Chapter 14

1K 103 6
                                    

"Fi... Fi... Ficil,"suara yang terdengar bersamaan dengan pena yang ditusuk-ditusukkan ke punggungnya berhasil membuat konsentrasi Ficil terpecah-belah.

Alhasil, Ficil pun mengambil secarik kertas dan menulis.

Ada apa? Lo kan tau Bu Nur kaya apa. Yang ada kalo gue noleh ke belakang malah diusir lagi.

Setelah itu, ia meremukkan kertas tersebut dan mengirimnya ke bangku belakang.

Adrian yang sedang asik mengganggu Ficil pun langsung menghentikan aktifitasnya. Ia menerima kertas tersebut dan membacanya, membuat senyuman terlukis di wajahnya.

Hehe, sorry. Ntar pulang sekolah temenin gue, dong.

Adrian kembali meremas kertas tersebut dan mengirimnya lewat samping meja, yang langsung diterima oleh Ficil. Hal tersebut tentu saja dilihat oleh Bima karena ia duduk di samping Ficil, namun ia membiarkan kesibukan dua insan itu berlanjut tanpa berniat untuk mengganggu mereka sama sekali.

Setelah membaca pesan tersebut, Ficil akhirnya menoleh ke belakang. Ia mengernyitkan keningnya. Sembari was-was dengan Bu Nur—guru biologi yang terkenal kelewat galak, Ficil berbisik kepada Adrian.

"Ngapain?" Tanyanya pelan, namun dapat ditangkap oleh Adrian dengan baik.

"Temenin gue beli handphone, hp gue pecah dibanting sama—"

"ITU YANG LAGI SURAT-SURATAN, KELUAR!!!"

***

"Duh, gue capek nih," keluh Ficil sambil terus menatap bendera dengan posisi hormat.

"Gue juga. Gila, hukuman kayak gini masih ada juga apa ya? Kuno amat tuh guru," Adrian menyeka keringatnya.

"Gimana kalo kita cabut aja?" Usul Adrian.

"Gila ya lo?! Itu si satpam kembarannya Maddog lagi ngawasin kita!" Tolak Ficil. Pasalnya, kalau saja mereka mencoba kabur, hukumannya bisa lebih parah lagi. Seperti, membersihkan gedung olahraga sekolah yang besarnya minta ampun.

"Lo gak liat, ya? Kan maddog udah pergi daritadi." Jelas Adrian. Hal itu spontan membuat Ficil berhenti melakukan hukumannya. Ia menatap Adrian kesal, lalu tangannya memukul kepala Adrian.

Adrian pun langsung mengusap-usap kepalanya, tak menyangka mendapat serangan mendadak. "Aish! Kenapa gue dipukul, sih?"

Ficil memajukan bibirnya, kesal. "Kenapa nggak bilang daritadi? Kan kita bisa kabur daritadi kalau kek gini." Gerutunya.

Adrian hanya terkekeh, tanpa merasa bersalah sedikit pun. "Ke kantin yuk!"

***

"Siomaynya dimakan kali, Fi." Ujar Adrian sambil memasukkan siomay miliknya ke dalam mulut.

"Au ah gue, gak laper." Ketus Ficil. Matanya sibuk menatap layar ponsel sambil melihat timeline instagramnya.

Adrian yang melihat reaksi Ficil menjadi bingung. "Lo kenapa sih? Lo lagi PMS ya? Ooh, jadi lo PMS di akhir bulan ya? Oke deh, gue tandain tanggalnya dulu ya. Biar gue siap mental ngadepin lo tiap akhir bulan," canda Adrian sambil terus menatap Ficil, menanti jawaban dari cewek yang duduk di hadapannya saat ini.

Ficil tak menanggapi. Ia bahkan tal ingin menatap Adrian saat ini. Ia benar-benar kesal karena gara-gara Adrian ia justru juga ikut-ikutan diusir dari kelas.

Karena Ficil tetap mengabaikannya, Adrian pun menopang dagunya dan berpose duck face, sehingga ia terlihat cute. Membuat beberapa cewek yang tak sengaja lewat kantin langsung terpesona. Namun Adrian sama sekali tak perduli dengan hal tersebut. Ia terus-terusan menatap Ficil, menunggu jawaban. Cewek itu tetap diam dan sibuk dengan ponselnya, walaupun ia menyadari bahwa cowok yang membuatnya terusir dari kelas sudah menatapnya daritadi. Adrian terus menatap Ficil, tak perduli kalau cewek itu akan tetap mengabaikannya. Ia kemudian tersenyum, jantungnya berdetak semakin cepat ketika ia menatap Ficil.

MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang