5

85 13 4
                                    

Hari ini banyak sekali tetangga-tetangga yang datang ke rumah Mpok Ipah  memakai baju hitam. Tadi pagi Mpok Ipah mendapat kabar dari manager Cameron, bahwa Cameron telah tiada.

----- FLASHBACK ON -----
Mpok Ipah sedang asyik menggoreng sanggarnya dan tiba-tiba saja HP nya berbunyi dengan nada dering "Sambalado". Lalu ia pun mematikan kompornya dan mengangkat teleponnya. Dari Pak Tuntun. Manager Cameron.

"Assalamu'alaikum Bu!" Salam Pak Tuntun.

"Waalaikumsalam. Kenape ye nelpon? Tumben amat Pak." Balas Mpok Ipah heran.

"Cameron bu.." Ucapan Pak Tuntun menggantung.

"Suami gua nape?"

"Cameron udah gak ada Bu.. Ibu yang tabah ya.. Hari ini kita bawa jenazahnya ke rumah.."

"Lu kalo becandaan kagak lucu ah, baru aja tadi malam gua chatting ama dia. Jangan becandaan deh Pak, kagak lucu." Suara Mpok Ipah berubah. Air matanya telah menetes.

"Saya gak pernah bercandaan Bu buat hal kayak beginian. Gak mungkin kan saya bercanda Bu?"

Air mata Mpok Ipah menetes dan menjadi deras. Dia tidak menyangka bahwa tadi malam adalah malam terakhir nya bersama Cameron.

"Ibu?? Ibu yang tabah ya. Semuanya sudah diurus sama kami. Ya sudah Assalamu'alaikum ya Bu!" Pak Tuntun pun menutup teleponnya.
----- FLASHBACK OFF -----
.
.
.
Banyak tetangga yang datang lalu mendoakan Cameron dan menenangkan Mpok Ipah yang menangis kuat. Dia tidak menyangka bahwa Cameron sudah tiada. Dia menyesal tak pernah mengatakan cinta kepada Cameron dan malah mengatakan cintanya pada JinJun Similikiti. Penyesalan memang selalu datang terakhir.

"Udeh Mpok, Mpok yang tabah ya. Cameron udah tenang disana, mungkin ini yang terbaik bagi dia Mpok. Walaupun matinya dengan cara yang tidak seperti itu, tapi biarkanlah dia pergi dengan tenang, iringi kepergian dia dengan doa jangan air mata seperti ini Mpok." Ujar Mbak Jauja bijak sambil mengelus-elus pundak Mpok Ipah. Sesekali ia menyusut air matanya yang juga menetes.

"Tapi gua nyesel Mbak, gua kagak pernah nyatain cinta ke dia yang jelas-jelas adalah suami gua, tapi gua nya malah nyatain cinta pada orang yang salah. Penyesalan emang selalu datang terakhir ya?" Ujar Mpok Ipah. "Bahkan di saat-saat terakhirnya aja gua gak ada dan gua baru bilang cinta ke dia pas dia udah gak ada."

"Sudah Mpok jangan disesali yang sudah berlalu. Cinta emang gak pernah bisa dipaksain dan penyesalan itu memang selalu ada. Tapi jadikan ini sebagai hikmah buat Mpok, Tuhan gak akan ngasih ujian yang melebihi batas manusia Mpok." Nasihat Mak Ica.

Terdengar sirene mobil ambulance. Lalu jasadnya pun dibawa ke dalam. Tangis Mpok Ipah pun semakin menjadi-jadi.

Mpok Ipah pun melihat wajah sang suami untuk yang terakhir kalinya.

"Maafin gua ya Be, kalo selama ini Emak ada salah sama Babe. Emak gak bisa jadi istri yang baik buat Babe. Dan Emak gak pernah bilang cinta sekalipun ke Babe, walau sebenarnya di dalam lubuk hati Emak yang paling dalam, sebenarnya Emak sayang banget sama Babe. Maafin Emak ya Be, yang tenang ya Be di sana, Emak dan Juju akan selalu sayang sama Babe." Mpok Ipah mengelus wajah suaminya dan mencium dahinya.

"Babe, kenapa pergi duluan Be? Juju belum bahagiain Babe. Babe pernah janji untuk bawa Juju keliling-keliling dunia, main bola sama-sama. Tapi kenapa Babe pergi duluan Be? Maafin Juju kalo ada salah sama Babe. Juju janji gak akan nakal lagi Be. Sekarang Juju hanya tinggal berdua sama Emak. Juju sayang sama Babe." Julian pun melakukan hal yang sama seperti Mpok Ipah.

Mpok Ipah si penjual sanggarWhere stories live. Discover now