15

3.4K 318 28
                                    


LA, 2011.

Joonmyeon memejamkan matanya saat pelajaran baru saja berakhir. Kelas sudah benar-benar kosong. Dan ia memutuskan untuk pergi meninggalkan bangunan itu menuju tempat ia mengobati rasa sakitnya.

Jungguk Cafè.

Sebuah kedai kopi sederhana di pinggiran kota Angeles yang menjadi favoritnya. Tempat dimana ia menghabiskan harinya dan membuang keluh kesalnya.

"Kau kesini lagi?" Joonmyeon memindahkan tatapannya pada seorang pria bercelemek yang menyuguhkannya segelas capucino hangat.

"Aku tak tau harus kemana lagi Lu."

"Baiklah, apalagi sekarang? Kau merindukan gadis itu dan merasa bosan dengan hidupmu? come on June, ur not the only one. Im tired of my life thoo. Did u think?"

Pria ini, perkenalkan.. ia adalah Xiu Luhan. Pria berdarah China-Korea yang tengah menimba ilmu di sini juga. Bersama Joonmyeon, walaupun dengan tujuan yang berbeda.

Mereka bertemu dua tahun yang lalu di pertandingan sepak bola. Berkenalan dan memutuskan untuk jadi sedekat ini, dan Joonmyeon sangat menerimanya. Luhan adalah pria yang baik dan perhatian. Ia bahkan menganggap pria itu sebagai saudaranya sendiri.

"Kau harus bersyukur karena kau terlahir dengan nikmat yang sangat banyak kawan. Lihat aku! Aku bahkan harus kerja sampingan untuk menghidupi diriku sendiri tanpa campur tangan ayah dan ibuku. Dan kau? Tinggal di apartemen mewah karena orang tuamu. Ur the lucky one"

"Aniyo. Aku bukan mengeluh tentang hidupku kali ini, tapi aku merindukan gadisku. Kau bisa bantu aku Lu?"

Joonmyeon menyodorkan kotak beludru berwarna merah dengan cincin berkilau di baliknya. Tentu saja dengan senyum manisnya yang membuat setiap mata hawa lemah. Sebelah tangannya menggenggam erat jemari wanita itu. Berusaha meyakinkan jika ia benar-benar serius dengan semuanya.

Chorong memejamkan matanya. Membuang napasnya panjang berulang kali untuk mengucapkan kalimat itu.

"Aku tidak bisa Joonmyeon-ah" ujarnya pelan.

Joonmyeon membatu. Tangannya mencengkram erat kotak beludru tersebut. Hatinya bagaikan terhajar bongkahan batu yang tajam. Sangat sakit.

"Mengapa? Apa aku melukai hatimu? Atau kau tidak suka dengan semuanya?. Ok, aku akan menyuruh Sungjae untuk membongkar semuanya. Aku ak-"

"Tidak June. Kita memang tidak bisa menikah"

"Geurae. Aku tidak memaksamu untuk menjawab sekarang. Aku akan menunggumu sampai kau siap. Jangan khawatir" lanjutnya. Joonmyeon tersenyum ketir seraya mengeratkan genggamannya pada kursi.

Menguatkan dirinya akan segala sesuatu yang terjadi padanya detik ini.

"Kau tidak mengerti Joonmyeon-ah. Kau tidak pernah merasakan apa yang ku rasakan. Kau.."

Chorong bangkit dari kursinya dan memakai mantelnya. Berjalan meninggalkan cafe mewah itu. Menyisakan Joonmyeon yang masih membatu dengan air matanya yang di ujung tanduk.

CHORONG

Aku berjalan dengan tempo yang sangat cepat meninggalkan restoran ini. Sambil menghapus lelehan air mata dan merekatkan baju hangatku.

Hujan kembali turun dan membuatku lagi-lagi menggigil. Sama seperti hatiku yang mendadak dingin dan kalut.

Aku bahkan masih tak percaya jika Joonmyeon benar-benar tak berubah. Ia masih memelihara keras kepalanya. Bagaimana bisa ia melamarku saat aku masih bertahan dengan Luhan?

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang