Permen Karet

124 15 0
                                    

Permen karet itu kembali mengingatkan Alya pada kenangan di masa SD dulu. masa-masa saat Bagas suka mengganggunya.

Saat itu, Bagas berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali. Bagas adalah orang pertama yang tiba di sekolah. Ia berangkat sepagi itu hanya untuk menempelkan lima buah permen karet di kursi Alya.

Hal itu merupakan bentuk pembalasan dendamnya pada Alya karena Alya sudah melaporkan kenakalan Bagas pada wali kelas, hingga Bagas diskors selama lima hari.

Alya masih ingat betapa lucunya ekspresi Bagas ketika Alya tidak jadi duduk kursinya, dan Alya segera membuang permen karet itu. Alya adalah anak yang teliti, jadi mana mungkin dia bisa mudah dijahili.

Tidak hanya sekali dua kali Bagas menjahili Alya, melainkan sering sekali. Bagas pernah mengagetkan Alya dengan petasan, menyembunyikan alat tulis Alya ketika ulangan, bahkan Bagas pernah melempar buku matematika Alya ke sungai.

Namun, Alya tak lagi melaporkan Bagas ke wali kelas. Bukan karena takut, melainkan karena Alya merasa kasihan pada Bagas.

Jika ia melaporkannya sekali lagi ke wali kelas, maka Bagas akan di skor lagi dari sekolah atau bahkan dikeluarkan dari sekolah. Meskipun Bagas sering sekali mengganggunya, Alya tidak tega jika harus melihat Bagas dikeluarkan dari sekolah.

                         ***

"Hai!" Ucap seorang siswi menyapa Alya.

"Hai!" Ucap Alya sambil tersenyum.

"Kamu siswi baru ya?" Tanya gadis itu lagi.

"Iya." Alya menjawab seperlunya.

"Aku Lia, kelas XI.IPA.5" Ujarnya sambil tersenyum ramah, mencoba memperkenalkan dirinya.

"Aku Alya. Senang bertemu denganmu, Lia! Oh ya, tadi kamu bilang kelas XI.IPA.5? Aku juga kelas XI.IPA.5. Apa kamu bisa mengantarku ke kelas?" Tutur Alya panjang lebar.

"Tentu saja. Ayo!" Ucap Lia.

Tentu saja Lia mau mengantarkan Alya ke kelas. Bagaslah yang menyuruhnya menemui Alya di taman dan menyuruhnya mengantar Alya ke kelas.

Tak lupa, Bagas juga menyuruh Lia untuk menjaga Alya dari anak-anak nakal yang mungkin ingin mengganggu Alya.

Lia dan Bagas sudah berteman semenjak kelas X. Mereka berdua sempat satu kelas di kelas X, namun sekarang mereka terpisah kelas. Bagas duduk di kelas XI.IPA.1, sedangkan Lia duduk di kelas XI.IPA.5.

Tak lama kemudian, Lia dan Alya pun tiba di kelas mereka. Alya mendapat sambutan yang baik dari anak-anak kelas XI.IPA.5. Menurut Alya, mereka semua sangat baik padanya. Alya duduk sebangku dengan Lia.

"Lia, boleh aku tanya sesuatu?" Ujar Alya.

"Boleh. Kamu mau tanya apa?" Ujar Lia sambil tersenyum.
Gadis ini memang memiliki wajah yang menyenangkan. Meskipun Alya baru mengenalnya, tapi rasanya Alya sudah kenal lama dengan Lia.

"Kamu kenal Bagas Guntara?"
Tanya Alya penuh rasa ingin tahu.

"Iya. Dia dulu teman sekelasku di kelas X.7." Jawab Lia santai.

"Dia kelas berapa sekarang?" Tanya Alya lagi.

"Kelas XI.IPA.1." Jawab Lia.

Alya terkejut. Ia berpikir, bagaimana bisa Bagas masuk kelas unggulan?

"Bagas anak yang rajin juga cerdas." Lanjut Lia.

"Rajin dan cerdas?" Alya mengulang kalimat terakhir yang diucapkan Lia, namun dengan intonasi nada bertanya.

"Iya. Dia anak yang rajin dan cerdas. Dia juga selalu meraih peringkat pertama di kelas." Tutur Lia.

"Benarkah yang dikatakan Lia? Bagaimana mungkin Bagas yang dulunya suka mencontek ketika ulangan, kini sudah bermetamorfosis menjadi anak yang rajin dan berperingkat 1." Alya bertanya-tanya dalam hatinya.

"Sepertinya kamu kenal Bagas?" Tanya Lia.

"Iya. Dia dulu teman SD-ku." Ujar Alya.

"Kamu suka yah sama dia?" Goda Lia.

"Hahaha. Enggak lah, orang aku benci banget sama dia. Dia sering banget ngejahilin aku, dulu." Ujar Alya.

Untuk Bagas (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang