part 2

51 0 0
                                    

"Mencari teman memang gampang, mencari sahabat yang sulit. Dan aku menemukan sosok itu pada dirimu"

Sedari tadi yumi tak hentinya mengoceh, dan itu membuatku sedikit terganggu. Tapi, aku berusaha memakluminya. Untungnya semua jam pelajaran telah selesai,dan kami tengah berjalan menuju gerbang. "Rey, aku kan baru pindah dari Tokyo, bisa tidak kamu temenin aku jalan-jalan mengitari kota bandung ini." Ucapnya. Yumi memang keturunan jepang. Tapi hanya ayahnya saja, ibunya orang indonesia asli. Makanya ia begitu fasih dalam berbahasa indonesia. "maaf ya Yumi, aku nggak bisa nemenin kamu. Aku belum meminta izin pada ibuku. Aku takut ia khawatir menungguku." Jelasku, mencoba membuat ia mengerti.
"ayolah Rey, aku hanya punya teman satu di sini, dan itu kamu Rey. Aku akan meminta izin pada ibumu. Ya..ya..ya.. mau ya. Please" pinta Yumi kembali, dia memang sedikit pemaksa tapi, itu tak masalah bagiku. Terlebih menurutku, ia orangnya jujur dan apa adanya. Mengapa aku bisa tau? Itu karna aku bisa membaca sifat seseorang dari tingkah lakunya, saat pertama kali bertemu denganku. Ingat, hanya pada saat pertama kali bertemu. Itu merupakan spontanitas. Aku pun tak tega melihat dia merengek seperti bayi begini. Akhirnya aku menganggukan kepala, sebagai tanda jawaban "ya". Ia pun memekik kegirangan dan berhamburan memelukku.
Aku pun membalas pelukannya, dan dalam hati tersenyum melihat tingkah nya. "Makasih ya Rey, udah mau nurutin kemauanku." Ucapnya setelah melepas pelukan ala teletubis kami. " sama-sama yumi, yuk kita kerumah aku." Ajakku dan menarik tangannya. Tapi ia berhenti, dan aku pun menoleh ke belakang. " bukannya parkiran ada disana Rey?". Aku pun mengerutkan kenningku, karna kurang paham arah pembicaran ini. Lalu mengangguk. "iya, parkiran memang di sana.? Gumamku. "yaudah kita ke parkiran," ajaknya dan menarikku. Namun ku hentikan. "tungu,,tunggu,,tunggu,, kita mau ngapain ke parkiran ?" tanyaku yang masih tidak mengerti. "kita keparkiran, mau ngambil mobil aku. Kita kerumah kamu naik mobil aja." Jelasnya. "oh,, begitu, aku kira kita mau ngapain gitu. Kamu nggak bilang kalau bawa mobil. Yaudah yuk.." ucapku. ----------------

"Rey,, kita kesana yuk.. rey nonton yuk,, ahh,, rey bajunya bagus bagus,, rey main di team zone yuk... rey,,rey,,reyy,,," dan masih banyak lagi. Begitulah yumi, selalu heboh dalam hal apa pun. Aku kira dia terlalu aktif, ntahlah, aku hanya mengikuti kemana ia akan pergi. Sudah hampir 4 jam kami mengelilingi kota dan berakhir di sebuah Mall ternama. Ia begitu antusias melakukan semuanya. Dan sekarang senja telah menyapa. Namun ia tak kunjung terlihat lelah. "Rey, kenapa makanannya nggak di makan? Nggak enak ya?" ucapnya.Jujur sebenarnya Aku tak suka makanan ini, karna tak pernah memakannya, sejenis shushi. Yumi memang mengajakku ke restoran jepang. Dan aku sama sekali tak suka masakan jepang. "aku tak suka shusi atau makanan jepang lainnya Yumi. Apa lagi ini ikan mentah." Biarlah jujur walau menyakitkan. "ah,, ya tuhan, kenapa kamu tak bilang dari tadi. Mungkin aku akan mencari restoran lain. Kalau begitu ayo kita ke tempat lain,," ajaknya. "nggak usah yumi, jangan mubazir. Mungkin aku akan meminum jusnya saja" tolakku, ini sangat berlebihan, aku tau ia anak orang kaya. Tapi tak seharusnya ia menghamburkan uang dengan hal-hal yang tak berguna.
" ayolah Rey, tak perlu sungkan, aku tau kamu lapar, ayo,,"
"maaf yumi, lebih baik kita pulang saja, aku ingin memakan masakan ibu, pasti ia sedang menungguku. Lagi pula ini sudah hampir malam," jelasku.
"hmmnn,,, baiklah, kalau itu yang kamu mau,,, yaudah aku ke kasir dulu, kamu tunggu di luar saja,". Akhirnya ia menuruti kemauanku. Aku begitu lelah, tak pernah sebelumnya aku pergi selama ini. Aku memang anak rumahan, dan tak punya waktu untuk melakukan hal semacam shopping ini, karna menurutku ini terlalu mewah. Lebih baik aku mengumpulkan uang untuk masuk ke universitas yang aku inginkan. "yuk Rey,,," ajak yumi setelah selesai membayar makanan tadi. Tiba-tiba handphoneku bergetar. Drrtt,,drrtt,,,,
Ternyata satu pesan masuk.
"assallamualaiku Rey, malam ini kamu sibuk nggak?" - Fahri "walaikumsalam Ri, aku rasa nggak memang kenapa?" - Reyna
"kalau begitu nanti jam 8 malam aku boleh main kerumah kamu yah, udah 2 minggu nggak ketemu kamu." -fahri
"hahaha,,, tentu Ri, kamu boleh kok kerumah aku," -Reyna
"oke, tunggu aku ya rey,,, Assallamualaikum"-Fahri
"walaikumsalam"-Reyna
Begitulah isi pesan dari aku dan Fahri, Fahri merupakan sahabatku di waktu SMP, aku dan dia sudah sangat dekat, begitu pun dengan keluarga kami. Tapi saat pendaftaran SMA dia tidak lulus seperti aku. Dan sekarang kami pisah sekolah. Sedih memang rasanya tak bisa bersama dengannya lagi, biasanya kemana-mana pun kami selalu bersama. Aku senyum-senyum sendiri membaca pesan darinya.
Hingga tanpa sadar aku menabrak sesuatu. Aku pun menutup mataku rapat-rapat, guna mengurangi rasa sakit dan tentunya malu. Tapi hingga beberapa detik kemudian, aku tak kunjung merasakan sakit. Namun dapatku rasakan suasana di sekitarku seketika hening dan pengap. Dan juga ada sepasang lengan kekar yang menempel indah di pinggangku. Karna sangking penasarannya, aku pun memberanikan diri membuka mata. Ya tuhan, apa ini. Apakah hanya karna terjatuh bisa membuat aku meninggal seketika? Atau bisa membuat aku berhalusinasi seperti ini? Rupa yang ada di depanku ini sangat-sangat lah indah. Mata hazelnya, alis mata teduh namun terlihat tegas, dan rahang-rahangnya yg begitu kokoh. Hingga membuat wanita yang melihatnya begitu mendamba. Beberapa menit berlalu, aku masih setia pada posisiku. Masih terpaku akan pesonanya yang begitu memikat. "apa kamu baik-baik saja nona?" hingga suara rendahnnya menyadarkan ku dari keterpukauannya. Aku pun tergagap, dengan sigap aku berdiri dan melepaskan diri dari dekapannya. "ah,, ya, tentu,, aku baik-baik saja." Aku berusaha bicara setenang mungkin, dan mengatur degup jantungku yang tak beraturan. " maafkan saya nona, saya tak melihat anda." Sesalnya. aku menatap kesekeliling kami, semua mata tertuju pada kami. "nona..?" ucapnya, sambil melambaikan tangannya tepat di depan wajahku.
"ah,, maaf, aku yang harusnya minta maaf, karna terlalu asik memainkan ponsel, dan mengabaikan sekitarku." Ucapku menyesal. "reyna,,, apa yang kamu lakukan disini? Sedari tadi aku mencarimu, " pekik yumi, ah dia selalu datang di saat yang tidak tepat. "maafkan aku, tadi ada sedikit masalah, yumi. kalau begitu aku permisi dulu, terimakasih dan maaf," ucapku dan berlalu dari sosok yang aku tabrak tadi, dan menarik yumi untuk segera pulang. Untung saja orang-orang yang memperhatikan kejadian tadi sudah bubar. Kalau tidak, pasti yumi bertanya banyak hal, dan tak akan berhenti sebelum aku menjawabnya.
"Rey, kamu ingin mampir ke rumah ku dulu, atau langsung pulang,,?"
"aku langsung pulang saja yumi, aku ada janji dengan temanku. Mungkin lain kali aku akan mampir ke rumah mu." Jawabku "hmnn,,,, yasudah, lain kali kamu tidak boleh mampir, tapi harus menginap di rumahku ya,.."
"ya, mungkin lain kali,," jawabku. "nah, sudah sampai Rey,," ucap Yumi menyadarkan ku dari keheningan.
"ah,, maaf aku melamun, terimakasih untuk hari ini ya yumi"
"tak perlu berterimakasih Rey, aku malah senang punya teman sepertimu, yang mau menemani bahkan menuruti keinginanku yang aneh-aneh"
"tak masalah yumi, "
"rey, mulai hari ini kita bersahabat ya."
"tentu, yasudah kamu hati-hati di jalan ya, nggak usah ngebut-ngebut"
"siap bos,," ucapnya bersemangat, dengan gaya mengangkat tangan seperti sedang melakukan hormat. Aku pun tertawa melihat tingkahnya.
"bye Rey,,,"
"bye,,,"

"Sahabat sejati adalah seseorang yang muncul dari balik pintu saat yang lainnya pergi."

Aku Kamu Dan SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang