Part 1. Dia, Lovanya Zita

37.8K 1.5K 96
                                    

Shila mendorong pintu kaca di depannya. Kaki langsingnya melangkah masuk ke Kafe Voloti ini. Matanya memindai kesuluruhan isi ruangan. Suasana tempat ini masih cukup ramai meski dua jam lagi akan ditutup.

Begitu mengamati interior kafe modern unik ini, matanya langsung disuguhkan pemandangan furniture yang dominan berwarna hijau dan juga desain dinding yang kreatif. Warna tersebut langsung menyejukkan matanya, ditambah lagi dengan lighting yang pas dan corak lantai polos yang mengimbangi kemeriahan desain lainnya.

Desain dinding kafe ini cukup unik. Tidak hanya polos seperti kebanyakan tempat lain, kafe ini membuat dindingnya menarik untuk berfoto. Di beberapa wilayah, dindingnya akan dihiasi lukisan tiga dimensi. Sedang di wilayah lain, dihiasi dengan lukisan hand lettering yang kreatif.

Di sana juga terdapat sebuah meja bar yang menggunakan kombinasi bahan batu granit yang ditambah lampu pada bagian dalamnya, sehingga nampak menyala unik pada malam hari seperti ini. Untuk bagian bawah mejanya, dibuat dengan menggunakan polywood yang dilapisi dengan aluminium brush.

Shila tentu tahu bagaimana sang pemilik kafe begitu memikirkan baik-baikk keseluruhan desain tempat ini. Pemilihan warna yang didominasi warna hijau pun, Shila tahu alasannya dikarenakan sang pemilik ingin tempatnya terlihat nyaman, tentu selain dikarenakan warna tersebut adalah favoritnya.

Tapi Shila tidak mempunyai banyak waktu untuk mengangumi tempat ini beserta asal usulnya. Matanya langsung tertuju ke pojok kafe dekat kaca, tempat di mana biasanya orang tersebut duduk.

Dan kali ini sama seperti biasanya. Orang itu ada di sana, duduk dengan nyaman menghadap sebuah laptop. Ia tidak peduli kalau di antara semua orang di sini, hanya ia yang duduk sendirian. Orang tersebut nampak fokus pada apa yang ditampilkan di laptopnya.

Sambil mengembuskan napas panjang, Shila berjalan menuju orang tersebut. Terdengar suara ketukan high heels sepuluh sentinya saat berjalan.

Ketika melewati beberapa meja, banyak pasang mata yang menatapnya. Oh, bahkan sejak turun dari mobilnya yang ia letakkan di parkiran kafe ini, penampilannya sudah membuat orang-orang melirik.

Penampilan wanita itu tentu menarik perhatian karena terlihat mencolok dan berbeda sendiri. Di antara orang-orang yang berpakaina casual di sini, hanya Shila yang berpenampilan seolah akan menghadiri sebuah party.

Make up yang terlihat jelas menghiasi wajah cantiknya beserta gaun merah yang melekat pas di tubuh idealnya, membuat banyak pasang mata kaum adam terus mengikuti.

Shila terus melangkah cepat dengan menjinjing clutch-nya, tidak menghiraukan orang-orang yang jelas memandanginya seolah ia salah tempat di sini. Tujuannya kemari hanya satu, yaitu menemui si pemilik kafe yang dengan teganya tidak mengangat-angkat teleponnya sejak dua jam yang lalu.

"Aku gak nyangka kamu beneran gak mau menemani aku," ucap Shila langsung begitu ia mendaratkan bokongnya di kursi depan orang tersebut.

Orang tersebut tetap diam, masih sibuk dengan sesuatu di laptonya. Tidak ia pedulikan Shila yang merajuk di hadapannya, seolah Shila itu kasat mata, sama seperti orang-orang yang berkeliaran di kafe miliknya.

Shila mendengus keras karena diabaikan. Ia lalu berdeham keras dan berucap dengan nada naik satu oktaf. "Lovanya Zita, I'm talking to you."

Perempuan bernama Lovanya Zita itu akhirnya menggerakkan mata untuk menatap Shila. Selanjutnya, ia tersenyum tipis, tidak terpengaruh dengan Shila yang memasang tampang jengkel.

"Hai, Shil. Kok cepat pulangnya?"

Shila lagi-lagi mendengus. "Jangan memasang tampang polos tanpa dosa itu, Zita. Kamu tahu kenapa aku pulang cepat."

Voloti (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang