Patterson POV
Pagi sudah datang, tak terasa, malam itu sudah lewat. Malam yang menyenangkan.
"Paagii, om" sapa Ben.
"Pagi, sayang" sapaku balik.
"Kau terlihat fresh dan bahagia hari ini" kata mom.
"Mungkin tidurku cukup nyenyak semalam" kataku yang mulai sarapan.
"Dia kan semalam dinner sama Brookie, mom" kata kak Shitta.
"Mom, apa kak Brooklyn bakal jadi tante aku?" tanya Ben.
"Tanya aja sama om-mu" kata Shitta.
"Mungkin" jawabku ngasal.
"Yeayy, kak Brooklyn bakal jadi tantenya Ben" jerit Ben.
"Ayo, Ben. Kita harus berangkat sekarang sebelum kau terlambat" kataku cepat mengalihkan pembicaraan. Karena aku yakin antara mom dan kak Shitta akan menanyakan sesuatu yang aneh.
"Ok, om" kata Ben lalu mengambil tasnya yang ada di sofa ruang tamu.
Anderson POV
"Kakakkk, bangunn, anterin aku ke sekolahh" jerit Grey dari depan pintu kamarku.
"Iyaaa iyaa" jeritku balik.
"Kakakkk, ayokk" jeritnya lagi.
"Ya ampun, Grey. Iya bentar, kakak mandi" kataku lalu bergegas ke kamar mandi.
Hari ini aku memakai baju yang sangat biasa. Karena gak tahu juga mau pake baju apa dan males dandan.
"Tumben, kok gak dandan? Cuma pake bedak sama lipstik?" tanya Grey yang sedang makan.
"Lagi males banget. Gak papa dong kek gini sekali-kali. Sekalian istirahatin wajah" kataku yang sudah bergabung di meja makan.
"Kau tetap cantik, menurut ayah" puji dad.
"Memang dad yang terbaik" kataku.
"Aku?" tanya Grey.
"Kau juga cukup baik, Grey" godaku.
"Cukup. Yayaya" kata Grey lalu melanjutkan makannya.
"Grey, ku rasa kau tidak boleh terlalu protektif atau terlalu dekat lagi dengan kakakmu ini. Maksudku dekat boleh tapi jangan bertindak kau seolah-olah pacarnya. Sudah saatnya kakakmu ini mencari seorang pria" kata dad pada Grey.
Ku lihat Grey hanya diam.
"Tidak apa, dad. Aku senang ia dekat denganku. Itu lebih baik bukan? Lagipula aku harus cari seorang pria yang memang bisa terima Grey yang seperti ini" kataku.
"Aku sebenarnya juga tahu itu, dad. Makanya akhir-akhir ini aku sering membiarkan kakak pergi sendiri. Termasuk membiarkannya dengan om Patterson" kata Grey.
"Dad hanya menyarankan. Kalian sudah dewasa jadi harus punya pemikiran yang dewasa juga" kata dad.
"Iya, dadddy" kataku lalu memeluknya.
Tingg tongg
"Siapa?" jeritku yang sambil berlari untuk membuka pintu.
"Om?" kataku heran.
"Haii, kak Brooklyn" sapa Ben.
"Hai, sayang. Kok ke sini? Tumben?" tanyaku lalu menggendong Ben.
"Kata om, pengen berangkat bareng kakak" bisik Ben di telingaku, yang membuat pipiku memanas setelah mendengarnya.
"Bennn" panggil Patterson.