Kalau boleh aku menguntai kata, aku ingin segera mengucapkan kalimat ini padamu, "Aku ingin kamu," cukup itu saja.
Namun kini aku sadar. Bahkan benar-benar sadar bahwa kenyataan tak semanis apa yang aku pikirkan.
Kamu milik orang lain dan itu paten, kecuali kamu mau bercerai darinya.
"Kamu bisa maafin aku nggak, Mor? Aku salah, aku tau itu makanya aku mau minta maaf sama kamu. Aku udah kena imbas atas semua kesalahan aku, Mor. Kamu tau apa imbasnya?"
Aku menjauhkan tubuhku darinya beberapa langkah lalu kepalaku menggeleng samar tanda tak tahu.
"Aku nggak akan pernah bisa ngebuat kamu jadi milik aku selamanya."
Ia menjawabnya dengan lirih sembari menundukkan wajahnya seperti menahan egonya sendiri.
Aku memajukan kembali tubuhku ke arahnya, mencari indera pendengarannya sembari berbisik pelan, "Kamu pulang, istrimu nungguin kamu di rumah. Nggak usah mikirin aku, aku nggak apa-apa. Aku maafin kamu."
Ia merengkuh tubuhku kembali selama beberapa detik lalu melepasnya perlahan, "Terima kasih."
Radin membalikkan tubuhnya lalu mulai melangkahkan kakinya keluar. Beberapa saat kemudian decitan suara ban mobil terdengar sebelum mobil laki-laki itu benar-benar menghilang.
Sejenak aku menatap hujan yang sudah mereda. Awan menggelap, tanda sebentar lagi matahari akan segera tenggelam.
Aku berdiri di sini dengan perasaan tak karuan, meragu sendiri dalam kebisuan.
Hujan turunlah sekali lagi agar aku bisa melunturkan perasaanku dengan rintik airmu.
***
(a/n)
met malming semuaaa. semoga ada yg seneng ya aku update cerita malam ini ngehehe❤
ps: maaf suka update cerita sesuka hati😢
KAMU SEDANG MEMBACA
AM-PM 3: Timerrow
Short StoryAM-PM 3: Timerrow "Can we back together again like yesterday?"