Me : ada apa?
Dean : gue boleh minta tolong gak?
besok kan Audrey ultah,
gue mau kasih surprise
Me : tau dari mana klo Audrey
ultah?
Dean : udahlah, lo kan
sahabatnya, please besok lo
ajak dia di cafe yg baru
buka itu
Me : kenapa gak lo aja?
Dean : takutnya klo gue yg ngajak,
dia malu dan gak mau
dateng
Me : ok
Dean : thanks before
Me : hmSetelah tau tujuan Dean nge-chat gue, pupus sudah harapan gue. Eh, harapan apa? Please, Shine, jangan egois.
[Audrey's POV]
I'm tired of being tired. Sepulang sekolah, gue langsung masuk kamar dan merebahkan diri di kasur. Gak lama, HP gue bunyi.
Shine : selamat ya, lo diajak Dean
ke Cafe Dream yg baru
buka kemarin. Mungkin lo
mau ditembak
Audrey : beneran? Kok dadakan
banget sih?
Shine : pokoknya lo entar malem
gue jemput, jangan lama2Rasa lelah seakan sirna setelah baca pesan dari Shine. Pokoknya gue harus pake outfit terkece yang gue punya.
Malam yang paling ditunggu tiba. Setelah mungkin 1 jam, 2 jam, entahlah, memilih baju, akhirnya gue mutusin buat pake dress putih selutut dengan cardigan biru dongker.
Gak lama, suara klakson mobil pribadi keluarga Shine berbunyi. Gue langsung turun, menggunakan flatshoes coklat dan langsung masuk mobil Shine. Udah lama gue nebeng sama Shine. Dia juga begitu. Tanpa pikir panjang gue pun langsung masuk.
"Shine, lo nanti mau nungguin atau gue pulang sendiri?" Tanya gue memecah keheningan.
"Enak aja, pulang aja sendiri!" Jawab Shine dengan wajah ketus. Kenapa Shine jadi gitu? Ah, mungkin dia lagi gak enak badan.
Setelah hampir 10 menit perjalanan, gue sampai di "Cafe Dream". Hmm, tempat yang nyaman juga. Cocok banget buat nongkrong. Kapan-kapan, gue ajak Shine ke sini.
Setelah turun di halaman cafe, gue langsung melangkahkan kaki ke pintu cafe dan....
"Surprise!" Suara itu mengagetkan gue, disusul suara terompet yang bersahut-sahutan. Tapi, kenapa banyak temen-temen gue? Seketika muncul sedikit rasa kecewa di hati gue setelah mengetahui tidak hanya Dean di sana. Setidaknya, gue masih bisa ketemu dia.
"Makasih ya, temen-temen. Gue kira kalian lupa, hehe," kata gue hampir menangis terharu.
Setelah hampir 2 jam gue makan-makan bareng mereka, gue pun pulang.
"Eh, mau gue anter?" Tanya Dean, sambil memegang lengan gue. Apa-apaan ini? Ngajak pulang bareng?
"Enggg, enggak usah, gue bisa naik taksi," jawab gue canggung.
"Yaudah, gue pesenin taksi, nih uangnya buat ongkos," ujarnya sambil menyodorkan dua lembar seratus ribuan.
"Makasih," jawab gue singkat.
Sambil menunggu taksi, gue sesekali main hp dan gak sadar kalo Dean masih di samping gue.
"Drey, lo liat deh bintang di langit itu," kata dia tiba-tiba sambil menunjuk salah satu bintang paling terang di langit malam.
Gue pun mendongak, lantas bertanya, "iya, kenapa?"
"Gue pengen jadi kayak bintang itu. Dia rela meledak demi memancarkan sinarnya yang paling terang,"
"Apaan sih, kayaknya dia ngarang deh," gumam gue dalam hati.
Seaakan tahu apa yang gue pikirkan, Dean pun menjawab "gue ngaco ya? Maafin deh, hehe, gue gak sepintar lo,"
"Okey, gapapa, lo juga pinter kok," pinter buat gue nge-fly, jawab gue sok santai.
Obrolan kita pun harus berakhir karena taksi sudah datang. Gue pun naik dan tersenyum sendiri selama perjalanan mengingat obrolan yang mungkin sangat berarti bagi gue.
Long time no update, soalnya stuck dan banyak tugas. Maaf ya ☺
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me : Tears Behind the Smile
Fiksi Remaja-Bukan sahabat namanya kalo belum menyukai orang yang sama- Dia Audrey Kayla. Seperti siswa kelas 12 pada umumnya, dia suka nongkrong dan hang out bareng teman. Dan sampai akhirnya, sahabat setianya menyukai orang yang sangat Audrey cintai. Ps : ada...