=Extra Part=

565 26 0
                                    

Internasional Hospital of AS-

Didalam ruangan serba putih itu terdapat seorang gadis cantik dengan berbagai alat ditubuhnya. Wajahnya yang pucat serta kelopak matanya yang tak lagi membuka sejak satu bulan lalu.

Ya benar dia Grista. Afrilla Grista Devota. Gadis cantik yang sekarang berstatus sebagai tunangan Gibran. Ia tengah terkapar lemah diruangan serba putih penuh alat itu. Grista mengidap penyakit kanker tulang yang kemungkinan sudah terjadi sejak lama. Namun, dengan cerdasnya Grista menyembunyikan itu sampai akhirnya rahasianya tersebut terbongkar satu bulan yang lalu.

Grista yang pingsan secara tiba - tiba dikampusnya akhirnya dibawa menuju UGD rumah sakit terdekat. Sampai disana Grista langsung mendapat penanganan khusus. Setelah itu orang tuanya dipanggil oleh dokter yang menangani putri semata wayanganya itu. Dokter itu mengatakan bahwa Grista mengidap penyakit kanker tulang lebih tepatnya kanker sum - sum tulang belakang staduim 4.

Kabar itupun sampai pada telinga Gibran. Yang berposisi sebagai tunangan Grista saat ini. Hancur seketika hati Gibran mendengar kabar tentang tunangannya tersebut.

Gibran meninggalkan segala pekerjaan, meeting penting, bahkan kuliahnya. Ia langsung menuju bandara dan siap terbang menuju negara dimana Grista berada.

◐◐◐◐

Satu bulan berlalu kondisi Grista tetap sama dia tetap tidur tanpa menghiraukan orang disekeliling yang sudah sangat merindukan, bahkan terlampau kawatir dengan kondisinya.

Operasi sudah dilakukan namun tetap sama Grista tetap memejamkan matanya tanpa membukanya bahkan hanya untuk sedetik saja.

Pagi ini dengan semangat Gibran menjenguk Grista. Seperti kebiasaannya selama satu bulan ini. Sebelum berangkat kerja Gibran menyempatkan untuk menjenguk Grista walau hanya beberapa menit. Gibran memilih mengurus perusahaan papanya yang ada di Amrik agar dapat menjenguk Grista setiap saat.

"Pagi sayang.." sapa Gibran sambil menaruh sebucket bunga mawar putih dinakas Grista setelah itu dia duduk dikursi samping ranjang Grista

"Kamu kapan bangun sih? Kamu gak kangen sama aku apa? Apa kamu udah lupa kalo punya tunangan seganteng dan sekece aku sampe kamu tidur selama ini?" Ujar Gibran seakan - akan Grista menjawabnya. Namun, nihil hanya suara pendeteksi jantung yang menggema diruangan ini.

Gibran menggapai jemari Grista kemudian mengecupnya dengan tulus dan penuh harap. "Bangunlah sayang. Aku tau kamu kuat bahkan lebih kuat dariku. Kumohon bangunlah. Pernikan kita kurang tiga bulan lagi. Apa kau tak ingin melihatku yang semakin hari semakin tampan?" ujar Gibran dengan nada memohan dan sangat memilukan.

"Oh iya aku mau ngasih tau ke kamu. Nanti malem aku bakal nyanyiin lagu buat kamu. Lagu buatanku sendiri dan khusus untukmu. Apa kau tak ingin melihatku bernyanyi sambil bermain gitar? Atau bernyanyi bersama? Ayolah sayang bangun" pinta Gibran lagi.

Memang benar Gibran menciptakan lagu untuk Grista. Dia berharap Grista akan bangun karna hiburan yang ia persembahkan nanti malam. Hasil karyanya untuk orang tercintanya itu.

"Em.. sudah waktunya aku pergi sayang. Pagi ini aku ada meeting. Aku harap saat aku pulang nanti kau sudah membuka mata cantikmu. Kau tau aku sangat. Sangat. Merindukanmu. Bangunlah. Semua orang disini merindukanmu sungguh" ucap Gibran tulus sambil mengecup kening Grista cukup lama setelah itu turun pada kedua matanya yang terpejam, pipinya dan berakhir pada bibir ranumnya sekilas.

Setelah itu Gibran beranjak pergi menuju kantornya. Dikursi tunggu ruangan Grista telah duduk wanita berkepala 4 yang masih terlihat cantik. Mama Grista.

"Pagi tante" sapa Gibran sambil menutup pintu ruangan Grista

"Pagi sayang" jawab Mama Grista disertai senyumnya.

Rainbow In The Stain RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang