Weird, weird, weird!

4.5K 204 11
                                    

Cuaca dingin menyelimuti kota Seoul, tidak terasa musim salju sudah semakin dekat. Seorang gadis duduk di sebuah kursi panjang di taman kota sore hari itu. Ia mendongakkan kepalanya sambil memejamkan mata, menikmati sisa-sisa musim panas yang masih ada. Dinginnya udara dan langit yang mulai menggelap tak membuat ia beranjak dari tempat duduknya. Ia mengulang kembali memori lima tahun lalu. Ditempat yang sama dimana ia termenung sekarang, bersama kedua orang tua dan adiknya, Park Sanghyun. Taman kota menjadi saksi bisu dimana ia kehilangan kedua orang tuanya sekaligus didepan matanya. Bagaimana kedua orang tuanya menjadi korban pembunuhan orang yang tidak dikenal. Memori menyedihkan itu masih terus menghantui setiap malamnya. Mengerogoti pikirannya. Membuat ia selalu merasa bersalah atas kejadian yang terjadi terhadap kedua orang tuanya. Menyalahkan dirinya atas segala yang terjadi kepada adiknya dan kedua orang tuanya.

Ia menghembuskan nafas panjang, kejadian itu masih segar di ingatannya. Seperti baru saja terjadi.

"Noona" suara lelaki membuyarkan lamunannya.

"Sanghyun-ah" ia melambaikan tangannya.

"Ayo kita pulang"

"Baiklah" jawab ia singkat lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju arah rumahnya.

Ia sebelumnya adalah seorang gadis periang dengan senyuman hangat yang selalu menghiasi wajahnya. Sesulit apapun masalah yang ia hadapi, ia selalu tersenyum. Namun setelah kejadian naas tersebut, ia menjadi pemurung dan pendiam. Lebih memilih untuk menyendiri dibandingkan bersosialisasi dengan gadis seusianya.

"Hmm.. Noona.."

"Iya?" Sahutnya sambil terus menelusuri jalan.

"Soohyun hyung kemarin menghubungiku, dia mengundang kita untuk datang ke pesta perusahaannya.... Kalau kau mau... Aku dan Bom noona...."

"Aku tidak ikut. Bersenang-senanglah" potongnya.

"Ayolah noona... kau sudah berkepala tiga, kau juga harus bersenang-senang, noona"

"Umur hanyalah angka, Sanghyun-ah" katanya sambil mendongak melihat wajah adiknya yang lebih tinggi dari pada dirinya.

"Aku tahu, tapi, ayolah! Tidak setiap hari kita bisa pergi ke pesta seperti ini"

"Tidak. Kau langsung pulang. Aku akan ke supermarket untuk membeli bahan makanan kita"

"Aku ikut" jawab Sanghyun memegang lengan kakaknya sambil memperlihatkan senyuman termanisnya.

"Aigoo. Lihat dirimu"

"Kajja!! (Ayo)"

Ia tersenyum tipis melihat tingkah imut adiknya, satu-satunya keluarga yang ia punya. Harta yang paling berharga baginya.
———•———•———•———•———

"Dara-yah!!" Pekik Bom ketika melihat sahabatnya keluar dari café tempat ia bekerja.

"Ada apa? Aku tidak punya banyak waktu"

"Aigoo! Kau benar-benar! Kenapa kau begitu sibuk? Apa manajer itu tidak memberimu waktu istirahat? Biar aku bicara lagi padanya. Bukankah aku sudah mengatakan padanya untuk tidak memberimu pekerjaan berat? Aku sudah memberitahunya kalau kau hanya harus menjadi kasir. Apa aku harus memecatnya?" Cecar Bom.

"Park Bom. Bukankah kita sudah bicarakan hal ini sebelumnya?" Potong Dara.

"Baiklah. Padahal aku sudah menawarimu untuk menjadi stylish pribadiku, tapi kau menolaknya" ujar Bom sambil melipat tangan didepan dadanya.

"Sylish? Bahkan selera fashionmu sangat berbeda dariku. Kau cuma memberikan uangmu tanpa membiarkan aku bekerja, Bom-ah. Kau tau aku tidak mau makan gaji buta. Aku tidak mau dikasihani"

How To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang