Jani menghempaskan badannya di atas bangku besi yang berada di bawah pohon asam,di area taman. Keringat mengucur dari wajah, leher dan bermuara di gundukan kembarnya.
Pagi ini Jani menyempatkan berolah raga karena cuacanya yang cerah setelah beberapa hari turun hujan terus.
Napasnya terengah mengakibkatkan dadanya naik turun, karena telah berlari 3 putaran mengelilingi taman.
''Pertemuan pertama itu perkenalan.
Pertemuan kedua itu takdir.
Pertemuan ketiga itu jodoh.
Nah, kalau sering bertemu itu tandanya kita harus ke pelaminan.''
Jani menoleh kaget karena tiba-tiba Eru sudah duduk disampingnya, dan berbicara ngaco.Rupanya Eru juga habis olah raga, karena bajunya basah oleh keringat.
Jani membuka botol minumnya, lalu meneguk isinya.
Dan entah mengapa dimata Eru gerakan Jani sedang minum itu terlihat begitu sensual.Eru mengetuk-ngetukan jarinya ke bangku, karena dari tadi Jani hanya diam saja. Dia melirik ke arah Jani dan Jani pun tertangkap basah sedang memandanginya.
Eru tersenyum lebar dan Jani malah gelagapan.''Jani, kemarin aku lihat Rio di Mall.'' Eru memulai pembicaraan.
''Terus.'' Jani tetap acuh.
''Yah, tanya kek dia lagi ngapain? dan sama siapa gituh. Biasanya perempuan selalu heboh kalau membicarakan seorang lelaki.''
Jani memutar bola matanya, malas.
''Kalau Rio lagi di Mall, apa aku harus bilang Wow?''
''Kamu tahu dia lagi ngapain? dia jalan sama cewek, beuh... bodynya... '' Eru menggerakan tangannya membentuk bayangan berlekuk-lekuk seorang perempuan.
''Apa hubungannya denganmu? kamu stalkerin dia? jangan-jangan kamu suka sama dia?'' Jani meraih botol minumnya lagi dan siap meneguk isinya.
''Enak saja aku suka sama dia, Aku ini masih normal. Masih suka gaceng lihat perempuan seksi.'' Eru sewot.
''Daripada aku stalkerin dia lebih baik aku stalkerin isi BH kamu, Ukuranya masih sama gak?''Jani menyemburkan air yang sedang diminumnya ke muka Eru, karena mendengar jawaban Eru.
Eru memejamkan matanya menghalau air masuk ke matanya.
''Busyet dah, Jani. Kalau mau main basah-basahan jangan disini. Kita pulang lanjutin di kamar.'' sambil mengelap mukanya dengan handuk kecil yang dibawanya.
Jani terbatuk karena tersedak air yang belum sempat lolos ke kerongkongannya.
Duag....!!!
Jani menendang tulang kering Eru.
''Dasar lelaki kurang ajar.''
***
''Sebelah sini, Mbak? Duh saya takut jatuh nih, Mbak.''Randi anak Pak RT yang kini sedang ada dia atas genteng atap rumah Rinjani, berteriak.
Tadi Rinjani menjumpai Pak RT meminta bantuan mencarikan tukang benerin genteng, karena setiap hujan ada saja yang bocor. Dan dengan gentle nya Randi anaknya Pak RT menawarkan jasanya.Tetapi baru sampai di atas, Randi sudah gemeteran.
''Yah, Mas Randi. Benerin dulu dong gentengnya, katanya bisa.''
''Tapi Mbak...'' belum selesai Randi melanjutkan ucapannya. Dari bawah sudah ada yang berteriak memintanya turun.
''Turun!'' perintah Eru.
Dengan perlahan Randi turun dari atas melalui tangga yang terrsandar di dinding.
Disamping Eru, Jani mendengus sebal, kenapa Eru selalu ada saja di sekitarya.''Besok, pakai Rok terus dandan yang menor. Jadi laki benerin genteng saja kagak bisa,'' ucap Eru kepada Randi yang telah sampai dibawah.
Dengan cekatan Eru naik keatas, membetulkan genteng yang merosot dan mengganti yang telah retak.setelah semuanya beres, Eru segera bergegas turun.
Eru kemudian masuk ke rumah Jani, di sana di ruang tamu Eru mendapati Randi sedang duduk dengan segelas juice jeruk di meja. Randi sedang asyik menikmati hembusan kipas angin yang menerpa wajahnya.
''Minggir.'' Eru menendang kaki Randi menyuruhnya menggeser duduknya. Randi mendelik tak senang karena Eru telah mengganggu kegiatannya. Tetapi melihat pelototan tajam Eru akhirnya Randi bergeser ditambah dengan tato yang menghiasi lengan Eru membuat Randi makin menciut.
Jani datang dari arah dapur sambil membawa secangkir kopi ditangannya. Diletakannya kopi itu dimeja di hadapan Eru.
''Sepertinya, talangnya harus diganti sudah ada beberapa bagian yang rusak.'' jelas Eru, yang di balas anggukan oleh Jani.
''Kalau butuh bantuan, Mbak Jani jangan sungkan minta tolong ke saya hehehe.'' Randi cengengesan.
Yang di balas cibiran oleh Eru.''Naik ke genteng saja kamu cemen, apalagi nanti kalau di suruh ngusir hantu.'' ledek Eru.
''Apa...?! hantu...?'' Randi begidik ngeri.
''Kamu itu cewek apa cowok? Penakut.''
''Lah Bang, kalau ketemu cewek apalagi yang bohay, aku itu cowok tulen, handsome. Tapi kalau ketemu hantu, saya rela deh Bang, pusaka saya di lipet biar kayak cewek. Biar kagak malu waktu teriak-teriak.''
Jani tertawa ngakak, Eru menggeplak kepala Randi.
***
Jani berdiri dengan gelisah, kakinya sudah pegal dari tadi dia mengetuk pintu rumah Eru tapi belum ada tanda-tanda mau dibukakan.
Jani yakin Eru ada di dalam karna terdengar suara TV dari rumahnya.Niatnya Jani mau memerikan catering makan malam, karena Eru belum juga mengambilnya. jadi Jani berinisiatip untuk menganarkannya.
Baru aja Jani memutuskan untuk balik lagi. tiba-tiba pintu rumah Eru terbuka.
Jani menelan ludah karena penampilan Eru saat ini.
Tubuhnya hanya terubungkus sehelai handuk yang melilit di pinggangnya, rambutnya acak-acakan basah dan sebagian ada tato yang menghiasi tangan terus berlanjut kesebagian tubuh Eru sebelah kanan.''I-ni aku nganterin...'' entah mengapa Jani menjadi gugup. Tenang Jani tenang. Jerit hati Jani.
''Masuk dulu!'' perintah Eru menarik tangan Jani.
Tetapi setelah di dalam, Eru malah memojokan tubuh Jani ketembok di belakang pintu dan memepet tubuhnya.
Kedua mata Eru menatap intes wajah Jani yang tidak pokus menatapnya. Perlahan tangan Eru membelai pipi Jani lalu turun mengusap bibir Jani.
''Aku merindukanmu.'' Eru berkata serak,gairah terpancar di matanya.
''Lepaskan aku,Eru!'' pinta Jani.
''Ini isinya apa?'' Eru tidak menghiraukan permintaan Jani. Dan balik meanyakan isi bungkusan yang dibawa Jani.
''Makan malammu, isinya ikan.''
''Aku tidak suka ikan. Aku lebih suka isian kutang dan celana dalam.'' ucap Eru, dengan mimik serius.
''Lepaskan, aku mau pulang.'' Jani berusaha mendorong tubuh Eru yang mengurungnya.
''Pulang kemana? disini seharusnya tempat kamu tinggal.'' Eru menunjuk dadanya sendiri.
''Kamu gila, lepas tidak? kalau tidak aku akan teriak!'' ancam Jani.
''Teriak saja, aku gak peduli,'' bisik Eru kemudian menjilat telinga Jani yang membuat Jani merinding.
''Jani, meskipun kamu menghindariku aku akan mengejarmu. Meskipun kamu bersembunyi jauh aku akan menemukanmu. Jikalau Tuhan menakdirkanmu milikku, kamu bisa apa?'' lanjut Eru kemudian melumat bibir Jani.
''Sudah berapa lelaki selain aku yang menikmati tubuhmu?''Jani mengepalkan tangannya, perkataan Eru menohok hatinya. dia kira Jani perempuan seperti apa? Jani masih punya harga diri.
Plak...!!!
Jani menampar pipi Eru sampai bibir Eru berdarah, napasnya terengah selain karena kehabisan napas akibat lumatan bibir Eru, juga karena amarah yang bersarang didirinya.
''Jaga ucapanmu, brengsek!!!'' hardik Jani kemudian pergi sambil menangis.
![](https://img.wattpad.com/cover/88545110-288-k701286.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Valak Cinta
RandomDia itu menyeramkan,harus dihindari bahkan kalau bisa siram saja pakai air garam atau lempar kemenyan. Tapi kenapa kehadirannya selalu bikin berdebar-debar. ~Rinjani~ Perempuan itu ibarat kecoa,susah ditangkap,tetapi kalau sudah kejengkang malah pas...