Memorandum Monokromatik

72 9 0
                                    

Aku memiliki hal yang kuharapkan untuk kesekian kalinya.

Namun berapapun kali aku berputar untuk mencari jawaban, entah bagaimana atau  segala pola yang harus aku geluti demi menemukan mereka, itu sama sekali tak berarti.

Memang hal yang sepele, bahkan tak diinginkan bagi sebagian orang. Bagaimanapun, hal itu adalah penting bagiku.

Beberapa hal bisa dibilang tidak terlalu penting. Namun ketika semuanya dikumpulkan, kamu bisa bilang kalau aku juga menginginkannya.

Itu bukan masalah dia atau dia yang lain. Tapi sepertinya, ini masih menyangkut dengan dia dan dia.

Pada dasarnya, aku begitu naif untuk berharap. Namun bagaimana caranya untuk berasumsi bahwa dia akan menerima?

Meski begitu, aku juga begitu bodoh untuk menyimpannya. Berharap kecil, bahwa dia akan memahamiku. Bagaimanapun juga, itu hanya harapan semu.

Berbagai macam pemikiran kuasumsikan. Tapi aku sama sekali tak menemukan definisi yang tepat untuk menyebutkannya.

Apa yang kudapat, akhirnya hanyalah jawaban yang ganjil dan semu juga.

Ambigu.

Dua sisi.

Abstrak.

Semu.

Hal yang kuharapkan, hanyalah hal semu.

Itu menyakitiku. Karena itulah, aku selalu mencoba menemukan jawaban ketiga, meski akhirnya aku menemukannya, itu bukanlah penyelesaian.

Itu hanya melarikan diri dari kenyataan. Menipu diri sendiri, untuk mengkondisikan bahwa aku baik-baik saja.

Nyatanya, aku baik-baik saja dengan berbohong.

Memorandum MonokromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang