriller pun nggak akan kalah pamor dengan genre lainnya. Pembaca kebanyakan menyukai kisah cinta yang melarat-larat, jadi bubuhi percintaan tokoh-tokoh novel thriller kita, supaya bisa menarik pembaca. So, mari terus menulis. Nikmati prosesnya dan serahkan hasilnya pada Tuhan.

***

Host: 

Authorview-Profil Para Penulis KeceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang