6# Tetap Cinta

6 0 0
                                    

Dua setengah tahun kemudian..

Awalnya Yayas merasa terlalu cepat menyukai Dera. Awalnya Yayas berharap rasa ini salah. Mungkin hanya rasa ngefans yang terlalu meletup letup, tapi ternyata setelah semester satu berganti dua bahkan tiga, empat dan lima rasanya tetap sama bahkan semakin menjadi. Anggap saja dia gila menyukai cowok selabil Dera.

Jika dilihat dari rupa, Dera bukanlah tipikal cowok macho yang tajir melintir, tampangnya cakep tapi juga tak secakep Radit si kapten basket senior mereka dulu. Dia terlalu biasa untuk ukuran "Yayas".

Tapi Yayas cinta. Menurut Yayas Dera pintar, pendiam, suka bermain "aman", doyan olah raga lari tak suka grasak grusuk. Dera berbeda. Dengan kata lain Dera kelewat lempeng.

"Ngapain Yas?" Tania masuk kekelas sambil cengengesan duduk disebelah Yayas.

Selain Tania dan Ray , Tata juga dekat dengan semua teman sekelasnya. Sejak semester tiga El dan ganknya berpindah kekelas IPS sedang Yayas masih terus sekelas dengan Ray dan Dera.

"Lamunin sepupu gue lah apa lagi?" Jawab Ray nyinyir.

Mata Tania melotot kearah wajah Yayas "Astaga Yas, gak ada yang lain? Demen banget sama  si lem kastol"

Yayas mendengus jengah "Makanya bilang dong Ray sama sepupu lo, balik cinta sama gue dikit napa sih. Gue kan gak jelek juga kali" Yayas berkata frustasi.

"Cari yang lain aja sih Yas, udah hampir tiga tahun gak berbalas cinta lo. Mupeng sendiri kan?" Ray duduk sambil menopang dagu dikedua tangannya.

"Ahh gue tuh udah kejebak pesonanya dia, dipelet kali guenya" Yayas mendesah pasrah lebih kearah hampir menyerah.

Sementara itu Tania mengambil bedak padat make over miliknya sambil memoles perlahan keseluruh area wajah, lalu sesekali mengedipkan matanya centil.

"Kampret dasar emang lo. Cinta ya cinta aja jangan pake alesan dipelet segala. Lo gak capek apa ngejar terus terusan. Move on dong" Suara cempreng Tania Wijaya membuat Ray dan Yayas langsung menutup telinga.

"Lagi ngobrolin apa?" Andika datang sambil menyeka keringatnya. Kemudian memilih duduk disebelah Yayas.

"Apa lagi kalau bukan ngobrolin si lem kastol Dera" Gantian Tania yang nyinyir.

" Yayas kurang apa sih, ngejar udah, dimaki maki juga udah apa lagi coba?" Wajah Yayas seketika memerah menahan malu. Tapi Tania memang benar. Satu sekolahan juga tahu jika dia mengejar Dera, jika dia memuja, jika rasa malunya sudah terpangkas habis. Ya itu semua benar adanya. Hanya saja mungkin rasanya yang salah.

"Lo serius?" Tanya Andika seperti ingin lebih teryakini.

Ray dan Tania sontak mendengus kesal "Elaaaahhh udah hampir tiga tahun lo baru nanya,  kemana aja lo. Dasar gak peka sama temen sendiri "

"Kan gue nanya. Kok lo pada nyinyir sih. Kayak si lambe aja tampang lo bedua"

"Gue baru nyadar pantes ada si Pipit milih Erlan, ternyata lo sebego itu bro" Tania memutar bola matanya malas.

"Eh si Dera masuk tuh" Tania berbisik pelan hampir tak terdengar.

Dera masuk sambil memegang handuk putih kecil ditangannya. Seperti biasa tampangnya datar, tak peduli dengan sekitarnya.

"Der lu bimbel dimana?" Tania melempar pertanyaan yang sebenarnya kode keras untuk Yayas. Dia sengaja bertanya agar Yayas bisa tahu dimana Dera les dengan begitu Yayas akan lebih mudah bertemu pujaan hatinya.

Dengan tampang lempengnya Dera masuk dalam jebakan pertanyaan Tania.
"Bina Prestasi" Jawaban Dera singkat tapi cukup memberi harapan untuk Yayas. Tak masalah jika harus dicueki yang penting sebelum tahun terakhir masa SMA nya dia dapat berusaha maksimal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Best of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang