"Cieeee saya ditungguin."
Mark tiba-tiba duduk sebelah Yeri"Pulpen aku mana?"
Tanya Yeri langsung keintinya, Mark lalu merogoh saku celananya. Bukannya memberikan pulpen itu pada Yeri, Mark malah memainkannya."Udahlah pulpennya buat saya aja ya?"
"Iya."
"Asik! yaudah makasih. Saya pulang dulu."
"TAPI AKU GAK RIDHO. NANTI TULISAN KAMU GAK BERKAH LOOOH."
Mark memanyunkan bibirnya, lalu menaruh pulpen Yeri ditasnya Yeri bagian sisi.
"Saya kembaliin."
"Lagian, pulpen gini banyak kali ditoko buku. Ngapain ngambil punya aku?"
"Pulpen punya kamu, spesial."
"Loh? spesial darimananya?'
"Soalnya, habis dipakai kamu tadi nyatet diperpus."
"Terus? letak spesialnya dimana?"
Yeri masih pusing, dimana letak spesialnya pulpen miliknya."Soalnya bekas tangan kamu. Sehabis itu baru dipegang saya, secara enggak langsung saya pegang tangan kamu kan?"
Muka Yeri tiba-tiba memerah, untungnya Bang Bobby udah jemput. Jadi Yeri ada alasan untuk kabur dari Mark.
"Duluan ya, Mark!"