Keesokan harinya, badanku benar-benar seperti habis terkena pukul dan tonjok. Sekujur tubuhku terasa pegal dan sakit.
"Sayang udah ditungguin sama Dennis di depan," ucap Mama sambil membereskan piring-piring di meja makan.
"Moza nggak mau berangkat bareng sama Dennis Ma..., Moza berangkat sendiri aja."
"Orang kaki masih pincang begitu mau berangkat sendiri. Sepedamu juga masih rusak sayang, udah bareng sama Dennis aja cepet sana. Atau mau bareng sama Ferrish?"
"Ogah banget bareng sama Ferrish, mending berangkat ngesot deh,Ma," kataku sebal sendiri.
Masa Mama menyuruhku berangkat bersama Ferrish. Bisa-bisa sebelum sampai di sekolah, Ferrishnya sudah duluan kulempar ke jalan karena kesal. Dia kan benar-benar menyebalkan.
"Ya udah sana keluar. Kasihan Dennisnya udah nungguin lama. Keburu telat juga nanti." Mama menarikku berdiri dari meja makan. Dengan malas aku berdiri dan langsung memasang wajah cemberut.
"Papa juga gitu, masa ninggalin Moza yang mau nebeng ke sekolah."
"Kan Papa buru-buru, ada rapat, Sayang. Kalau nungguin kamu, Papa bisa telat kena macet."
Kemudian dengan terpaksa aku berjalan ke luar rumah bersama Mama di sebelahku. Haduh, beneran deh, badanku sakit semua.
"Pagi Moza," sapa Dennis yang kini sudah tersenyum lebar ke arahku.
"Moza berangkat dulu Ma." Aku mencium tangan dan pipi Mama, kemudian berjalan menuju mobil Dennis yang terparkir di depan rumah.
"Hati-hati ya, sayang. Dennis jangan ngebut."
"Iya, Tante. Siap! kami berangkat dulu."
Kemudian Dennis mulai membukakan pintu mobilnya untukku. Dengan setengah hati aku memasuki mobil tersebut. Pasrah deh, kalau begini. Andaikan Kak Eghi tidak nebeng Ferrish pagi ini, beneran deh, aku bakalan standby di garasinya Kak Eghi biar dapat tebengan darinya. Bahkan aku rela menunggu di garasinya dari subuh agar dapat tebengan dari Kak Eghi.
"Kemarin habis jatuh, ya?" tanya Dennis sambil menjalankan mobilnya pelan-pelan.
Aku hanya menjawabnya dengan gumaman saja.
"Kok bisa?" tanyanya lagi.
"Tanya tuh, sama temen lo si Kutu Kupret!"
Kembali kuingat kejadian nahas yang menimpaku kemarin. Got, air comberan dan Ferrish. Tiga hal menjijikkan yang membuatku babak belur.
Karena kejadian jatuh ke got kemarin juga, waktu berduaanku dengan Kak Eghi jadi terganggu. Kurang apes apa coba?
"Ferrish maksudnya? Makanya Moz, nggak usah berantem mulu sama Ferrish. Udah tahu dia rusuh gitu masih lo tanggepin terus."
"Belain aja terus pacarnya,"sindirku yang membuatnya menoleh ke arahku cepat-cepat.
"Lho, kok pacar? Gue masih normal kali, Moz. Kan gue cintanya sama lo, kalaupun mau enggak normal, gue juga pilih-pilih lah. Masak Ferrish, sih."
Dennis dan Ferrish itu sudah berteman sejak kecil. Mereka berdua sudah seperti Batman sama Robin, Dean sama Castiel, Dora sama Boots, Spongebob sama Patrick, dan Masha sama Bear. Mereka sangat dekat. Dan mereka berdua sama-sama nyebelin.
"Kenapa sih, pelan banget jalanin mobilnya?" tanyaku bingung ketika mengetahui bahwa mobil ini berjalan layaknya seekor siput.
"Nggak dengar apa, yang tadi diomongin sama Mama lo? Nggak boleh ngebut."
"Ya tapi kan jangan ketelaluan juga pelannya, Denn!" kataku kesal.
Dasar Dennisnya ngeselin. Ya Tuhan, kenapa aku harus dikelilingi cowok menyebalkan macam Dennis dan Ferrish? Kan bikin nyiksa aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Satu Kompleks
Teen FictionIni tentang Moza dan ketiga cowok yang tinggal satu kompleks dengannya. Ada Eghi, cowok yang Moza sukai. Lalu Dennis, cowok yang menyukai Moza. Juga Ferrish, cowok tukang rusuh. Hidup Moza begitu penuh warna dan kesialan karena ketiganya. Jadi, di...