- END - || Thank You || - END -

6.1K 1K 107
                                    

Lihat...

Saat pintu hatinya terbuka...

Kau bisa lihat pemandangan yang indah...

Senyum dan tawa tulus darinya...

_______________

Setelah bersiap dan merapikan rambut, (Name) pun siap menuju gym. Jam 06.00.

'Oh, sudah dimulai.' pikir (Name) bergegas keluar kamarnya lalu menguncinya.

Dengan lari kecil, hanya perlu lima menit untuk sampai ke gym. Sesampainya di gym, (Name) dihadapkan oleh tim yang sudah selesai memasang perlengkapan untuk pelatihan.

"Ohayou," sapa (Name).

"Ohayou!!" balas mereka.

(Name) mengangguk lalu melihat papan putih yang menunjukkan jadwal pertandingan hari ini.

Shiratorizawa vs Karasuno
Seijoh vs Fukurodani
Datekou vs Nekoma

(Name) bergumam pelan, hendak melangkah masuk tapi—

"(Surname)."

Semua menjadi sunyi saat suara yang familiar memanggil nama (Name).

(Name) baru saja berencana memutar tubuhnya lalu menjawab dengan ucapan, 'Ada apa, sensei?' tapi tiba-tiba ia dipeluk seseorang yang membuatnya tidak bisa bergerak.

"Maaf, sensei." ucap seseorang yang memeluk (Name), "Tapi kami sangat memerlukan (Name) sekarang."

"Aku hanya akan berbicara sebentar dengannya." sahut kepala sekolah.

"Berbicara?" muncul suara baru di sebelah (Name), "Memarahinya lebih tepatnya, bukan begitu Ayah?"

Luna hanya mengangkat sebelah alisnya pada ayahnya.

"Berani sekali kau berbicara seperti itu pada ayahmu, Luna."

"Tapi Ayah lebih berani dengan membandingkan prestasiku dulu dengan prestasi (Nickname)-chan sekarang. Jujur saja, prestasi (Nickname)-chan lebih baik dariku." ungkap Luna.

(Name) yang mendengar ucapan kakak sepupunya hanya bisa tertegun.

'Apa... yang Luna-nee katakan itu benar?'

"Jika ayah tidak ada tujuan lain selain memarahi (Nickname)-chan, kumohon dengan sepenuh hati untuk tidak menganggu pelatihan ini." pinta Luna tetapi dengan nada memerintah.

Semua orang yang melihat sisi baru Luna ini hanya merinding ketakutan.

Baru kali ini mereka melihat seorang anak bisa memerintah ayahnya!

Kepala sekolah hanya memutar bola matanya lalu mengangguk.

"Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku kagum dengan usahanya selama ini, walaupun aku selalu membandingkan dirinya dengan dirimu." jelas kepala sekolah lalu tersenyum kecil, "Dan aku ingin minta maaf kalau selama ini sikapku membuatmu tersinggung, (Name)."

(Name) berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menatap kepala sekolah dengan menoleh ke belakang karena kepala sekolah berada di belakangnya.

"Tidak apa-apa, sensei. Aku bersyukur kalau usahaku selama ini membuat sensei kagum."

Kepala sekolah hanya mengangguk singkat lalu memberikan tatapan mengancam pada Luna, "Dan kau, jagalah sikapmu jika ingin tetap merasakan masakan buatan ibumu di Jerman."

I Called They MiraclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang