5#MOVE ON

32 2 0
                                    

Ternyata seberapa besarpun kita berusaha..Seberapa besarpun kita berjuang..Jika hanya cinta sendiri tidak cukup mampu untuk bilang baik-baik saja..Smuanya akan terasa menyakitkan semenyakitkan orang yang kita cinta tanpa balik mencintai.

Yayas memulai hari ini dengan satu tekad untuk merubah paradikma berpikir orang lain tentang dirinya.

Dimulai dari hari ini..

Dia melangkah memasuki kelas yang seminggu tidak dimasukinya, auranya masih tetap sama. Datar.

Penataan kursi juga masih tetap berbentuk huruf U, tidak berubah. Namun pilihan yang paling tepat adalah pindah dari samping cowok frezzer yang berhasil buat hatinya patah.

Perlahan Yayas berjalan pelan kearah Ray yang tampak sedang mengamati hasil jepretannya, Ray memang memiliki hobby fotografi tak heran kemanapun Ray pergi dia tidak bisa jauh dari kameranya.

"Ray lo keberatan gak kalo gue duduk disebelah lo?" tanya Yayas kikuk.
Ada rasa tak enak hati saat dia bicara, dia takut kalau-kalau Ray menolak permintaannya.

Ray menatapnya sambil tersenyum "Oh..Boleh banget" Ucap Ray sambil menggeser kursi tepat disebelahnya.

Yayas menatap Ray seolah dengan tatapan sendunya Ray dapat mengerti jika Yayas ingin berterima kasih.

"Udah santai aja, gue care sama lo kok" ucap Ray tulus.

Pelajaran kedua telah berakhir menandakan tinggal satu mata pelajaran lagi mereka akan pulang, Yayas memanfaatkan sisa waktunya untuk mengejar pelajaran yang tertinggal seminggu ini.

Yayas menggeser duduknya mendekat kearah Ray.

"Ray..bisa minta tolong gak?" tanya Yayas dengan sorot mata yang sulit terbaca.

"Yups?" tanya Ray bingung.

Yayas memegang empat buku bersampul coklat. Dengan ragu-ragu dia menyodorkan pada Ray

"Tolong dong kembaliin buku yang dipinjemin Dera sama gue waktu gue kena skors" Mata Ray melotot namun dia tidak bertanya apapun.

Sebenarnya Ray tidak percaya dengan apa yang didengarnya tapi dia sangat mengerti jika hubungan Yayas dan Dera tidak sedang baik, bertanya hanya akan memperkeruh suasana.

Ray melangkah kearah bangku Dera, lantas berbicara sedikit dan kembali ketempat duduknya.

Yayas ingin bertanya tapi diurungkan kembali niatnya saat dia melihat Dera kembali asik dengan pensil ditangannya.

"kelihatan banget dia gak peduli sama gue " bisik hati Yayas

"Lo mau nanyain gue responnya si Dera waktu gue balikin bukunya kan?" Ray menunjukan seringainya.

Yayas mencebik, tapi jauh dilubuk hatinya memang dia ingin tahu respon Dera yang membuat hari-harinya jadi galau.

"Dia kelihatannya datar-datar aja gak ada respon" bisik Ray pelan

Yayas mengalihkan matanya kearah Dera, dasar frezzer sekali dicuekin malah balik nyuekin!! keseeeeellll..

Keadaan rumah minimalis berlantai dua terkesan sepi tak seperti biasanya karyawan Dito juga tak terlihat.
Yayas membuang asal tasnya di sofa ruangan tengah dan berjalan kearah gazebo, ternyata Andre sedang duduk sendiri sambil menyesap espresso-nya.

"Mas?" Yayas memanggil Andre pelan, ditatapnya kakak laki-laki yang terpaut 7 tahun darinya. Wajahnya kusut.

"Whats wrong with you Mas?" tanya Yayas sambil menaikan dua alisnya berusaha menggoda

The Best of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang