Keesokan paginya, Patterson sibuk di dapur. Oke, ini nilai plus yang akan didapatkan calon istrinya nanti. Setelah ia selesai, ia menyajikan makanannya di meja makan.
Ku lihat kak Selly, Shitta dan lainnya sudah siap untuk menyantap sarapan pagi. Mereka sedang duduk di meja makan dan sedang mengobrol.
"Hi, Chef. Terima kasih sudah menjaga Ben dengan baik untukku" kata Selly pada Patterson.
"Ya, sama-sama. Untung dia adalah ponakan yang baik jadi tidak terlalu masalah untuk menjaganya" kata Patterson yang ikut gabung dengan mereka.
"Hmm.. ku dengar semalam Ben bercerita kalian akan mengunjungi rumah 'kak Brooklyn' apa dia pacar barumu?" tanya Selly yang menatap lurus ke arahku karena kebetulan juga dia duduk tepat di depanku.
"Brooklyn? Sepertinya tidak asing" kata mom lalu memasukkan sesuap nasi ke mulutnya.
"Ohh!! Brooklyn cewek asing yang disukai Ben itu? Apa kalian sering bertemu kak?" tanya Shitta yang duduk di sampingku.
Kenapa duniaku harus dipenuhi dengan wanita-wanita cerewet ini?
"Dia hanya kenalan Ben. Itu saja tidaj lebih" kataku acuh tak acuh.
"Bukan, kak Brooklyn temanku dan teman om juga, iya kan om?" kata Ben yang baru menggabung dan langsung ikut gosip juga.
"Ya, baiklah, hanya teman sebatas itu" kata Brooklyn yang menyesap kopinya.
"Aku dan om akan pergi ke rumah kak Brooklyn karena kak Grey mengajak kami ke rumahnya, apakah boleh mom?" tanya Ben dengan muka mohonnya lagi. Siapapun yang melihat 'muka mohon'-nya itu pasti akan dengan cepat mengiyakan apapun yang ia katakan.
"Tentu saja, sebenarnya kau kenal kak Brooklyn itu darimana, sayang? Ohh, aku lupa Patterson. Namamu itu sama dengannya. Apakah ini yang dinamakan takdir?" goda Selly.
"Aku bertemu dengan kak Brooklyn saat aku membeli ice cream, ia yang membantuku memesan. Karena aku terlalu pendek" kata Ben yang duduk di samping ibunya itu.
"Sepertinya dia anak yang baik, ajaklah dia ke rumah, Brooklyn. Ibu ingin melihat gadis itu. Apa dia seorang gadis?" tanya mom.
"Ya, dia masih kuliah" kataku cuek.
"Kak! Are you serious? Kau memacari seorang gadis? Haa! Betapa beruntungnya kau kak" kata Shitta yang sebenarnya mulutnya itu penuh dengan makanan.
"Makan dulu baru ngomong, dia bukan pacarku. Dia hanya temanku dan teman Ben" kataku cuek.
Bagaimana mungkin aku menyukai gadis yang bersifat anak kecil seperti dia. Mendengar cerita Grey semalam, ia terdengar benar-benar seperti Ben. BIG NO!
"Kak Brooklyn sangat baik, ia selalu menemaniku saat aku pulang sekolah sampai om datang menjemput" kata Ben yang polos itu.
"Jangan mengganggu kak Brooklyn, Ben. Kakak itu masih sekolah" kata Selly pada anaknya lalu mencubit pipinya gemas.
"Tapi kak Brooklyn tidak keberatan, aku sudah menanyakannya" kata Ben.
"Baiklah jika kakak iti tidak keberatan" kata Selly.