EXTRA PART

8.2K 230 5
                                    

Hai hai karena banyak yang minta extra part jadi author udah bikinin nih
Jangan lupa votement ya

___________

Sudah 5 tahun lamanya sejak insiden Fany terkena amnesia.
Dan sudah 5 tahun pula Fany dan Andrew membina rumah tangga mereka.
Andrew sekarang sudah bekerja di perusahaan ayahnya sebagai General Manager dan Tiffany bekerja di sebuah perusahaan asing sebagai sekretaris CEO.

"Sayang ayo bangun udah pagi," seru Fany dari dapur.
Andrew masih bergelung di balik selimutnya.
Tak lama kemudian, Andrew bangun dan meregangkan tubuhnya.
Ia berjalan menuju dapur dan mendapati Fany sedang memasak.

Andrew memeluk tubuh Fany dari belakang.
"Drew lepas ah, aku lagi masak nih," gerutu Fany.
"Sebentar aja," gumam Andrew.

Akhirnya Andrew melepaskan pelukannya dan duduk di kursi meja makan.
"Hari ini menunya apa?"
"Nasi goreng spesial kesukaan kamu." Fany meletakkan sepiring besar nasi goreng di meja.

"Hmm... pasti enak."
Fany mengambilkan Andrew beberapa sendok nasi.
"Gak kerasa ya udah hampir 5 tahun," kenang Fany.

"Iya, aku gak nyangka kita bisa langgeng begini."
"Untung aja waktu kita nikah aku gak kabur," ujar Fany geli.
"Lah emang kamu mau kabur?"
"Pernah kepikiran sih."

Andrew mengacak pelan puncak kepala Fany.
"Sayang, Al sama kak Dave ngundang kita ke acara ultah Niki."
"Omongin aja ke kak Dave kita pasti dateng."

Andrew memasang wajah memelas kepada Fany,"kalo kita kapan?"
"Kapan apanya?" tanya Fany tidak mengerti.
"Punya anak, masa kita keduluan Al dan kak Dave."

"Nanti deh ya, kontrak kerja aku juga baru jalan 6 bulan."
"Yah, kan bisa cuti."
"Emang ada perusahaan yang ngasih cuti untuk karyawan baru?"
Andrew hanya menghela nafas.
"Sabar ya sayang."

***

Pada malam harinya Andrew dan Tiffany mengunjungi acara ulang tahun Niki.
Pesta diadakan secara sederhana di kediaman Dave.
Dan para undangan yang hadir hanya sahabat dan relasi terdekat saja.

"Hai Al, selamat ulang tahun ya buat Niki." Fany memeluk Al lalu mencium pipi keponakannya.
"Makasih ya Fan udah datang," sambut Al.

"Kak Dave mana?" tanya Andrew.
"Dia lagi ngobrol sama rekan bisnisnya."
"Cih memang gak berubah."
"Oh ya Fan, tadi Alice sama Ashley nyariin lo."
"Oh ya, gue udah hubungi mereka tadi."

Setelah berpamitan dengan Al, Tiffany langsung menuju ke taman belakang tempat Alice dan Ashley berada.
Sedangkan Andrew hanya mengekori kemanapun Tiffany pergi.
Sesampainya di taman Tiffany dapat melihat Alice, Ashley, Rian, dan Nathan sedang mengobrol di gazebo.

"Hai, hai."
"Fan akhirnya dateng juga lo, lumutan kita nungguin lo berdua," sungut Ashley.
"Please deh perjalanan kesini cuma makan waktu 15 menit," timpal Alice.
Tiffany dan Andrew hanya nyengir kuda.

"Gimana kabar kalian?" tanya Tiffany.
"Kami baik dong, dan lo tau gue sama Alice bakal nikah bareng." Fany langsung berteriak saking hebohnya.
"Serius lo!"
Ashley dan Alice mengangguk bersamaan.

"Aaaa, gue pengen juga, sayang kita nikah lagi yuk."
Mereka semua cengo mengdengar permintaan aneh Tiffany.
"Ngapain nikah lagi, capek juga ngurusin resepsinya."

"Tapi kan enak, bayangin tiga couple sahabat menikah."
Andrew hanya tersenyum geli melihat tingkah Tiffany.
"Kamu jadi bridemaidsnya aja ya."
"Kayaknya seru juga." Fany tetap gembira meskipun tidak jadi menikah massal.

"Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya Andrew.
"Rencananya sih 2 bulan lagi, kalo semuanya berjalan lancar," jawab Rian.
"Tenang aja gue sama Andrew bakal bantuin kalian nyiapin pernikahan yang tidak terlupakan."

Alice dan Ashley langsung memeluk tubuh Tiffany.
"Makasih ya, Fan."
"Gue gak nyangka kita semua bakal sahabatan sampe sekarang," ujar Ashley penuh haru.
"Iya, semoga persahabatan kita awet." Alice menimpali.

"Bro, kita juga harus langgeng ya." Nathan meninju lengan Andrew sambil terkekeh.
"Jijik banget bahasa lo, kayak kita pasangan aja." Andrew bergidik ngeri.
"Gue harap semuanya berjalan lancar," ujar Rian.

***

Tiba di hari pernikahan Alice dan Ashley sudah cantik dengan gaun mereka masing-masing.
Sedangkan Tiffany sudah siap menjadi bridemaid kedua sahabatnya.
"Gue, gak nyangka akhirnya hari ini tiba juga." Fany meneteskan air matanya.
"Fan, kok lo jadi cengeng sih." Ashley tertawa melihat wajah Tiffany yang memerah.

"Girls, siap-siap pernikahan akan segera dimulai."
Pernikahan pun dimulai, masing-masing pengantin mengucapkan janji suci mereka dihadapan Tuhan.
"Happy wedding ya kalian berdua." Tiffany memeluk kedua sahabatnya dengan erat.

"Makasih ya Fan."
"This is the greatest day in my life," ujar Alice.
Para laki-laki a.k.a suami mereka menghampiri wanita-wanita itu.
"Gini nih kalo cewek udah ngumpul, kita terlupakan." Nathan mendramatisir.

"Yaelah lebay amat lo," ujar Tiffany ketus.
"Tapi kali ini gue setuju sama Nathan." Rian merangkul bahu Nathan.
"Ini baru my bro gue." Nathan tampak senang didukung.

Alice, Ashley, dan Tiffany memasang wajah kesal.
"Udah deh ini kan hari bahagia, gak usah berantem napa," lerai Andrew.
"Tau deh yang udah dewasa," sindir Nathan.

Mereka semua tertawa mendengar sindiran Nathan.
"Girls gimana kalo kalian beli rumah di komplek gue, masih ada rumah kosong loh di sebelah."
"Ide bagus tuh, nanti kita bisa gosip bareng." Ashley menanggapi dengan bersemangat.

"Jangan deh nanti para suami dicuekin dong," ujar Andrew memohon.
"Kalian nurut aja deh, mau gak dapet jatah." Alice mengancam seraya melayangkan tatapan tajam.

"Ampun ratu," ujar Rian.
Kami menahan tawa melihat tingkah dua sejoli itu.
"Kami berempat ngumpul sama keluarga dulu ya, kalian berdua have fun aja."

Tiffanu dan Andrew memutuskan untuk duduk di pinggir kolam yang berada di samping hotel.
Andrew merangkul bahu Tiffany dan mengeratkannya.
"Drew aku bahagia banget bisa sama kamu, aku ngerasa beruntung bisa dapetin kamu."

"Begitu juga dengan aku, kamu itu hadiah terindah yang pernah aku milikin." Andrew mengelus pelan puncak kepala Tiffany.
"Aku pengen punya baby." Tiffany mengatakannya dengan pelan.
"Apa? Coba ulangi."

"Gak ada siaran ulang." Wajah Tiffany memerah.
"Yakin kita udah siap?" tanya Andrew serius.
"Aku yakin kita bisa." Tiffany menatap mata Andrew dalam-dalam.

"Aku juga mau kok." Andrew menahan tawanya.
"Aku malu banget tau." Tiffany memukul-mukul dada Andrew.
"Udah ah gak usah malu, kalo kamu gak ngomong gimana aku bisa tau coba."

"Yuk ke dalam." Tiffany berjalan dengan cepat meninggalkan Andrew.
"Yang, jangan ngambek dong." Andrew tertawa seraya mengejar Tiffany ke dalam hotel.

Hai, hai gue balik lagi nih dengan extra part
Sorry ya kalo pendek, nanti kalo bisa gue tambahin lagi extra partnya
Jangan lupa votement ya guys


My Lovely Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang