Part 5. Another Jerk

9.5K 1K 13
                                    


Kemarin, Zita pulang ke rumah ketika sudah larut malam. Ia dan Shila baru keluar dari mal setelah tempat itu akan ditutup.

Sisa hari kemarin, benar-benar dihabiskan Zita untuk menangis sepuasnya di dalam bioskop. Ya, hanya di dalam tempat itu saja air mata Zita keluar. Sekeluarnya dari tempat itu, air matanya sudah tidak ia tumpahkan lagi.

Selesai menonton satu film, kembali ia mengajak Shila menonton film sedih lainnya. Shila yang memaklumi, mau tak mau menemani Zita saja.

Setidaknya Shila bersyukur, cara Zita menumpahkan emosinya bukan dengan pergi ke club dan mabuk-mabukan. Tentu saja Zita tidak akan melakukan hal tersebut. Perempuan itu pantang menyentuh minuman beralkohol.

Pagi ini Zita bangun seperti biasa, seolah melupakan kalau kemarin ia sudah menangis sepuasnya. Selesai shalat subuh, ia keluar kamar dan menuju dapur. Ia membantu ibunya menyiapkan sarapan.

Tak lama kemudian, keluarga itu telah berkumpul di meja makan. Sudah menjadi rutinitas mereka untuk selalu berkumpul saat sarapan, berbeda jika pada saat makan siang dan makan malam. Keempatnya makan dengan tenang, sesekali terdengar keributan kecil antara Denis dan Danis yang mempermasalahkan sekolah mereka.

Zita menyudahi sarapannya lebih dahulu. Ia lalu minum, dan tetap duduk di sana, menunggu sampai semuanya juga telah selesai.

“Kemarin sore, Dimar ke sini, Zi,” ucap ibunya memecah keheningan di ruang makan tersebut.

Zita nampak tidak terkejut, seolah bisa menduga kalau lelaki itu suatu saat akan mendatanginya langsung.

“Dia ngapain ke sini, Bu?”

Anna memandang Zita lurus-lurus, seolah meneliti apakah dugaannya benar. “Ya mencari kamu. Tapi tidak lama kok. Setelah Ibu kasih tahu kalau kamu sedang keluar bersama Shila, dia langsung pamit pulang.”

Zita manggut-manggut saja mendengarnya.

“Zi,” panggil Anna lagi, memaksa agara anaknya mau mendongak dan balas menatapnya.

Zita berhenti memainkan sendok di tangannya. Dia pun akhirnya menegakkan kepala. “Iya, Bu?”

“Kamu sama Dimar … baik-baik saja?” tanya Anna setelah melihat lagi jari manis Zita yang sudah tidak memakai cincin.

Pertanyaan Anna membuat Zita cukup terkejut. Ia tidak mengira secepat ini ibunya bisa menebak hubungan ia dengan Dimar. Denis dan Danis pun ikut-ikutan memberti tatapan tanda tanya kepada Zita.

Tidak berniat berbohong, Zita pun menggelengkan kepala.

“Jadi, rencana pernikahan Kakak sama Kak Dim, gimana?” Danis duluan yang bereaksi, membuat Zita menatap adik perempuannya itu dengan pandangan tenangnya seperti biasa.

“Ya, batal,” jawabnya ringan.

Ketiga orang itu terkesiap. Denis bahkan langsung melongo kaget, tidak mau repot-repot menutupi keterkejutannya. “Hah? Beneran batal, Kak? Memangnya kenapa?”

“Dimarnya selingkuh,” ucap Zita singkat, merasa cukup memberi informasi itu saja.

“Kamu tidak salah paham kan, Zi? Mungkin saja kamu salah tanggap. Coba dulu bicarakan baik-baik dengan Dimar,” nasihat Anna.

Zita akhirnya menghela napas. Ia yang semula memutuskan untuk tidak memberi tahu alasan rincinya, akhirnya memutuskan untuk bercerita. “Zita gak salah paham, Bu. Kemarin Zi lihat sendiri kalau Dimar tidur sama wanita lain.”

Hening langsung menyelimuti ruangan itu. Ketiga orang itu langsung menatap Zita dengan tampang terkejut sekaligus nanar yang tidak ditutup-tutupi lagi. Terlebih lagi Anna. Meski tahu Zita berusaha bersikap tenang, ia tentu mengerti kalau anaknya itu pasti sedang shock berat. Berita itu tentu cukup menggemparkan. Tidak menyangka Dimar yang selama ini dikenal sebagai lelaki baik-baik, bisa bersikap seperti itu.

Danis yang duduk tepat di sebelah Zita, langsung bangkit berdiri dan memeluk kakaknya penuh sayang. “Yang sabar ya, Kak. Udah lupain aja Kak Dimar yang brengsek itu. Kakak sama Kak Kenzie aja.”

Kalimat terakhir Danis langsung dihadiahi jitakan oleh Zita. Asal saja adiknya itu berbicara. Kapan Kenzie kembali saja Zita tidak tahu. Ah, mengingat lelaki itu, membuat dadanya kembali merasa sesak. Kali ini, rasanya lebih menyakitkan dibanding mengingat kelakuan Dimar.

***

Voloti (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang