Aku tersentak dari tidurku. "untunglah tadi benar-benar mimpi" ucapku. Tapi masih sama seperti sebelumnnya aku tidak merasakan keberadaan kaki kiriku menyatu dengan tubuhku. Tetap saja mati rasa. Awalnya kupikir itu hanyalah efek dari mimpi tadi. Tetapi, beberapa menit berlalu tak ada yang berubah. Seakan-akan ada yang salah dengan kakiku. Aku yang mulai penasaran, memberanikan diriku untuk membuka selimut yang dari tadi menutupi kakiku.
Seakan tak percaya, darah segar mengalir dengan derasnya dari betisku. Aku mencoba memukul-mukul wajahku berharap aku masih berada di dunia yang aneh tadi. namun hal itu tak berhasil, gambaran lima jari di pipiku menyadarkanku bahwa ini bukanlah mimpi lagi. Akupun memanggil mamaku berharap bantuan segera datang.
Setelah lima menit berteriak memanggil penduduk seisi rumah, mamaku pun mendatangi kamarku. Darah segar yang menetes di lantai sepertinya sudah bisa menjawab pertanyaan mama. Tanpa pikir panjang, mama lansung membawaku ke dalam mobil setelah meraih jaket donkerku yang tergantung di balik pintu kamarku.
Didalam mobil tak ada percakapan yang begitu penting. Mama hanya terfokus pada jalanan yang saat itu benar-benar sudah sepi. Lampu lalu llintas hanya menunjukkan warna kuning yang berkedap-kedip setiap dua tiga detik. Begitupun denganku, hanya mencoba diam sambil memegangi kain yang dari tadi menutupi betisku.
Setibanya di rumah sakit, beberapa petugas mendatangiku dengan sebuah kursi roda bersamanya. "silahkan duduk dek" kata salah seorang petugas dengan ramah. Tanpa pikir panjang mama menggotong tubuhku untuk duduk di kursi roda itu dan petugas tadi mendorongku ke ruang UGD. Belum selesai disitu, sesampainya di ruang UGD, petugas itu memintaku untuk segera berbaring di tempat tidur yang tampak cukup empuk.
"kok luka bisa begini? Ngapain kamu semalam" kata seorang dokter setelah melihat betisku
"oh ini. Tadi saya mimpi ikut pertandingan dok. Disana saya mendaatkan luka tembakan. Terus ketika saya bangun kaki saya sudah berdarah, sepertinya diakibatkan oleh tembakan tersebut" jawabku polos.
"jadi apa yang harus saya lakukan? Apa saya harus mempercayai imajinasi bodohmu itu? Apa eluru yang kamu maksud itu paku kecil ini? Nak sekarang saya sarankan jangan terlalu banyak berkhayal atau orang akan menertawakanmu. Cukup cerita tadi kamu ceritakan kepada saya saja oke" kata dokter tadi dengan tatapan yang jauh dari kata-kata ramah.
Mengetahui adanya keadaan yang tidak beres, setelah dokter tadi selesai mengobati lukaku, aku langsung keluar dari ruangan UGD itu dengan sedikit tertatih. "dasar dokter sinting, kalau ngak percaya ya udah. Ngak usah natap gue pakai tatapan yang menyeramkan dong. Ada apa sih sebenarnya dengan dokter itu? Dasar dokter aneh" kesalku dalam hati. Dari luar rungan tampak mama yang sudah menungguku. Tanpa sepatah katapun keluar dari mulut mama, mama langsung membawa ku ke dalam mobil dan kembali ke rumah.
Setibanya di rumah, jam tanganku sudah menunjukkan jam 03 dini hari. Masih ada sekitar dua sampai tiga lagi waktuku untuk tidur. Tapi entah kenapa, mataku seakan ingin terbuka untuk waktu yang lama. Seberapa besarpun keinginanku untuk tidur, semuanya tampak sia-sia. Untuk mengatasi kebosananku, aku melakukan beberapa hal kurang bermanfaat, seperti membaca komik lamaku yang sudah kubaca puluhan kali. Dua setengah jam berlalu, ayam-ayam tetangga mulai berkokok membangunkan warga kompleks untuk segera beraktivitas. Aku yang sedari tadi sudah bangun langsung menuju ke kamar mandi.
Ketika aku berada di dalam kamar mandi, aku mendengar suara aneh. Seperti suara kuda yang merintih kesakitan sambil menyebut namaku. Beberapa kali suara itu muncul dan tiba-tiba menghilang. Aku yang tidak peduli hanya membiarkan hal tersebut dan menganggapnya tidak pernah terjadi.
Setelah lebih kurang tiga puluh menit di dalam kamar mandi, aku segera ke kamarku untuk menggunakan seragam kebanggaanku. Seragam SMA terpadu ELVSCO. Aku menyebutnya seragam kebanggaan karena seragam yang kugunakan berbeda dengan SMA-SMA lain. Jika SMA kebanyakan hanya menggunakan seragam putih abu-abu, seragam kami menggunakan warna biru-donker. Warna biru polos untuk bajunya dan warna donker dengan motif kotak-kotak sebagai celana ataupun roknya. Untuk menambah keelitan siswa-siswi SMA ELVSCO, kami juga diwajibkan menggunakan blezer beserta dasi donker untuk menghiasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The 7 Riders
FantasyAn awesome cover from : KisaragiFanny Reyhan Mahendra, seorang anak SMA biasa harus terjebak dalam dunia mimpinya sendiri. tiba-tiba saja dia menjadi salah satu peserta di sebuah even tahunan terbesar di dunia mimpi itu, The 7 Riders Turnamen. untuk...