Pelatih Sadis dan Izin OSIS

208 17 2
                                    


3rd pov

Seminggu sebelum festival dimulai, Leo dan kawan-kawan melakukan latihan sebelum penampilan mereka. Sementara Hana menyiapkan segala keperluan untuk acara tersebut. Mulai dari pakaian, tata panggung, aksessoris, dll. Juga menyiapkan jadwal latihan untuk mereka.

Mungkin ini agak sadis, tapi...Hana pernah memberikan pelatihan yang amat susah untuk anggota Knights termasuk ketua sekaligus sahabatnya sendiri. Mereka memberi julukan 'Pelatih Sadis' atau 'Pengurus Terkuat' di antara pengurus dari berbagai grup Idol. Hasilnya bisa dilihat, sangat memuaskan untuk dunia Entertaiment dan Knights sendiri. Untuk sementara ini Hana dan Knights lagi hiatus dari dunia itu, jadi Hana nggak akan memberikan pelatihan yang memberatkan. Lagipula ini kan festival, nikmati saja, bekerja keras atau bisa dibilang kerja sama.

Saat jam istirahat siang, Leo dkk latihan di atap sekolah didampingi Hana, dia melihat kertas yang berikan Leo tentang penampatan posisi Knights saat akan manggung nantinya.

Setelah latihan selama 30 menit, mereka istirahat.

"Kerja bagus semuanya!" Hana memberi semangat. Izumi & Ritsu menjawab dengan rasa malas.

"Beneran kalian nggak ingin jadwal latihan berat? Bagus lho, bisa bikin kepopuleran kalian meningkat." Hana menambahkan, dia tersenyum devil. Ritsu yang daritadi tidur kembali bangun, dia merinding mendengarnya.

" N-nggak perlu. Ini sudah cukup." Ucap Izumi agak takut mendengarnya.

"Kalau aku sih nggak apa-apa! Asalkan Onee-sama memberikannya dengan tulus, aku sudah senang. Benarkan, Arashi-senpai!" Ucap Tsukasa dengan wajah cerianya, dia nggak pernah seceria sebelumnya. Mungkin karna latihan yang diberikan Hana membuatnya senang.

"Hm, benar sekali! Hana-chan, lebih baik berikan saja jadwal latihan berat bagi mereka yang pemalas. Bagaimana Ritsu, Izumi?" Ucap Arashi, tersenyum devil kearah mereka berdua. Ritsu dan Izumi merinding melihat Arashi, Tsukasa dan Hana tersenyum devil. Mereka ketakutan dan berlari kearah Leo yang kembali membawa minuman untuk mereka.

"Leo-sama, Tolong kami!" Ucap mereka bersamaan, Leo terkejut melihat mereka, dia heran.

Lalu dia melihat Arashi dan teman-temannya senyum-senyum kearahnya. Dia makin bingung.

"Aku nggak tau apa yang terjadi, tapi jangan ngerjain mereka." Katanya.

"Kami nggak ngerjain mereka kok. Hanya ingin tau pendapat mereka saja." Ucap Arashi.

"Pendapat? Tentang apa?"

"Tentang 'Apakah kalian mau jabwal latihan berat biar popular!?' gitu." Tsukasa menjelaskan, Leo menghela napas panjang.

"Lebih baik jangan dilakukan, Hana. Repot nantinya." kata Leo, dia nggak ingin anggotanya jadi kelelahan gara-gara latihan dari 'Pelatih Sadis'. Leo sudah tau tingkah laku Hana seperti apa nantinya.

"Baik, jangan khawatir. 'Kali ini kubiarkan mereka lepas, tunggu saja pembalasannya'-"

"Hana!! Jangan." 

"Gomen-gomen" tiba-tiba dia teringat sesuatu.

"Ngomong-ngomong, Bagaimana dengan penempatan posisi yang kukasih tadi?"

"Bagus. perlengkapan panggung, pakaian dan perlengkapan lainnya sudah disiapkan. Tinggal Izin dari OSIS saja yang belum." Hana menjelaskan secara rinci beserta kertas yang dipegangnya diberikan ke Leo. Dia berpikir sambil melihat kertas yang diberikan Hana.

"Hmm, ini masalahnya. Aku nggak yakin, pihak OSIS akan menerimanya." Kata Leo berpikir. Sementara Arashi menghela napas panjang, melihat mereka berdua. Apalagi tingkah Izumi dkk yang mulai bercerita panjang lebar.

"Leo, Bagaimana kalau kita semua meminta izinnya sama-sama? Tadi aku melihat Hana tidak disetujui ketua OSIS." Tanya Arashi yang entah sejak kapan sudah berada di dekat mereka berdua.

Leo dan Hana kaget bukan main. Pertama, karena Arashi yang tiba-tiba muncul. Kedua, tentang pertanyaan yang diajukan sahabatnya itu.

"Arashi!? Sejak kapan disini?" tanya Hana menenangkan dirinya sendiri.

" Hm? Sejak kalian membicarakan tentang izin OSIS."

" Lalu darimana kamu tau?" Tanya Leo

"Eeh, Leo nggak tau??? Aku kan bagian dari OSIS, jadi aku tau." Leo melihat Arashi dengan tatapan anehnya.

"Ahh! Tadi aku liat Arashi-kun di ruang OSIS."

"Benarkah? Aku sama sekali nggak tau, Arashi bagian dari OSIS. Kenapa nggak bilang dari awal!"

" Anggap saja kejutan untuk kalian." Arashi tersenyum. Leo berpikir sejenak, akhirnya dia setuju dan mengajak anggotanya keruang OSIS setelah pulang sekolah.

***

Sepulang sekolah, Leo dkk menuju ruang OSIS. Mereka menghadapi rintangan terberat.

"Jadi, kalian ada perlu apa?" Tanya ketua OSIS.

"Kami, ingin konser yang akan kami tampilkan disetujui." Ucap Leo mewakili teman-temannya.

"Haah, pertama Hana sekarang kalian. Membuatku repot saja. Sudah kubilang, OSIS tidak setuju dengan permintaan kalian."

"Tapi kami hanya meminta persetujuan menggunakan aula sekolah. Soal perlengkapan, kami sediakan." Hana memohon, Leo dkk juga melakukan hal yang sama dengan Hana. Membungkukkan badan mereka, memohon sangat.

Melihat tingkah kami, ketua OSIS menghela napas. Akhirnya ketua menyetujuinya, bisa repot kalau urusannya seperti ini. Leo dkk lega, Hana mengucapkan terimakasih kepada ketua.

"Tapi dengan 1 syarat. Apakah kalian akan terus menyembunyikan nama Knights atau tidak?" Leo dkk terdiam, suasana menjadi hening.

"Sudah kuduga. Baik, kutunggu jawaban kalian-"

"Tunggu!!" belum selesai Ketua bicara, Leo memotong pembicaraannya.

"Apa!? Aku belum selesai bicara!!" Emosi ketua meluap, menuangkannya ke Leo. Sedangkan Leo menatap Hana lama, yang ditatapnya jadi bingung.

"Sebelum itu. Hana, bisakah kamu keluar dulu? Ada pembicaraan penting disini."

"Eh?! Tapi-"

"Kumohon, tunggu kami di gerbang sekolah. Nggak akan lama kok, Percayalah!" Hana berpikir sejenak. Akhirnya dia setuju. Lalu Hana meninggalkan ruang OSIS.

Tapi...Dia masih penasaran, tentang kata-kata Leo yang mengejutkan dari mulutnya sendiri. 

'Kenapa Leo bisa seserius itu? Nggak biasanya' pikir Hana.

30 menit kemudian, Leo dan teman-teman keluar dari sekolah. Hana menunggu mereka di gerbang.

"Bagaimana?" Leo menyunggingkan senyumannya, mengacungkan jempol pertanda setuju. Hana senang, akhirnya grup Knights kembali bangkit, itu yang dia pikirkan.

***

Sementara itu di ruang OSIS ...

"Apa ini sudah cukup?" tanya ketua OSIS, menyadari seseorang menguping pembicaraan dia dengan Knights.

"Entahlah~. Tapi... sekarang sudah jelas, mereka akan bangkit segera." Orang itu ada di balik gorden, di belakang ketua.

"Sudah saatnya aku beraksi~. Tinggal tuan putri saja yang belum diyakinkan." Dia tertawa kecil, lalu menynggingkan senyuman devilnya.

Sementara ketua melihatnya, agak merinding dan ngeri. 'Orang ini, devil kah? Sadis banget!' gumamnya dalam hati.

Waktu yang tersisa...Tinggal seminggu lagi.

* To Be Continue *

Our Friendship || Ensemble star | KnightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang