"Bagas.. Tunggu!" Teriak Alya ketika melihat Bagas yang sedang berjalan, lima meter di depannya.
Percuma saja, Bagas tidak mendengar Alya karena Bagas sedang mendengarkan musik lewat earphone yang terpasang di telinganya.
"Bagas!" Alya berteriak sekali lagi, namun Bagas tetap tidak mendengarnya. Bagas terus berjalan menuju gerbang sekolah.
Bagas pun sudah jauh berjalan dan tak terlihat lagi oleh mata Alya. Alya sudah tidak bisa mengejar Bagas. Hingga Alya berniat untuk meminta maaf saat di halte nanti, atau saat di dalam bis.
"Masih banyak kesempatan!" Pikir Alya.
Akan tetapi, saat Alya hendak berjalan melewati gerbang sekolah, Alya melihat para siswa yang sedang berkerumun.
"Ada apa?" Tanya Alya kepada salah seorang yang ada disana.
"Ada kecelakaan, Alya! Sepeda motor berwarna merah tadi melaju kencang lalu menabrak Bagas, hingga tubuh Bagas terpental jauh. Bagas pingsan, ah maksudku penuh darah disana. Di tubuh Bagas!" Ucapnya menjelaskan dengan terbata-bata.
Tubuh Alya mendadak lemas. Keringat dingin mengalir di dahinya. Kakinya gemetaran saat melihat Bagas tergeletak di tepi jalan, dengan tubuh yang penuh darah.
Kemudian, Bagas ditandu oleh beberapa guru dan siswa lainnya. Lalu dimasukkanlah Bagas ke dalam mobil ambulance, dan siap dibawa ke rumah sakit.
Lia tiba di depan Alya dengan membawa sepeda motor.
"Alya, ayo kita ke rumah sakit!" Ucap Lia yang siap membonceng Alya.
Lia tahu apa yang tadi direncanakan Alya, yaitu rencana Alya untuk meminta maaf pada Bagas. Lia juga sangat mengetahui perasaan sahabatnya itu, perasaan Alya pada Bagas.
Setelah Alya naik ke jok belakang, Lia pun segera mengemudikan sepeda motor itu secepat mungkin.
SEBELUM SEMUANYA TERLAMBAT, ALYA HARUS MENYAMPAIKAN PERMINTAAN MAAFNYA PADA BAGAS!
Setibanya di rumah sakit, mereka langsung mengejar Bagas. Bagas kini tengah berada di atas brankar, bersama beberapa perawat yang hendak membawanya ke ruang ICU.
Disana juga ada orang tua Bagas, yang terus menangis melihat kondisi putranya sekarang.
"Bagas, dengarkan aku!" Ucap Alya setengah beeteriak.
Bagas yang setengah sadar itu, masih bisa mendengar dengan jelas suara Alya dan juga suara kedua orang tuanya yang sedang menangis dan menciuminya.
"Bagas, maafin aku! Aku minta maaf, selama ini aku selalu berburuk sangka sama kamu." Ucap Alya sambil menangis, Lia pun ikut menangis.
Bagas tersenyum, meski banyak luka di tubuhnya, meski banyak darah yang membasahi bajunya.
Hanya senyuman yang bisa Bagas berikan terakhir kali untuk Alya, Lia, dan juga kedua orangtuanya.
Mulut Bagas kaku, tak bisa berbicara sepatah katapun untuk mereka. Penglihatan Bagas pun semakin kabur. Bagas merasa kesakitan di seluruh tubunya.
Tepat di depan pintu ruang ICU, saat beberapa perawat hendak memasukkannya ke dalam ruang ICU, Bagas menutup matanya. Pergi untuk selamanya. Bagas tidak tertolong.
Alya menjerit histeris, orang tua Bagas pun menangis tak kalah histerisnya ketika melihat putranya yang sudah tak bernyawa lagi. Alya pun terus menangis tak henti - hentinya, meski ia sempat melihat Bagas tersenyum saat menutup matanya.
***
"Kamu Alya, kan?" Tanya ibunya Bagas seusai pemakaman dilangsungkan.
"Iya, Tante!" Jawab Alya sambil tersenyum, meski hatinya terasa perih karena kepergian Bagas.
"Terima kasih, nak. Karena kamu,Bagas berubah jadi anak yang baik." Ucap ibunya Bagas sembari menyeka ujung matanya.
"Maksud Tante apa ya?" Tanya Alya tak mengerti.
"Kalau saja dulu kamu tidak melaporkan kenakalannya pada wali kelas, mungkin Bagas tidak akan berubah. Mungkin, Bagas akan tetap menjadi anak yang nakal seperti dulu." Ucap ibunya Bagas.
"Kamu adalah motivasi buat Bagas, nak! Bagas sering menceritakanmu pada Tante. Dia bilang, kamu adalah cinta pertamanya. Bagas juga pernah bilang; dia akan menjadi anak yang pintar, karena ganteng saja tidak cukup untuk menaklukan hati kamu." Lanjutnya lagi sambil tertawa getir.
Mendengar semua yang dikatakan ibunya Bagas itu, Alya kembali terisak. Kemudian berhambur ke pelukan ibunya Bagas.
Alya terus menangis terisak. Jauh di dalam lubuk hatinya, Alya juga mencintai Bagas. Menjadikan Bagas yang teristimewa di hatinya. Meskipun kini, Bagas telah tiada.
Bagas, tunggu aku! Aku tahu, mulai hari ini alam kita tak lagi sama. Tapi aku mohon, tunggu aku sampai suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi! -Alya
-END-
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Bagas (Completed)
Short StoryDia adalah Bagas, cinta pertamaku. -Alya Rank: #37 dalam cinta monyet (07-03-2020)