part 1

94 0 0
                                    

"Tak ada yang tau kapan sebuah pertemuan itu akan terjadi, namun persiapkanlah jiwa dan ragamu dalam menyambutnya"

Pagi ini, dengan begitu bersemangat, melangkahkan kakiku. Yang pertama sekali sebagai siswi SMA PRADITYA. Sebuah SMA favorite di kalangan remaja. Tak hanya favorite bagi para remaja, tapi juga langganan bagi bintang-bintang olimpiade. Aku begitu bangga bisa masuk ke sekolah ini, dengan lulus tes yang menurutku begitu sulit. Awalnya pun aku mengira, tak akan di terima disini. Tapi, ternyata aku lulus, dan sebagai nilai plusnya, aku mendapatkan peringkat pertama saat tes itu. Ah begitu bangganya orang tuaku saat mengetahui itu semua. Tak ada hal yang lebih berharga selain membuat mereka bahagia. Karna hanya akulah yang bisa mereka harapkan. Karna aku anak satu-satunya yang mereka miliki. Tap..tap..tap... langkah demi langkah aku lalui demi menyusuri jalanan menuju sekolah. Jalanan masih sepi, karna jam tanganku masih menunjukkan angka 06.00 wib. Sudahku katakan, aku memang begitu bersemangat menyambut sekolah baruku. Tak terasa aku telah sampai di depan gerbang sekolahku. Kuhirup dalam-dalam udara yang ada di sekitarku. Lingkungannya begitu asri. Pillar-pillar yang berdiri kokoh menambahkan aksen kemewahan. Gedungnya yang menjulang tinggi, membuat aku merasa menjadi seorang kurcaci. Lapangannya yang begitu luas.Membuat aku seperti berada di sebuah lapangan golf. Memang mereka yang masuk kesekolah ini, adalah mereka yang memiliki khasta menengah ke atas. Anak dari para pejabat-pejabat. Jadi tak heran jika sekolahnya seperti ini.
Kalian mungkin mengira aku adalah anak orang kaya. Sebaiknya hilangkan perkiraan kalian itu. Karna aku hanya lah anak dari keluarga sederhana yang menghandalkan bantuan beasiswa. Maka dari itulah aku begitu bersemangat dan tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Sepertinya masih ada waktu untuk ku mengitari sekolah yang bak istana ini. Sekedar mencari tau dimana letak kelasku, uks, dll.
Di ujung lorong ini terdapat satu tangga menuju tingkat atas. Di sebelah tangga aku rasa itu sebuah gudang. Sepanjang aku menyusuri lorong tadi. Terdapat kelas yang merupakan kelas XII IPA. Jika ku deskripsikan, aku berada pada lorong sebelah kanan sekolah. Di sebelah gudang dan lurusannya merupakan kelas XII IPS. Di perujung lorong kelas XII IPS terdapat sebuah perpustakaan yang besar. Dan sebelah kiri dari sekolah ini, merupakan ruang guru, ruang kepala sekolah, serta berbagai laboratorium.
Aku mulai menaiki anak tangga yg berada di ujung lorong sebelah kanan yang ku maksud tadi. Sepertinya sudah banyak yang datang ke sekolah. Saat aku menyusuri lorong atas ini, mataku menangkap sebuah mading. Yang menampilkan daftar nama siswa/siswi beserta kelasnya. Di mulai dari X IPS 3- X IPS 1, aku tak menemukan namaku. Dan ternyata aku mendapatkan kelas X IPA 1. Kelas itu ku rasa tepat di bagian pertama kali saat berada di tingkat ke dua, di samping tangga tadi. Dan aku pun melangkahkan kakiku ke kelas tersebut.
Aku pun masuk, dan mengambil posisi duduk tepat di depan meja guru. Di sebelah kiri. Bersandar pada dinding, alasanku mengambil tempat duduk disini karna aku, ingin selalu fokus dalam pelajaran, dan juga karna mataku minus. "hey..." sapa seseorang, aku menatapnya dengan bingung.
" boleh aku duduk di sebelahmu?" tanya nya, "mengapa dia ingin duduk denganku? Sedangkan di sini masih banyak bangku yang kosong"
"aku ingin duduk disini, karna aku rasa, aku akan berteman baik denganmu. So, bolehkah aku duduk di sini?"
"ah,,, tentu saja, lagi pula, bangku ini belum ada yang memiliki. Emmmm,,,, bagaimana kau bisa tau apa yang aku fikirkan,,?" tanyaku.
"raut wajahmu sangat mudah ku baca, makanya aku tau apa yang sedang kau fikirkan"jawabnya.
Sambil mengambil posisi tepat di sampingku. "benarkah,,? Semudah itu menebak apa yang aku fikirkan,?"gumamku,dan di balas anggukan olehnya.
"ya, bye the way namaku Yumikho Aqila. Kamu bisa memanggilku yumi, atau Qila." Jelasnya, sambil mengulurkan tangan, seperti sedang mengajak ku berkenalan. Aku pun dengan senang hati menyambut uluran tangannya, dan tersenyum. "Reyna Anandita Tasya, kamu boleh memanggilku Reyna, atau Rey."
"aku rasa aku akan memanggilmu Rey. "
"baiklah Yumi, begitu lebih baik," pekikku. Ntah apa yang lucu tapi membuat aku dan Yumi tertawa bersama. Aku pun melihat ke sekelilingku. Ternyata sudah banyak yang hadir, dan tak beberapa lama, bel tanda masuk pun berbunyi. Seling beberapa menit. Seorang wanita paruh baya masuk ke kelasku , dan yang aku yakini adalah wali kelasku. Dan proses belajar mengajar pun berlangsung. Hanya saja kali ini, kami tidak belajar, melainkan melakukan proses perkenalan. Karna mengingat, ini hari pertama kami masuk sekolah. Tentu nya bagi siswa baru.

***
Hallo.. ini cerita aku khususkan untuk sahabatku difasaskiadessra99 karna dia pengenbanget menikmati hasil karyaku yang satu ini. Dan untuk saat ini. Aku hanya fokus pada cerita ini. Karna aku pengen mencapai target. Dan buat cerita ini sebagian adalah true story yg aku alami sendiri. Hanya sekedar berbagi pengalaman. Di tunggu vote and commentnya. For difasaskiadessra99 insyaallah februari selesai.

Aku Kamu Dan SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang