2

120 18 5
                                    

Hari ini Mpok Ipah tidak berjualan sanggar,karena pohon pisang Mpok Dipa belum tumbuh, bagaimana tidak setiap hari selalu tumbang akibat teriakan Mpok Dipa yang mahadahsyat itu.

Jadi murid-murid di sekolah tersebut galau karena sanggar Mpok Ipah tidak buka hari ini. Bahkan ada yang hampir bunuh diri karena frustasi tidak dapat makan sanggar hari ini. Memang segitu banget ya efek sanggar Mpok Ipah bagi murid-murid tersebut.

Hari ini Cameron pulang dari syuting iklannya setelah berabad-abad tidak pulang. Eh gadeng. Dan dia memberikan upah syuting nya yang berjumlah 50 ribu kepada Mpok Ipah.

"Emak maaf ya Mas cuma dapat segini aja, Mas sudah berusaha kok Mak." Ujar Cameron dengan muka sedihnya.

"Iya gak papa kok Mas, ini udah lebih dari cukup kok. Tabungan Emak juga sudah 1 miliar kok," jawab Mpok Ipah.

"Dapat uang darimana Mak segitu?" Tanya Cameron heran.

"Ya penjualan sanggar lah Mas," jawab Mpok Ipah.

"Hah?! Jualan sanggar aja dapat 1 miliar?" Cameron terkejut dengan jawaban Mpok Ipah tersebut.

"Ya kalo Mas gak percaya, sini Emak kasih liat buktinya." Mpok Ipah pun mengajak Cameron ke gudang.

Gudang tersebut dipenuhi ember yang berisi uang 100 ribuan yang udah diikat pake karet. Entahlah berapa jumlah ember tersebut. Hitung aja sendiri, kalo mau ke rumahnya Mpok Ipah di jalan Lambung dekat jalan. usus.

Cameron pun tercengang melihat semua itu, sampai air liurnya menetes.

Kemudian Mpok Ipah meninggalkan Mas Cameron sendirian di gudang yang masih tercengang. Entah sudah berapa liter air liur yang sudah menetes hingga Mpok Ipah menampungnya di baskom.

Mpok Ipah pergi ke kandang ayam gubuk di belakang rumahnya yang gubuk juga. Dia mengeluarkan ayam kesayangannya yang bernama Rembo Zainudin. Dia mengelus-elus ayam tersebut sampai mengeluarkan telor emas, padahal ayamnya berjenis kelamin jantan.

Sungguh ajaib tangan Mpok Ipah. Walau sebenarnya Rembo Zainudin adalah ayam hasil curian di peternakan Mak Ica.

Lalu Mpok Ipah pun ke Warung Mbak Jauja untuk membeli tepung (baca:menghutang) nya. Setelah terjadi adegan dramatis antara Mpok Ipah dan Mbak Jauja akhirnya ia pun luluh dan membiarkan Mpok Ipah untuk menghutang tepung nya.

"Mak kita ke kamar yuk, lama nih kita udah gak main kuda-kudaan," ujar Cameron.

"Ih Mas, kita udah tua masih aja main kuda-kudaan, emangnya masih kuat?" Tanya Mpok Ipah.

"Ya kuat lah Mak, ayo Mas udah gak tahan lagi nih mau main sama Emak," Cameron pun menarik tangan Mpok Ipah menuju kamarnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dan benar saja di kamar mereka sedang main kuda-kudaan. Eits tapi jangan ambigu dulu ya. Mereka main kuda-kudaan lumping yang buat anak kecil itu loh. Mereka asyik banget main itu walaupun umur mereka udah tua tapi masih aja demen main begituan.

Baru saja beberapa kali main eh kuda lumping nya Mpok Ipah patah. Alhasil Mpok Ipah pun menangis, lalu Cameron pun memeluk istrinya tersebut.

"Udah Mak jangan nangis lagi ya. Gimana kalau kita main kuda-kudaan yang beneran?" Tawar Cameron sambil menenangkan Mpok Ipah yang sudah menghabiskan tisu 10 kotak.

Mpok Ipah pun mengganguk. Lalu Cameron melepas pelukannya dan berkata, "Yaudah siapin energi Emak ya, siap-siap bikin adek baru buat Julian, haha." Sambil tersenyum evil.

Lalu Cameron pun menutup pintunya.
.
.
.

Hari ini Mpok Ipah dan Cameron ingin berjalan keliling kota setelah semalaman bergulat di kamar.

Mpok Ipah telah siap dengan daster yang kancing ya hilang dan diganti dengan peniti yang udah karatan, lalu pupur dingin, roll rambut dan sandal jepit swallow.

Sedangkan Cameron telah siap dengan kemejanya yang telah dilipat seperempat lengan, celana jeans dan sepatu Adidas hitam putih. Tidak lupa dengan dompet keluaran terbaru dari urban surf dan iphone 7.

Akhirnya mereka berdua pun berjalan bergandengan. Banyak tetangga yang menatap Mpok Ipah dan Cameron takjub bahkan sampai ada yang air liurnya menetes, anaknya kecebur di got, ada yang naik motor terus keterusan sampai nabrak tiang listrik dan lain-lain.

Mereka bukan takjub karena Cameron yang tampan tapi kendaraan mereka yang sungguh mewah.

Gerobak kayu yang roda belakangnya udah lepas, tapi jangan liat dari depannya aja liat dong dalamnya.

Terdapat dua kursi plastik yang biasa di kondangan, lalu kulkas yang isinya air mineral semua, televisi yang dapat aliran listriknya langsung dari tiangnya jadi ya tiang listriknya ditempel, lalu AC yang dibeli di pasar loak (udah bunyi-bunyi aneh juga, harganya sekitar 100ribuan lah) dan yang terakhir adalah tempat tidur yang per-nya udah rusak. Jadi kalo kita tidurin kitanya yang terlempar keluar karena per-nya rusak itu.

Cameron pun menjalankan gerobaknya. Ada setirnya loh, klakson nya juga ada, klakson yang biasa Paklek Eskrim ituloh. Jadi setiap dibunyiim banyak yang kira itu Paklek Eskrim. Satu kekurangan gerobak ini, gak ada atapnya, jadi kalo misalnya hujan ya mereka berteduh dulu kalo gak mau kesetrum aliran listriknya.

Cameron dan Mpok Ipah keliling-keliling kota lalu mereka pun singgah di Warung Makan Pak Rembo. Jadi semua yang disuguhin itu ayam semua. Gak ada yang lain.

Cameron pun memesan dua ayam, tak sampai lima menit kemudian, pesanan mereka datang.

Cameron dan Mpok Ipah pun terheran-heran dengan pesanan mereka, dan akhirnya Mpok Ipah pun berkata, "Loh kok ayamnya masih hidup?" Ya jelas gimana mereka gak heran coba, ayamnya masih hidup dikasih mereka.

"Loh kan Bapak ini tadi pesannya "dua ayam" aja," ujar sang pramuniaga tersebut.

Sebelum menyanggah, Mpok Ipah pun melihat menu di mejanya.

Warung Makan Pak Rembo
1. Ayam aja (masih hidup)
2. Ayam penyet
3. Ayam bakar
4. Ayam goreng
5. Ayam rebus
6. Ayam bakar betutu

Akhirnya mereka pun tahu dimana titik kesalahan mereka.

"Eh maksud saya tadi saya pesan ayam bakarnya dua, bukan ayam aja. Gitu maksud saya," ujar Cameron memperjelas.

"Nah bilangnya yang jelas dong dari tadi, berarti saya gak salah kan? Kalian nya yang bego. Yaudah tunggu lima belas menit ya." Pramuniaga itu kembali membawa ayamnya lalu membakarnya.

Mpok Ipah dan Cameron hanya diam sambil menunggu pesanannya datang.
.
.
.
.
.

Cerita ini hanya fiksi belaka dan semuanya hanyalah unsur candaan. Lagipula saya juga udah izin sama mereka kok buat jadi pemeran cerita ini.

Mpok Ipah si penjual sanggarWhere stories live. Discover now