3# HANYA AKU, KAMU TIDAK

32 1 0
                                    

Pagi yang cerah membawa langkah Yayas menuju kekelas
X Markurius dipojok sebelah kanan lantai dua sekolah Katolik terkenal dikota ini.

Yayas setengah berlari menuju bangku disebelah kiri berleter U, kelas ini memang hanya diperuntukan untuk 25 murid saja sehingga memudahkan interaksi antara pengajar dan Siswanya.

Senyum Yayas mengembang seketika saat melihat Dera yang mulai sibuk dengan camera canonnya, Yayas mendekat mengecilkan jarak antara dia dan Dera.

"Ngapain?"tanya Yayas sembari mengeluarkan kotak makannya.

"Cobain?"tawarnya"Gue blom sempat sarapan dirumah tadi,telat bangun"Yayas terus mengoceh.

Dera hanya diam melihat isi kotak didepannya yang terbuka setengah.

"Ayo cobain, mama gue pinter masak lho. Smua masakan mama enak-enak kok" Yayas sekarang persis SPG makanan

"Gue udah makan tadi" tolak Dera

"Dikit aja kok" Yayas menyendokan satu sendok tepat kearah mulut Dera.
Dera terbatuk-batuk karena tidak siap menerima makanan apapun. Mukanya merah padam menahan amarah dan malu karena diketawain orang sekelas.

"Lo perempuan yang kerjanya hanya nyusain orang tau gak!!" setengak teriak Dera berlalu dari sebelah Yayas..Mungkin ingin membuang makanan dari mulutnya.

Tiba-tiba dari arah sebelah kiri Elshinta sudah berkacak pinggang menatap jutek kearah Yayas.

"Ya ampun Yas segitunya ngejar cowok yang liat lo pun dia gak nafsu" Cibir Elshinta and the gank membuat Yayas tertunduk malu.

"Lo ngak ngaca apa? muka lo standar aja, otak lo juga biasa aja, bisa lo tuh gangguin orang tau gak?? like a bitch " maki Elshinta membuat kelas X Markurius senyap seketika.

Beberapa pandangan kasihan mengarah pada Yayas.
Perlahan Yayas mendekat kearah Elshinta, matanya merah padam menahan amarah. Tangannya mengepal kuat.

"Apa lo bilang?" Yayas makin mendekat "LO BILANG APA SAMA GUE BARUSAN!!" Yayas berteriak emosi dan PLAKK satu tamparan melayang di pipi Elshinta..

Beberapa teman mendekat kearah Elshinta ada juga yang menahan Yayas agar semakin tidak hilang akal.Membuat kelas seketika berubah bising.

"Yayas, Elshinta ikut saya sekarang" perintah suster Sisil galak. Ternyata suster Sisil melihat semua yang barusan terjadi.

Yayas bergerak mengikuti langkah suster Sisil kearah ruang kepala sekolah. Pandangan matanya masih menunjukan amarah. sebenarnya Ini bukan kali pertama Yayas dikatakan bitch oleh Elshinta, dulu dia diam saja tapi entah mengapa dia begitu marah saat Elshinta mengatakan kata itu didepan Damian Adera cowok kaku yng ingin dijadikannya sahabat.

"Kenapa kamu bisa melakukan hal tidak terpuji seperti itu Louise Adyassa?" Tanya Romo Amros selaku kepala sekolah.

Yayas menunduk. Seakan mengakui kesalahannya.

"Saya..Saya dibilang bitch sama Elshinta, Romo" jawab yayas gugup.

"Apa disekolah ini mengajarkan kamu membalas kejahatan dengan kejahatan?" Wajah Romo Ambros yang bijak membuat teduh hati Yayas.

"M..Maaf Romo..Saya salah" Yayas memberanikan diri menatap Romo Amros. Kemudian dia menatap Elshinta dengan rasa bersalah.

"El... saya minta maaf" ujar Yayas sembari mengulurkan tangannya Elshinta kemudian juga balas mengulurkan tangannya tanda berdamai.

"Kamu boleh kembali kekelas Elshinta, sedang Yayas kamu tetap diruangan dulu" ucap Romo Ambros dengan suara datarnya.
Elshinta kemudian beranjak pergi dari ruangan kepala sekolah untuk mengikuti pelajaran.

Jam istirahat baru dimulai saat Yayas masuk kedalam kelas, ditatapnya kursi kosong milik Dera disebelahnya menandakan kalau sang pemilik sedang menikmati waktu istirahatnya..Terang saja Dera berlaku seperti biasanya dia mungkin merasa kejadian tadi bukan sesuatu yang penting. Ada atau tidak adanya Yayas smua pasti tetap sama menurut Dera.

Bunyi langkah kaki berhenti tepat disebelah tempat duduknya. Yayas menoleh kemudian kembali membereskan kotak makannya yang sudah dingin. Miris sekali padahal dia tadi hanya ingin Dera mencicipi masakan mamanya tapi apa yang dia dapat?? dia dibilang cewek meyusahkan..Cewek bitch arrrrrrgghhhh, rasanya Yayas ingin menangis saja.

"Gue tau lo sakit hati tapi gue juga tahu lo bukan cewek yang gampang marah, El emang kelewatan banget tadi" ucap Ray sambil duduk disebelah Yayas. Suara Ray menghentikan lamunan Yayas. Menyadarkan kalau seseorang sedang berada didekatnya.
Yayas kemudian mengambil tasnya, berdiri dan sekilas melihat Ray yang bingung karena Yayas seperti ingin pergi.

"Thanks Ray..untuk smua pengertian lo. Gak semua temen dikelas ini punya pendapat seperti lo.Gue duluan" Ucap Yayas sambil tersenyum miris. Dia tidak menjelaskan apapun pada Ray tentang hukuman yang diberikan.

Suasana lapangn basket yang ramai memberi sensasi rasa miris pada Yayas.Semua siswa menatapnya ngeri bahkan mereka tak ingin capek-capek bertanya tentang kebenarannya sekalipun itu Dera.

Taxi blue bird berjalan perlahan membelah jalanan ibukota..Tidak ada alasan untuk menangisi yang terjadi tadi disekolah.
Anggap saja Yayas kecewa, anggap saja dia patah hati karena Dera, dia bahkan tidak menolong Yayas menjelaskan yang terjadi bahkan seisi kelasnya tiba-tiba menjadi bisu karena cewek yang ditamparnya adalah El tapi lebih dari itu apa yang harus dia bilang pada orang rumahnya jika seminggu ini dia hanya diam dirumah.

Yayas mendorong pintu pagar membuat bunyi berderit, beberapa karyawan papanya bahkan sedikit kaget.
Yayas tersenyum simpul memperlihatkan lesung pipinya..
Langkahnya gontai saat masuk kerumah,ada perasaan bersalah yang tiba-tiba menelusup kerongga dadanya.

"Massss....Mas Andreeeeee" teriak yayas manja.
Andre yang sedang memutar lagu alternative rock dari kamarnya berlari cepat kearah ruang tengah..

"Napa sih dek?" tanya Andre bingung

"Aku diskors sama Romo" Ucap Yayas sembari menghapus kasar air matanya.

"Hah?" Andre melongo

"Aku nampar El tadi"ucap Yayas sambil meraih tissue di meja kopi.

"Hah?"

"Aku diskors, sekarang aku bingung harus gimana ngasih tau sama papa dan mama" Yayas tampak frustasi

"Emang berapa hari diskorsnya Yas?" kamu kenapa ?" Andre masih terus bertanya, dia belum mengerti apa yang dibuat Yayas sampai bisa diskors .

Yayas kembali menarik tissue dan membersit hidungnya

"Seminggu" ucapannya menggantung dan kemudian dia kembali bicara "Aku dibilang bitch sama dia,sakit banget Mas, kesel juga" Yayas mengadu seperti anak kecil.
Andre mendekat kearah Yayas, memeluknya dengan sayang dan mencoba memberikan sedikit ketenangan pada adik satu-satunya.

"Ya udah sekarang kamu istirahat dulu dikamar nanti Mas bantuin kamu nyari jalan keluarnya" Andre mengerling nakal kearah manik mata Yayas mencoba mencairkan suasana hati adiknya yang beku.
Yayas menggangguk menyetujui usulan kakaknya.

-----------
Hari ini aku ngetiknya sambil nunggu hujan reda..Moga dapet feelnya


The Best of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang