09 ~ Sucks

6.9K 288 9
                                    

Author pov

Nathan dan Rian saling melempar tatapan.
Perlahan dari balik lemari seorang cewek keluar.
"Sam?!"
"Ngapain lo disitu?" tanya Rian.

"Maaf kak sebelumnya, gue gak sengaja tadi gue mau ngambil barang yang ketinggalan kemarin."
Lutut Sam bergetar dan tangannya terus meremas ujung bajunya.
"Lo sudah dengar semuanya?" tanya Andrew.

Sam hanya mengangguk pelan.
"Gue minta tolong sama lo jangan kasih tau siapapun tidak terkecuali Fany, ngerti?"
"Iya kak."
Sam langsung meninggalkan kamar Andrew.
"Lo yakin dia bisa jaga rahasia?" tanya Nathan.

"Gue percaya sama adik gue."
Rian merebut hpnya dari tangan Andrew.
"Jadi, rencananya?" tanya Rian
"Kita bakal kirim foto ini ke emailnya dengan akun palsu," jawab Andrew.

Rian dan Nathan tampak setuju dengan rencana Andrew.
"Terus?"
"Ya, kita tunggu aja sampai dia bergerak, saat itu kita akan bongkar semua kejahatannya selama ini."

"Tapi apa tindakan ini gak terlalu beresiko?" tanya Nathan.
"Beresiko gimana?"
"Gue takut Anissa bakal mencelakai Tiffany hanya karena sebuah foto bodoh." Nathan tampak tidaj terlalu perduli dengan foto itu.

"Menurut kita itu memang foto bodoh bahkan gue gak tau kapan Rian ngambilnya."
Rian nyengir mendengar perkataan Andrew.
"Gue juga mengira konyol banget foto itu tapi bagi Anissa yang tega melakukan apapun demi gue itu bukanlah sekedar foto konyol tapi sebuah pesan pernyataan perang."

Nathan manggut-manggut mendengar penjelasan Andrew.
"Yaudah sekarang aja kita kirim fotonya," ujar Rian bersemangat.
Mereka menghabiskan beberapa jam untuk membuat akun palsu.
Serta meretas email itu agar tidak dapat dilacak oleh siapapun.

Butuh waktu lama untuk dapat meretasnya karena sistem keamanan yang ketat.
Namun, merema akhirnya berhasil membuat email itu dan mengirimkan foto tersebut kepada Anissa.
Entah ekspresi apa yang akan dia keluarkan saat melihat foto itu.
Marah, sedih, atau cemburu.

"Gue gak bisa bayangin gimana ekspresi Nisa waktu nerima email itu." Rian tertawa hingga perutnya sakit.
"Enak banget ya lo ketawain orang," ledek Nathan.
"Siapa yang bakal mengawasi Nisa?" tanya Andrew.

"Lo," jawab Nathan dan Rian bersamaan.
"Hah? Gue?" Andrew menunjuk dirinya sendiri.
"Iya karena lo kandidat yang paling cocok."
Akhirnya Andrew setuju untuk mengawasi tingkah laku Anissa.

***

Berkilo-kilo meter dari rumah Andrew, Anissa tampak marah melihat foto yang baru saja ia terima dari email.
"Siapa sih yang ngirim foto sampah ini ke gue," bentak Anissa kesal.
Anissa mengetikkan pesan untuk email tersebut.

"Siapa lo sebenarnya! Apa maksud foto ini? Apa jangan-jangan lo Tiffany?
Lo mau nantangin gue ya, oke gue terima tantangan lo.
Tunggu aja hadiah spesial dari gue."

Anissa langsung menghapus pesan tersebut.
Ia mengepalkan jari-jarinya, wajahnya memerah akibat marah, dan matanya menyiratkan kebencia yang mendalam.
Anissa mengeluarkan hpnya untuk menelpon seseorang.

"Halo."
"...."

"Gue mau lo bunuh dia."
"...."

"Gak usah banyak tanya, gue bakal bayar berapapun."
"...."

My Lovely Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang