Part 6

5.9K 325 15
                                    

"Why you're looking at me like that? Is there any something wrong?" Ka Marcel melihatku dengan tatapan penuh arti.

"What's goin' on with you Sunshine? You look so bad. Are you sick? You're not eating your breakfast." Dia memegang dahiku untuk mengecek suhu tubuhku.

"Gapapa, Cuma lagi ga mood makan aja.. Udah yuk berangkat, ntar telat." Aku menarik tangan ka Marcel menuju mobil.

Selama di mobil aku hanya terdiam dan menutupi kepalaku dengan hoodie jacketku. Aku menahan rasa sakit yg sedari tadi aku rasakan.

Tanpa terasa, ternyata mobil ka Marcel sudah terparkir di parkiran belakang sekolah.

"Sunshine.. wake up dear. Udah sampe sekolah nih.." ka Marcel mengelus-elus pipiku untuk membangunkanku.

Aku memaksa mataku untuk terbuka dan menahan rasa sakit di kepalaku yang sedari tadi kurasakan. Aku terkejut dengan hal yang kulihat. Kenapa pemandangan tidak seperti biasanya?

"Loh, kok di parkiran belakang? Kenapa ga di halte? Aaaahhhh!! Ka Marcel kenapa gak bangunin aku? Nanti kalo ketauan sama yang lain gimana?" Ucapku dengan sedikit kesal dan merengek.

"Kakak liat kamu tidur ga tega banguninnya dan muka kamu pucet banget. Kakak ga tega ninggalin kamu di halte gitu aja. Yaudah gapapa turun aja." Jelasnya.

"Ya tapi kalo ada yang liat gimana? Disini masih lumayan rame."

"Yaudah, aku nunggu di mobil sampe sepi. Ka Marcel duluan aja. Kuncinya kasih ke aku. Nanti istirahat aku kasih ke ka Evan atau ka Dave. Okay?" Lanjutku.

"Ngga ah, mendingan kakak tungguin kamu sekalian. Nanti kalo sepi juga ga ada yang liat kita turun bareng. Udah kamu tidur lagi dulu aja. Masih ada 15 menit." Bantah ka Marcel

Bantahan ka Marcel membuat aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi hal itu membuatku sedikit kesal. Moodbreaker!

---

Aku dan ka Marcel sudah ada di  ke kelas masing-masing. Dia benar-benar menungguku dan kita keluar dari mobil setelah parkiran terlihat sepi.

"Anak-anak, hari ini ibu akan pergi karena ada urusan. Jadi, kalian buat kelompok masing-masing 5 orang per kelompok. Buat tugas yang sudah ibu tulis di papan tulis." Jelas Bu Dina tidak lama setelah aku duduk di bangku kelas.

"YEAHHH..YAHH.." bunyi teriakan anak-anak satu kelas karna tidak ada materi baru hari ini.

"Dikumpul kapan, Bu? Kerjain di 1 kertas?" Tanya seorang anak dalam satu kelas.

"Dikumpul besok pagi taruh di meja ibu. Pakai 1 kertas folio ya." Lanjut Bu Dina

"Oke Bu, terimakasih." Bu Dina langsung keluar dari kelas dan kelas menjadi ribut karena mencari-cari teman untuk mengerjakan tugas kelompok.

"Eh, lo sama gue ya."

"Fannyyyyyy!! Ayo sama gueee"

"Woi!! Sini sama gue biar pas berlima"

Begitulah teriakan omongan yang ada di kelas 10A ini. Kami semua mencari orang yang paling pintar di kelas ini. Karena akan menjadi keuntungan untuk 1 kelompok.

Akhirnya aku sekelompok dengan Evel, Nino, Jessica, dan Tomy. Fanny perempuan yang paling pintar di kelas tidak 1 kelompok dengan kami karena banyak orang yang menginginkan dia, jadi aku lebih baik mengalah.

Kelompokku sudah menentukan ketuanya. Dan ya, aku yang terpilih. Otomatis, aku yang harus membagi-bagikan tugas kepada mereka. Dan mau tidak mau aku juga yang harus menulis semua jawaban di kertas folio karena bisa dikatakan aku paling rapih dari mereka semua. Dan aku juga tidak suka dengan pekerjaan yang tidak rapih susunannya. Ini sisi melankolisku.

My Best BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang