Bab 9 - Gemintang II
Lokasi pembuatan gudang baru dengan hotel tempat Bening menginap tidaklah terlalu jauh. Dia juga sudah menitipkan Kevyn di TPA hotel, jadi dia dapat bekerja dengan tenang. Bening kini sedang mensurvey lapangan bersama dengan beberapa direksi dan juga Alden beserta sekertarisnya. Keduanya belum ada bertegur sapa karena harus fokus mengurus pekerjaan mereka. Bening juga tidak ingin ambil pusing, walaupun kenyataannya dia sangat ingin mendengar suara Alden menyapanya.
"Jadi bagaimana? Konsep yang saya ajukan sudah cocok dengan kontur lahan bukan?" tanya Alden kepada direksi perusahaan Bening. Sementara itu, Bening tidak lepas dari buku catatan dan penanya untuk mencatat apa saja yang dibicarakan orang-orang penting itu.
Di dalam hati Bening merutuk, "Kenapa lama sekali selesainya."
Rupanya Mahira sedari tadi memperhatikan Bening yang sedikit jenuh. Dia pun berusaha mendekat ke arah Bening dan berbisik, "Sabar ya Mbak, sebentar lagi juga kita makan siang."
Bening yang mendengar kata-kata Mahira itu hanya bisa meringis malu karena ketawan berwajah bete. "Ah saya hanya ingin cepat kembali ke hotel saja," ujar Bening yang akhirnya memilih curhat karena kepalang tanggung sudah ketangkap basah mending basah sekalian.
"Loh gak ikut makan siang dulu Mbak?" tanya Mahira heran.
"Saya makan di hotel saja nanti," jawab Bening singkat.
Tidak ada perkataan lebih lanjut dari Mahira, dia hanya mengangguk singkat saja. Terlebih lagi Mahira dipanggil oleh Alden yang meminta sesuatu dari Mahira. Bening tetap terus berjalan di barisan belakang, dia memperhatikan badan tinggi tegap Alden dari belakang. Berandai-andai badan dan punggung tegap itu kembali menjaganya dan Kevyn, tetapi itu hanya andai-andaian yang sulit tercapai bagi Bening.
Sampai selesai kunjungan mereka, semua sudah berkumpul di depan mobil masing-masing. "Pak Alden saya dan teman-teman tidak bisa makan siang bersama Anda karena harus ke kantor cabang. Sebagai perwakilan Ibu Bening yang akan menemani Anda makan siang," ujar salah satu direksi di depan Bening yang kaget mendengarnya.
Bening langsung gelisah karena mengingat Kevyn yang pasti kelaparan. Masalahnya tadi dia sudah berjanji dengan Kevyn akan makan siang bersama. Bening tidak dapat berkata apa-apa saat semua direksi masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan lokasi. Hanya tinggal Alden, Bening dan Mahira.
"Mau makan siang dimana?" tanya Alden yang sedikit canggung kepada Bening.
Bening terlihat ragu-ragu untuk menjawab, dia memilin-milin tangannya bingung. Dan hal itu ternyata tertangkap indra penglihatan Alden, sebagai orang yang pernah hidup bersama Bening dia jelas sangat hapal dengan sikap Bening itu. "Jika kamu tidak bisa mungkin lain kali saja," kata Alden langsung.
Mahira yang melihat tingkah laku mantan suami istri itu menjadi gregetan. Rasanya dia sangat ingin berteriak di depan muka keduanya, tetapi dia tidak akan melakukan itu karena Alden adalah atasannya. Bening juga menjadi merasa tidak enak hati menolak tawaran Alden itu, akhirnya dia berkata, "Bagaimana jika besok pagi kita sarapan bersama saja di hotel. Lagi pula besok para direksi tidak bisa meninjau lapangan lagi."
Telinga Alden merasa ada yang salah saat mendengar ajakan sarapan dari Bening itu. Jantung terasa berhenti beberapa detik karena tidak percaya kata-kata itu keluar dari bibir Bening. "Tentu saja!" seru Alden kelewat girang, bahkan senyum cerah tercetak jelas di wajah tampannya.
∞∞∞
Begitu sampai di hotel Bening langsung mengajak Kevyn untuk sarapan di restaurant hotel yang tidak terlalu ramai. "Kevyn mau pesan apa?" tanya Bening kepada Kevyn yang sedang asyik memperhatikan gambar-gambar di dalam menu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back (Sudah Terbit)
RomanceAlden Lutfhy Basupati, 27 Tahun seorang arsitek terkenal. Alden juga seorang duda pernah menikah diumur 20 tahun dan bercerai diumur 22 tahun. Setelah 5 tahun bercerai, takdir membawa Alden bertemu dengan perempuan yang masih menjadi ratu di kerjaan...