Emily's POV"Dev, I think i should go. Maaf menganggu." Kata - kata itu masih teringat di otakku. Mengapa aku tidak bia menghapus ingatanku. Yah, Aku pikir dia memang tidak ingin diganggu. Namanya begitu sangan Familiar. Sangat. Devano...
Aku berjalan di tengah malamnya kota Melbourne. Dengan gedung - gedung tinggi dan hembusan - hembusan angin yang sejuk menerpa kulitku. Sangat tenang. Melihat lampu - lampu yang bersinaran. Ini sangat menakjubkan. Ditambah lagi bintang - bintang yang bersinar malam ini. Ada beberapa orang yang berpakian pesta untuk Dinner, atau menghadiri acara lainnya. Aku menikmati malam ini. Aku hampir lupa. Dad ada disini. Aku merogoh kantongku dan...
dan... dimana HandPhoneku. Hilang.
Aku panik.
Aku menusuri jalan tepat jalanan yang persis kembali ke arah Café tadi. Tetapi, aku sudah berjalan cukup panjang. Sangat membuatku capek dan membuang waktu menuju kesana. Sepertinya lebih baik aku pulang saja.
Aku berniat menghentikan taksi dan pulang. Kalau saja Handphone ku ada, pastinya aku tidak repot menghentikan taksi seperti ini. Tapi tunggu, Sepertinya jalan ini menuju Hotel Tan Parker. Dibanding aku susah dan membayar taksi. Sebaiknya aku kesana.
Bangunan megah dengan struktur nya yang menampilkan kemewahan membuat para tamu ternganga. Dengan sentuhan gaya Classic dan kuno yang justru membuat Hotel itu terlihat sangat Elegant dibanding hotel lainnya. Aku segera ke receptionist.
"Hi Miss. Ada yang bisa saya bantu ?" Tanyanya dengan tersenyum.
" Hi! , boleh aku meminta izin untuk ke atas? Penthouse. Ya, tempat Eliana Charlotte Tan. aku temannya. Emily Scarlett Patterson." Jawabku.
"Ah, Miss Emily. Welcome. Baik, Aku akan mengantarmu." Balas nya dengan senyuman mengembang.
Aku menggunakan lift yang memang hanya Eliana dan keluarga yang bisa menaikkinya. Setauku walaupun Ana mempunyai rumah dengan keluarga besarnya yang sangat megah. Ia lebih suka berada di penthouse dan tinggal sendirian di hotel milik keluarganya ini. Hotel Tan Parker.
Lift itu naik terus dan berhenti sampai lantai yang paling atas.
Aku membunyikan Bel dan menekan tempat suara dan ada kamera disana.
"Hai Ana. This is Emily!!!! Buka pintu dong." aku nyengir tepat di kamera itu.
"Anaaaaaa"
Tak lama kemudian pintu terbuka.
Dimana Eliana?
Aku memasuki Penthouse nya yang begitu megah dan rapi.
aku menaikki tangga di Penthousenya dan ke kamar nya untuk mengecek Eliana.
Saat aku masuk ke kamar Eliana. Aku tersontak kaget.
"Anaaa!" teriakku.
Tubuh Eliana sudah bersimbah darah. Badannya lebam - lebam. Biru, Memar, bedarah dan luka lainnya tertera disana. Bagaimana bisa. Ini pasti ulah Robert. Aku sudah tak bisa berfikir. Aku segera memanggil para staff hotel dan membawanya ke rumah sakit. Eliana di bawa ke Emergency sedangkan aku sibuk mengurusi data - datanya untuk menjadi wali sementara. Di satu sisi dengan ketegangan dan kepanikan yang aku punya. Alam sadar ku masih bekerja. Aku harus menghubungi Ghally Terlebih dahulu. Untungnya aku hafal nomornya. Jadi aku meminjam Telepon Rumah sakit.
[Halo]
"Ly, ini aku Emily Cepet kesini. Ini nomor Rumah sakit. Rumah sakit aduh apa namanya ini. Pokoknya deket Hotel Tan Parker. Eliana di Emergency Darurat!. Cepet. Ga usah banyak tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain drops
Teen FictionDia disana, duduk dengan mata yang tenang. Menunggu sang bintang yang entah kemana. Sama halnya dengan yang ia lakukan dulu. Bukan salah menunggu. Bukan masalah kenangannya. Ada banyak kejadian yang begitu tiba - tiba. Seakan Tuhan pun ikut...