5

5K 427 13
                                    

Aku berjalan beriringan dengan Joonmyeon sore ini. Kami berniat pergi ke rumahku karena jam pelajaran terakhir sengaja di bubarkan oleh guru Ahn. Sepertinya rapat mendadak jelang ujian akhir tingkat tiga seperti kami.

Rencananya kami akan mengobrol-ngobrol soal ujian. Atau bahkan aku bisa meminta Joonmyeon untuk mengajariku materi-materi yang belum ku kuasai dengan baik.

"Apa masih jauh?" Tanya Joonmyeon. Dia pasti mulai lelah, pantas saja. Orang kaya sepertinya pasti tidak biasa jalan kaki.

"Maaf, tidak ada jalan lain" balasku kaku. Joonmyeon tersenyum enggan sambil menyenggol tanganku.

"Haha. Tak apa, ini seperti olahraga kan?"

Csh, bohong.

Aku tau, Joonmyeon pasti lelah karena perjalanan yang jauh. Belum lagi jalan yang sempit dan banyaknya tangga. Dia pasti belum terbiasa. Namun senyumnya merekah saat aku menunjuk sebuah rumah yang ada di persimpangan jalan.

"Cha, itu rumahku. Ayo cepat" ucapku sambil menggenggam tangannya dan jalan lebih cepat.

Kami membuka pagar kayu rumahku dan menampilkan dua orang anak yang sedang berlarian di halaman rumah. Perkenalkan, mereka adik kandungku, Park Jimin dan Park Sooyoung.

"Annyeonghaseyo (selamat sore) " Joonmyeon membungkuk dan tersenyum.

Jimin menghampiri kami dan menatap Joonmyeon dengan seksama, "Oh. Kau Kim Joonmyeon kan?" Tanya Jimin. Membuatku melotot karena sikapnya yang tidak sopan.

"Kau terlalu tampan hyung!(Kak) Jangan mau menerima kakak ku yang gendut ini." Ucapnya asal.

"Park Jimin sudah!" Teriakku kesal.

"Tidak apa-apa. Jimin masih anak-anak dan-"

"Berhenti memanggilku anak-anak. Ayah, ibu, kakak. Kenapa kalian suka memanggilku anak-anak sih? Aku sudah kelas dua SMP! aku sudah besar" kesal Jimin membuat kami menahan senyum.

Jimin memang selalu menyebalkan. Tapi ia juga menggemaskan, membuatku selalu menyayangi si bodoh ini.

"Ayo masuk, jangan perdulikan monyet aneh ini"



🍁🍁🍁🍁



"Woah, rumahmu asik juga. Tapi disini jauh lebih asik. Hihi" Joonmyeon duduk diatas atap rumahku. Memang aneh, tapi aku sering menghabiskan waktu disini.

"Saat malam lebih keren. Kau datang di waktu yang tidak tepat" aku tersenyum dan duduk di sampingnya. Kami menatap langit sore yang berwarna oranye dengan antusias.

"Yang benar?"

Aku mengangguk senang. "Langit akan terasa lebih dekat seakan kau bisa menggapainya."

"Apa rumah Lee Mina terlihat dari sini? Dimana rumahnya? Aku penasaran apa yang dilakukan si bodoh itu sekarang kkk"

Huh?

"Errr.. maksudku, aku penasaran dengan rumah Mina. Ia selalu membanggakan rumahnya padaku" ralat Joonmyeon sambil tersenyum enggan.

"A-aah, kau lihat rumah berwarna biru itu? Rumah besar itu tempat Mina tinggal. Dia sedang tidak di rumah sekarang. Sedang pergi dengan anak kelas sebelah"

Joonmyeon menganggukan kepalanya. "Siapa? Laki-laki atau perempuan?". Aku bahkan bisa mendengar nada dan gurat penasaran darinya.

"Nggak tahu. Aku bukan baby sitternya, memang kenapa?"

"Tidak."


🍁🍁🍁🍁


Chorong memberikan segelas cokelat panas pada Joonmyeon. Mereka masih diatas atap saat ini. Entahlah, mungkin mereka merasa nyaman. Belum lagi pemandangan yang indah dan suasana yang nyaman.

"Jadi sejak kapan kau berteman dengan Lee Mina?" Tanya Joonmyeon.

"Mm, dari kelas satu."

"Menurutmu bagaimana sifatnya?"

"Yeah, dia sedikit menyebalkan dan tentu saja baik. Dia pandai memasak dan suka pergi ke tempat yang bagus. Mm, aku iri padanya. Dia sangat baik padaku-" balas Chorong.

"Tapi, kenapa kau terus menanyakannya? Kau mau menguntitnya eoh? Aku tidak akan membiarkan seseorang berbuat jahat pada temanku termasuk kau!"

Joonmyeon tertawa keras sambil mengusap puncak kepala gadis itu. "Kau gila Park Chorong! Aku tidak mungkin melakukannya"



🍁🍁🍁🍁




"Kak, aku mau ya?"

"Kak, aku juga mau!"

Chorong menghembuskan napasnya kasar. Bagaimana bisa satu bungkus ramyeon di perebutkan oleh tiga orang. Keterlaluan.

"Minta pada ibumu! Aku lapar. Jangan menggangguku"

"Bukankah kita punya ibu yang sama?" Balas Jimin jengkel.

"Arrgh.. pergilah, makanlah yang lain. Aku lapar, aku belum makan apapun dari pagi."

"Kau fikir hanya kau yang lapar? Kami juga lapar Kak!"

"Erghh. Park Jimin kau benar-benar membuatku-"

"Park Chorong" Chorong menoleh saat menemukan seorang lelaki tengah melambai ke arahnya. Tangannya yang lain membawa sebuah plastik yang baunya mengundang selera. Tapi bagaimana bisa?

"Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau bisa masuk? Kau--"

"Ibumu sudah lama mengenalku. Jadi dia langsung menyuruhku masuk. Lihat, aku bawa tteopokie untukmu. Ambil piringnya!" Titahnya membuat Chorong bergidik kesal.

"Choi Minho!"

Ya benar, lelaki itu Choi Minho. Temannya sejak SMP dan mantan pacarnya. Kalian tau itu kan?

"Berhenti menggangguku, aku tak mau melihat wajahmu lagi atau aku akan membuatmu benar-benar stroke berat!" Ucap Chorong kesal. Ia tidak bohong, gadis itu benar-benar serius dengan ucapannya.

"Terserah kau saja, tapi aku benar-benar ingin makan tteopoki ini bersamamu. Mau atau tidak?aku membelinya di persimpangan jalan. Paman Kang memasaknya barusan. Masih hangat pula" goda Minho. Percayalah, Chorong bahkan merasakan perutnya berdemo sejak tadi siang.

"Aku tidak mau! Aku tau kau pasti akan membahas hal bodoh itu kan? Aku tidak mau Choi Minho! Aku tidak mau!" Balasnya ketus dengan penekanan.

"Chorong-ah, kau belum mengerti juga ya? Aku akan bersungguh-sungguh dan tidak akan mengulangi kesalahanku lagi. Percayalah padaku, lihat aku! Apa aku terlihat bermain-main?" Ujar Minho serius membuat gadis itu terdiam.

"Menurutku wajahmu tidak berubah, tetap menyebalkan dan menggambarkan tampang penipu. Aku sudah tau ini cuma akal-akalanmu. Sudahlah Minho, aku lelah pulanglah!"

"Chorong-ah tapi aku benar-benar mencintaimu"

"Cinta? Kau menghinaku saat di restoran Cina waktu itu dan menjelek-jelekan aku di depan Joonmyeon. Csh, persetan dengan cintamu. Aku benci kau"

Minho menyunggingkan smirknya sebelum ia benar-benar meninggalkan ruangan makan itu, "Ah...aku tau kau mengharapkan Kim Joonmyeon kan?"

"Ya. Aku memang mengharapkannya, kenapa? Kau tidak suka?"

"Ya aku tidak suka itu. Kau pikir Joonmyeon menyukaimu hah? Kau pikir dia akan menerima perasaanmu? Kau pikir dia akan membalasnya hah?-"

"-percayalah, kau akan mendapatkan sesuatu yang lebih dahsyat dari yang pernah kau rasakan dulu. Cepat atau lambat kau akan mengetahuinya. Tunggu saja~" Minho bangkit dari kursi dan meninggalkan ruang makan itu.

Menyisakan Chorong yang tenggelam dalam lamunannya. Terdengar aneh, tapi kenapa Chorong jadi takut mendengar ucapan Minho? Rasanya terdengar aneh dan bergitu dekat.

Tapi kenapa?

TBC

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang