#1: Turnamen Dimulai

204 19 25
                                    

Aku terus berjalan, entah kemana aku akan pergi. Tanpa arah sepertinya. Tapi kaki ini tak mau diam seakan ingin berjalan untuk waktu dan jarak yang panjang. Tiba-tiba seekor kucing mendekatiku dan berbicara denganku. Dia berkata kalau dia akan menemaniku sampai kakiku benar-benar berhenti berjalan.

Setelah lebih dari satu kilometer berjalan, aku melihat segerombolan orang sedang membuat barisan. Mengantri untuk masuk ke sebuah stadion olah raga. Tiba-tiba kucing tadi mendekati keremunan itu dan berbisik pada seseorang yang menjaga pintu masuk stadion. Setelah satu menit berlalu, penjaga pintu itu menatapku dari kejauhan dengan tatapan yang tajam layaknya mangsa yang siap di santap. Penjaga itu memanggilku agar segera masuk ke dalam stadion itu. Sebelum membuka pintu masuknya, penjaga tadi mengucapkan kata-kata yang tidak kumengerti "semoga beruntung" kira-kira begitulah makna perkataannya barusan.

Ketika aku memasuki stadion, aku disambut dengan tepuk tangan meriah, aku mulia bingung dengan situasi saat ini. "akhirnya peserta ketujuh kita datang juga. Sepertinya caty si kucing benar-benar payah. Hampir saja kita memulai turnamen ini tanpa kau anak muda" seseorang layaknya pembawa acara menunjuk padaku.

"apa yang dipikirkan orang ini sebenarnya? Peserta? Siapa yang ingin jadi peserta? Tanpa gue tau apa yang terjadi, tiba-tiba saja orang ini meminta gue untuk menjadi peserta di turnamen ini. Ini benar-benar gila. Gue harus pergi dari tempat ini segera" kesalku dalam hati.

"mau kabur anak muda?"

"ha? Bagaimana mungkin dia tahu gue akan kabur" lanjutku dalam hati.

"selamat datang di seven riders turnamen, ini merupakan turnamen yang dilakukan setiap tahun. Dan kamu berkesempatan untuk menjadi salah seorang peserta pada turnamen ini yang sangat diinginkan banyak orang. Seharusnya kamu bersyukur bukan?" pembawa acara ini mulai menjelaskan keadaan yang ada.

"bersyukur? Ayolah. Gue bahkan ngak tertarik dengan turnamen murahan ini. Kalau memang menjadi peserta di turnamen ini diinginkan banyak orang, gue bersedia kok berhenti dari turnamen ini" ujarku pada pembawa acara ini.

"dengar, siapapun yang ingin jadi peserta di turnamen ini, gue siap mundur dari turnamen ini" teriakku pada semua penonton.

"hahaha... benar-benar anak muda yang penuh ambisi" tawa pembawa acara ini mulai mengisi stadion.

"Setiap peserta yang berpartisipasi dalam turnamen ini dipilih oleh dewan pengawas, dan mereka harus ikut dalam turnamen ini. Kamu bisa mundur saat kamu sudah kalah atau mati. Kamu fikir kamu siapa? Seenaknya mengambil keputusan dalam turnamen ini " Lanjut pembawa acara.

"Apa-apaan ini, bagaimana mungkin aku bisa terjebak di turnamen murahan ini. Sial kalau begini mau tidak mau aku harus berpartisipasi" gumamku. Akupun menganggukkan kepala tandaba aku menyetujuinya.

Setelah selesai acara pembukaan, setiap peserta dipersilahkan untuk memilih binatang tunggangannya. Begitupun aku, langkahku terhenti pada seekor kuda hitam yang tampak begitu menyedihkan. Entah kenapa setiap aku melihat lebih dalam ke arah kuda itu, kakiku semakin tak ingin melangkah menjauhinya.

"akhirnya ada yang tertarik dengan kuda ini. Sebelumnya tak ada satupun rider yang menginginkannya." seorang lelaki paruh baya mendekatiku.

"rider? Maksudnya peserta turnamen ini?" tanyaku.

Lelaki itu mengangguk.

"tunggu, kalau boleh tahu sudah berapa lama kuda ini disini?" tanyaku lagi

"sudah tiga tahun dia disini." Jawab lelaki ini

"Tapi apa yang membuatmu memilih kuda ini? Sepertinya ada sesuatu pada kuda ini yang hanya bisa dipahami oleh mu" lanjutnya.

"entahlah, aku merasa hidupku juga terlihat menyedihkan, sama seperti kuda ini. Sepertinya itulah satu-satunya alasan kenapa kakiku tak mau berpindah dari tempat ini" ucapku.

The 7 RidersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang