Anderson POV
Jujur, aku tak tahu sebenarnya kenapa aku selalu nyaman dengan om itu. Walaupun kadang dia menyebalkan dan sedikit cuek. Oh tidak, akhir-akhir ini dia cerewet.
Mungkin aku suka sama dia? Ya, itu sudah pasti karena dari pertama kali ku lihat dia juga aku udah suka dengannya. Akibat ketampanannya itu. Cinta? Mungkin tidak dan mungkin iya. Aku masih belum bisa menemukan jawaban yang pasti untuk itu.
Aku terbangun dan merasakan ada seseorang yang memelukku. Oh my God, Grey. Aku tak tahu dia tidur bersamaku semalam.
"Greyy" ku panggil adikku itu dengan lembut.
"Kak, aku mimpi buruk. Sangat burukk" kata Grey yang masih di sampingku.
"Apa? Ibu?" tanyaku.
"Ibu? Kalo aku mimpi ibu, itu tidak sepenuhnya buruk tapi ini buruk sekali" katanya yang sekarang sudah menoleh ke arahku.
"Apa? Katakan" kataku.
"Kau menikah dan kau meninggalkanku sendirian dengan ayah" katanya yang sekarang sudah seperti anak kecil. Dan dia menangis.
Aku gak ilfeel sama sekali dengan cowok yang menangis. Untuk hal tertentu. Bahkan menurutku, nangis itu lebih baik daripada dipendam. Setidaknya kau melepaskan emosimu.
"Heyy, kenapa kau menangis? Dasar anak kecil! Dengar, kau tahu mau tak mau, kejadian seperti di mimpimu itu akan terjadi. Aku pasti akan menikah. Tapi peganglah janjiku ini dan sudah sering ku katakan padamu. Aku akan sering mengunjungi kalian dan kalian juga bisa mengunjungiku" omelku.
"Tapi kau tidak akan tinggal serumah denganku lagi. Aku akan merasa kesepian. Walaupun ada ayah tapi tetap saja aku tidak akan punya teman yang bisa ku ajak ngobrol, adu mulut dan lainnya" katanya yang masih menangis.
"Dengar, itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Aku tidak akan menikah dalam waktu dekat ini. Jangan terlalu pikirkan itu. Aku sayang denganmu dan ayah. Cuma kalianlah yang aku punya sekarang" kataku yang memeluknya.
Dia hanya diam di dalam pelukanku. Aku tak tahu aku bisa punya adik yang sensitif seperti ini. Jujur, aku bersyukur. Dari kesensitifannya itulah aku tahu kalau dia sangat menyayangiku.
Patterson POV
"Ben, bangunlah" panggilku yang duduk di samping ranjangnya.
"Ya, om" jawabnya ngasal.
"Bangunlah, kau tidak ingin bertemu kak Brooklyn hari ini? Dia kan biasanya pagi-pagi selalu lewat sekolahmu" kataku memancingnya lagi. Karena aku yakin dia langsung bangun jika dengar nama Brooklyn.
"Iya om" jawabnya dan langsung bangun. Memang Brooklyn udah mencuri semua perhatian keluargaku. Bahkan Ben yang sangat susah menerima orang.
"Mandilah, om tunggu di meja makan" kataku.
Meja makan sudah terisi penuh. Hari ini semuanya lengkap. Aku tidak tahu kenapa. Tapi ini aneh.
"Happy Birthday, anakku sayangg" kata mama yang sudah memelukku saja. Ya, dan yang lebih memalukan adalah aku melupakan hari ulang tahunku sendiri.
"Thanks, maa" kataku yang langsung ku cium pipinya.
"Happy Birthday adikku yang lagi jatuh cinta. Semoga nanti dijadikan pacar ya anak itu" gantian kak Selly yang memelukku sekarang.
"Thanks kakakku yang mulutnya bebek. Dan aku tak tahu bisa atau tidak ku jadikan anak itu pacarku" responku.
"Eh abanggku cintakuu, happy birthdayyy bang. Wishku samaan deh sama kak Selly" kata Shitta.
"Iya adekku yang ku sayang" kataku.
"Aku mendadak jijik denger kalimat 'adikku sayang'" kata Shitta.
"Kamu yang mulai cintaku" kataku yang mencubit hidungnya gemas.
"Cepetan pacarin itu si Brooklyn, nanti kamu nyesel loh kalo udah diambil orang" kata mama.
Tak begitu ku hiraukan apa yang dikatakan mamaku. Tak lama kemudian, Ben datang.
"Ben, om hari ini ulang tahun. Ucapin dulu gih" kata kak Selly pada Ben.
"Selamat ulang tahun, om. Beliin es krim yaa" kata Ben yang berada di gendonganku lalu menciumku.
"Es krim melulu" kataku pada Ben.
Lalu kami hanya sarapan seperti biasa. Setelah itu, ku antarkan Ben ke sekolah. Di depan gerbang sekolah Ben, ku lihat Brooklyn sedang mengobrol dengan seorang lelaki. Aku tidak tahu siapa yang pasti daritadi yang ku lihat Brooklyn selalu tertawa dengannya.
"Haii kak Brooklyn" sapa Ben yang sudah berlari ke arah Brooklyn.
"Ehh, heyy, sayangg. Gemes banget. Haii, Patt" sapa Brooklyn yang sedikit berbeda hari ini. Dia tak pernah menyapaku pakai namaku. Biasanya selalu om.
"Kak, aku harus masuk ke kelas. Sepertinya sebentar lagi akan masuk. Byee kak" kata Ben yang berlari masuk ke sekolahnya.
"Oh ya, ku tinggal dulu ya. Aku harus balik. Gak papa kan?" tanya lelaki itu pada Brooklyn.
"Okay, hati-hatii" kata Brooklyn dengan lembut.
Haa! Dia gak pernah seperti itu kalo denganku. Kenapa manis sekali dengan lelaki itu.
"Pacarmu?" tanyaku cuek.
Anderson POV
"Pacarmu?" tanya Patterson.
"Kalo iya kenapa, kalo enggak kenapa?" jawabku canda.
"Gak kenapa-kenapa. Tumben tadi manggil aku Patt? Gak kayak biasanya" kata Patterson cuek.
Oh my gosh, orang ini. Manggil om salah, manggil namanya juga salah. Jadi apa maunya? Dan kenapa hari ini dia cuek banget.
"Ishh, salah mulu di mata om. Dipanggil om salah, panggil nama pun salah. Om maunya apa sih?" kataku.
"Ya udah, aku berangkat dulu ke kantor. Bye" katanya yang masih dingin.
Kenapa lagi si om itu. Cuek banget hari ini. Kesel sendiri aku jadinya.
Waktu hari ini berjalan begitu cepat. Aku bosan tiba-tiba. Masih belum jam dua tapi aku sudah berada di sekolah Ben. Tak lama kemudian ku dengar lonceng yang berarti pelajaran selesai berbunyi. Dan muncullah Ben yang berlari ke arahku.
"Wah, kakak kok udah di sini aja?" tanya Ben yang duduk di sampingku.
"Gak papa, kakak bosen aja tiba-tiba. Oh ya, kamu tahu ngak om kamu itu kenapa? Tadi om Patt kayak marah gitu" kataku yang menanyakan Ben.
"Kakak udah ucapin happy birthday ke om, belum? Hari ini kan om birthday. Mungkin karena itu" kata Ben yang sekarang sudah ada di pangkuanku.
Oh jadi dia kesal karena aku gak ngucapin happy birthday. Baiklah biarkan aja sampai nanti malam.
Dan tak lama kemudian, orang yang sedang dibicarakan itupun datang.
"Ben, ayo pulang" ajak Patterson.
"Aku?" tanyaku. Jujur aku malu karena menanyakan hal ini. Tapi ku tutupi maluku itu demi membuat dia tambah jengkel.
"Pulang aja sendiri. Punya uang kan?" jawab Patterson pedas.
Jujur itu menyakitkan. Aku ingin menangis mendengarnya. Tapi ku tahankan. Aku yakin bukan hanya karena aku tidak mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Pasti ada yang sesuatu yang salah.
"Oh gitu, ya udah" kataku yang tak bisa melawannya lagi. Karena aku yakin kalo aku melawannya aku akan semakin buruk.
"Maaf, aku hanya lagi kesal. Nanti malam ku jemput jam tujuh di rumahmu" katanya padaku lalu pergi begitu saja.
Apalagi sekarang? Ia memaksaku untuk mengikutinya? Sungguh manusia anehh.
================================
Hola hola, part 13 selesai. Part 14 bakal diupdate 2 minggu lagi ya habis selesai ujian hahaha. Semoga suka dengan part ini, xoxo