Dara's Effect

1.5K 156 12
                                    

"Jiyong-ah! Tidak biasanya kau datang tanpa memberitahu eomma, nak" sambut ibunya begitu melihat anak lelaki tampannya datang.

"Aku membawakanmu kejutan untukmu, eomma" ucap jiyong lalu menunjuk kearah pintu masuk. Mirae berdiri tepat di pintu masuk sambil menundukkan kepalanya. Malu.

"Mirae-ah! Aigoo~ putriku~" seru ibunya dengan mata yang mulai basah. Ia begitu merindukan anak gadisnya ini.

"Eomma.."

Dara mendorongnya pelan dari belakang agar ia masuk kedalam rumah. Mirae menatap Dara jengkel. Dia ingin pulang. Dara menatapnya dengan tatapan 'Hey! Bukankah ini rumahmu? Ingat tujuanmu datang kesini' . Mirae menarik napas panjang lalu akhirnya dia maju dengan ragu-ragu.

Ibunya menyambutnya dengan pelukan. Pelukan hangat seorang ibu yang begitu merindukan anak perempuannya. Seorang orang tua tunggal yang ingin kembali bersama anak kesayangannya.

"maafkan eomma, hum?"

"Harusnya aku yang minta maaf, eomma" jawab Mirae menunduk. Menyembunyikan air matanya yang sedari tadi mengalir.

Momen mengharukan ibu dan anak setelah dua tahun berpisah. Keduanya tampak tidak dapat dipisahkan.

Jiyong berinisiatif mengajak Dara untuk pergi dari tempat itu menuju ke taman disamping rumah. Mereka duduk di kursi panjang yang ada di taman itu.

"Terima kasih" kata Jiyong sambil menatap lurus ke depan.

"Apa?" Dara yang sedari tadi mengagumi taman itu kini menatap Jiyong. Mengerutkan alisnya bingung.

"Terima kasih sudah menjadikan Mirae anak yang penurut. Terima kasih sudah berada disisi adikku"

"Tidak. Bukan aku. Itu semua atas kemauannya sendiri. Aku tidak melakukan apapun"

"Tetap saja. Aku berterima kasih padamu"

Dara tersenyum.

Jiyong ikut tersenyum, "hanya dalam beberapa bulan kau bisa mengubah cara berpikirnya yang kekanak-kanakan itu. Ya... Meskipun sifatnya tetap kekanak-kanakan"

"Kau hanya perlu berkomunikasi, Ji. Masalah sebesar apapun, aku yakin bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik. Aku yakin kau tau itu. Kau seorang bussinesman"

Jiyong terkekeh. Baru wanita ini yang berani menasehatinya seperti ini. "Ya. Ya. Aku akui, aku jarang ada waktu untuk Mirae. Bahkan untuk sekedar berbicara atau mendengarkan keluh kesahnya"

"Luangkan waktumu, Ji. Mirae hanya butuh waktumu........"
-----------------------
Jiyong's POV

Akhir-akhir ini aku sering memperhatikannya. Memperhatikan cara ia memperlakukan Mirae. Cara ia berbicara pada Mirae. Memperhatikan bagaimana dia tersenyum. Senyum. Bukankah akhir-akhir ini aku juga sering tersenyum?

"Selamat pagi, Mr. Kwon" sapa karyawanku pagi itu entah kenapa aku membalasnya.

"Selamat pagi" balasku. Aku bahkan tersenyum

Aku memperhatikan karyawan yang lainnya, menatapku heran. Biasanya aku hanya melewati mereka sembari mendengarkan penjelasan dari sekretarisku entah itu tentang jadwal meeting atau hasil dari perundingan kerja sama perusahaan. Apa aku sudah melakukan hal yang bodoh?

Ini sudah menjadi rutinitasku, disapa dan menyapa. Seperti yang dilakukan Dara setiap pagi dan malam.

"selamat pagi, Jiyong"
"Selamat malam, Jiyong"
"Oh! Kau sudah pulang?"
"Mau kubuatkan segelas kopi? Atau mungkin teh?"
"Kau belum tidur? Mau ditemani?"
"Hey! Bukankah tidak sopan mengabaikan seseorang yang sedang berbicara padamu?"
"Apa pekerjaanmu berat hari ini?"
"Apa ada yang bisa aku bantu?"
"Sleep well, Jiyong"

How To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang