7. Day 2 - Gili Air: I'm Not Jealous. (Harry)

28 2 0
                                    

Sebenarnya aku tidak benar-benar marah kepada Grace, hanya saja ingin melihat apa responnya saat aku tidak selalu berada disampingnya. Aku selalu lihat raut wajahnya berubah kalau ada aku disisinya.

Sesampainya di Gili Air aku segera turun dan pergi menjauh dari tempat Grace berada. Entah dia tahu atau tidak kalau rombongan ini akan menginap di Gili ini dan akan melanjutkan perjalanan ke Gili Meno dan Gili Trawangan tanpa kembali terlebih dahulu ke hotel. Aku tidak melihat pakaian yang ia bawa, aku hanya meliat kamera yang selalu melingkar dilehernya.

Aku ada niatan untuk snorkeling hari ini karena kemarin aku belum puas snorkeling di pantai senggigi. Di Gili Air ini juga terkenal dengan keindahan snorkelingnya, maka dari itu aku ingin snorkeling disini.

Setelah izin dari Simon aku berjalan menuju tempat ganti baju namun dengan tiba-tiba langkahku berhenti sebelum sampai ditempat tujuan. Aku melihat seseorang yang sangat familiar dimataku.

Zayn dan Grace.

Mereka sedang berada ditempat snorkeling dan bersiap untuk bersnorkeling. Pemandangan itu membuat hatiku hancur. Aku kira Grace akan memikirkan mengapa aku pergi meninggalkannya begitu saja, tapi ternyata dugaanku salah. Dia terlihat sangat senang pergi bersama Zayn dan begitu pula dengan Zayn. Diwajahnya tidak ada raut ketakutan akan laut sama sekali. Entah sejak kapan ketakutannya menghilang.

Sedikit demi sedikit aku melangkahkan kakiku kebelakang dan lama kelamaan aku berlari kembali ke tempat yang jauh dari pinggir pantai. Entah kemana, aku hanya mengikuti langkah kakiku pergi.

"Harry?" sapa Louis tapi aku menghiraukannya dan melanjutkan lariku yang cepat ini. Mungkin karena melihat tingkahku yang aneh, Louis berlari menyususlku. Ya, dia menyusulku.

Aku belum berhenti berlari sampai hatiku bilang berhenti. Suara Louis yang memanggilku juga tidak aku hiraukan. Sampai akhirnya lariku mulai melambat dan aku bisa mendengar suara Louis lebih jelas.

"Harry kau kenapa?" ucap Louis dengan wajah yang sedikit panik.

Aku menutup wajahku. Menutup wajahku dari Louis karena aku menahan kekesalan. Aku tahu Zayn adalah sahabatku tapi melihatnya dengan Grace membuatku sakit. Aku belum bisa mempercayainya walaupun dia sudah memiliki kekasih sekalipun.

Aku menggeleng sebagai tanda jawabanku untu pertanyaan Louis.

"Tidak mungkin kalau kau tidak apa-apa. Ayo ceritakanlah." Mungkin Louis tahu apa yang aku rasakan. Dia memang benar-benar sahabatku. "Tadi di boat kau bilang sangat senang hari ini. Mengapa sekarang tiba-tiba berubah seperti ini?"

"Argh!!!" bentakku sambil melempar tanganku kesegala arah. Aku kesal dengan keadaan ini. Mengapa harus Zayn? Mengapa harus sahabatku sendiri. Aku merasakan tangan Louis menyentuh bahuku dan itu bisa menenangkanku walaupun hanya sedikit.

"Ceritakanlah," ucap Louis dengan tatapan sungguh-sungguh. Louis memang seperti ini, terkadang dia bisa membuatku tertawa dan bisa menenangkanku. Walaupun dalam urusan pendapat dia sangat payah. Tapi jika dalam hal spontan pendapat ia bisa menjadi benar.

Aku mengambil napas dalam-dalam, "Zayn."

Mungkin dengan kode itu Louis akan mengerti apa yang kumaksud. "Aku mengerti. Ada apa lagi memangnya?"

Aku menceritakan semua kejadian yang aku liat kepada Louis. Aku merasa sangat lega setelah menceritakan semuanya kepada Louis. Dia hanya mengangguk-angguk mendengarkan apa yang aku ceritakan. Louis menghampiriku dan menepuk pundakku.

"Kau cemburu."

Kata-kata itulah yang membuatku terkejut. Dua kata yang selalu aku sangkal tapi memang itu kenyataannya. Aku cemburu. Tapi mana mungkin a-sudahlah. Mungkin memang benar apa kata Louis, aku cemburu dengan Zayn.

Lombok Island - 7 Unexpected Days (Stories of Seven Days)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang