"Doooorrrrrr!"
Aku terlonjak kaget yang membuat siapa pun itu tertawa.
"Zilva! Lo mau buat gue jantungan apa!" semprotku sebal kepada Zilva yang masih puas menertawakanku.
"Ya habisnya lo aneh, sih. Ngapain coba jongkok di sini?" tanyanya masih dengan sisa tawanya.
"Ngapain pala lo! Gue lagi bersembunyi tahu," jawabku seraya mengamati sekitar.
"Sembunyi dari siapa?" tanyanya bingung sambil ikutan celingukan. "Oh iya, tadi lo dicariin Ferrish," tambahnya.
"Lo bilang apa?" tanyaku harap-harap cemas.
"Ya gue bilang nggak tahu."
"Pinteeerrrr!" seruku bahagia seraya menariknya agar berjongkok bersamaku dan langsung memeluknya.
"Apaan sih, Moz. Lepasin-lepasin," ucapnya melepaskan pelukanku. "Jangan-jangan lo lagi sembunyi dari dia, ya?" tanyanya yang kubalas dengan anggukkan kepala. "Kenapa?"
Aku mendengus kesal. "Gara-gara gue ngeledekin dia sama mantannya kemaren," ucapku sambil meringis mengingat kejadian kemarin.
Setelah kemarin aku menyanyikan lagu galau untuk Ferrish dan menguping pembicaraannya dengan Masha, Ferrish langsung menjadikanku target amukannya. Ya, saat ini dia sedang mencariku dan entah apa yang akan dia lakukan jika menemukanku. Tadi pagi saja dia sok mau ngajakin berangkat bareng yang kutahu hanya akal-akalannya saja. Untung papa belum berangkat ke kantor, jadinya aku bisa minta tebengan ke papa.
"Makanya nggak usah berantem mulu sama Ferrish." Zilva geleng-geleng kepal menatapku. "Udah ah, gue mau pesen makanan. Laper gue," lanjutnya seraya bangkit berdiri.
Memang, saat ini aku sedang bersembunyi di kantin. Tepatnya di sebelah warung Mpok Ndut, penjual soto. Tadi aku sempat melihat Ferrish lewat di kantin. Tanpa banyak berpikir aku langsung berlari ke warung ini dan bersembunyi.
"Zil, nanti kalau ketemu Ferrish bilang kalau lo nggak lihat gue ya," kataku kepada Zilva.
"Iya, Moza," jawabnya mengangguk dan meninggalkanku jongkok sendirian.
Tak lama kemudian aku mendengar Zilva memanggilku. Aku melongokkan kepala, mencari keberadaan sahabatku itu. Lalu, kulihat Zilva sedang menampakkan wajah panik sambil menunjuk arah depannya.
"Moz, itu Ferrish lagi jalan ke sini," katanya.
Secara otomatis aku menatap arah yang ditunjuk Zilva. Dan benar saja, saat ini Ferrish sedang berjalan menuju ke arahku bersama teman-teman satu gengnya. Tiba-tiba saja tatapan kami berserobok.
"Ketemu, lo!" serunya seraya mengacungkan jari telunjuknya kepadaku. Detik berikutnya ia sudah berlari ke arahku.
Astaga, gawat!
Saat ini aku sudah bangkit dari posisi jongkokku dan mulai berlari menjauhi Ferrish.
"Moz, mau ke mana lagi lo?!" teriaknya.
Dengan cepat aku berlari meninggalkan kantin. Sesekali aku menoleh ke belakang untuk mengecek apakah Ferrish mengikutiku atau tidak. Namun, sebenarnya tanpa menoleh pun aku sudah tahu bahwa Ferrish masih setia mengejarku karena aku masih mendengar dia meneriakkan namaku.
Kini aku berbelok di lorong kelas dan tanpa sengaja aku menabrak seseorang yang membuatku tersungkur jatuh.
"Moza, sakit!" kata orang yang kutabrak tersebut.
Aku menatap cowok yang saat ini berada di bawah tubuhku. "Dennis?"
"Bangun, Moz, sakit!"
Aku mengangguk. Cepat-cepat aku bangun dan menyingkir dari atas tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Satu Kompleks
Teen FictionIni tentang Moza dan ketiga cowok yang tinggal satu kompleks dengannya. Ada Eghi, cowok yang Moza sukai. Lalu Dennis, cowok yang menyukai Moza. Juga Ferrish, cowok tukang rusuh. Hidup Moza begitu penuh warna dan kesialan karena ketiganya. Jadi, di...