Veritas

134 6 0
                                    

Ya, kenapa kita memulai sebuah kisah? Kenapa sebuah awal harus bertamu dengan pengakhiran? Kenapa semua ada, lalu tiada?

Kegelapan yang berujung, dan tak berujung. Panjang, oval, dan bulat, senantiasa bersamaku. Bukan harfiah sebenarnya, namun tetap saja menakutiku, ketika hidup di dalam dunia gelap. Apa itu berdosa?

Sebuah ketiadaan. Namun aku berada di dalamnya. Mengingatnya, begitu klise. Paradigma yang menyedihkan. Paradoks busuk. Gila!

Ketika kualihkan jarak pandangku ke belakang, aku melihat diri pesakitanku dahulu. Terlihatlah luka, erangan, cacian, muntahan, darah, kotoran, tulang, daging, iga, pankreas, limpa, dan segala sesuatu yang terbilang menjijikan. Namun bukan aku.

Ya, bukan aku. Itulah diriku yang lain, yang berharap, dan akhirnya sakit dalam fase kehidupannya. Namun itu juga aku. Aku menderita, tertekan, aku gila, stres, depresi, bahkan memcapai sebuah sesi yang tak terbantahkan!

Otakku kesakitan, ia meradang, meminta hak bebasnya, sebuah harapan, hanyalah angan yang tak berwujud. Mataku berdarah, limpaku robek, ususku terburai, jantungku disiram air keras!!!

Aku berlari, terus berlari, mencari hal yang selama ini menjadi mimpi tak pasti. Terus kabur, mencapai sebuah kesinpulan berat dan entah bagaimana, begitu menyenangkan.

Terbentang lagi, kuarahkan ruang pandangku di depanku. Sebuah kegelapan tak berujung. Aku tidak tahu sama sekali. Aku berlari, dan aku belum berhenti.

Pelarianku, mencapai kematiannya.

Memorandum MonokromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang