7#TRY AGAIN

22 0 0
                                        

"Muka lo kecut banget tau gak?" Ray menyikut lengan Yayas yang sedang digunakan untuk menopang dagunya.

Yayas mendengus.

"Sepupu lo narik ulur hati gue seenak jidat dia, emang sih gue cinta setengah mati sama dia tapi gak kayak gini juga kali" Yayas mengembungkan pipi tirusnya.

"MAKSUD LO?" Ray mulai kepo.

"Semalem tiba-tiba ngajak gue chat berakhir dengan ngajak hangout, lagi seru-serunya cerita di kafe seenaknya aja narik gue pulang. Emang gue babunya?" Yayas mengerucutkan bibir tipisnya.

"Emangnya lo cerita apa sampai dia narik lo pulang?"

Akhirnya Yayas menceritakan semuanya dan sontak membuat Ray tertawa.

"Kenapa?!"  bentak Yayas marah.

"Itu tandanya dia cemburu, gak peka banget jadi cewek" Ray masih senyum mengejek.

"Masa sih?"Yayas mendelik. "Itu gak mungkin sepupu lo kayaknya jijik deket sama gue" Suara Yayas mencicit pelan. "Tapi kenapa juga dia semarah itu sama gue?" tanya Yayas frustasi.

Ray mengecilkan suaranya " Lo pernah denger psikosomatik nggak?" tanya Ray setengah berbisik.

Yayas menggeleng lemah.

"Sepupu gue mengalami itu" ucap Ray menempelkan bibirnya ditelinga Yayas.

Yayas melotot.

"Jadi psikosomatik itu semacam gangguan emosi dimana si penderita jika mengalami rasa cemas, cemburu, marah, iri atau
khawatir akan mengalami sakit fisik pula seperti wajah pucet, mual, muntah, jantung berdebar, keringetan bahkan bisa nonjok orang itu yang buat dia gak nyaman deket sama orang lain selain keluarganya" Ray menjelaskan panjang lebar.

"Minder gitu?" tanya Yayas persis orang bego.

"Tuh pinter lo" Ray menjentikan jarinya ke kening Yayas yang langsung membuat Yayas mengaduh.

"Bentar Yas" Tiba-tiba Ray mendekat, menyisakan beberapa senti saja jarak antara mereka. Ray memiringkan kepalanya makin dekat "Lo belekan Yas?" tanya Ray jahil.

"Ih lo gila ya?" Yayas langsung memberi hadiah pada Ray berupa cubitan keras . Ray melenguh keras.

BRAKKKK..Bunyi hempasan tangan dimeja membuat beberapa pasang mata didalam kelas memandang heran kearahnya.

Sosok tinggi tegap itu melangkah gusar kearah pintu kelas, setengah berlari Yayas mengikutinya.

Langkah Yayas yang kecil sesekali bertubrukan dengan langkah-langkah lain yang sedang berjalan.

Yayas berbelok kearah toilet pria diseberang kanan sekolah, Toilet di Geovany dirancang menyerupai toilet dimall-mall besar ibukota menampilkan kesan berkelas dan mewah.

Dilihatnya Adera sedang membasuh wajah dari keran air yang mengalir, dia mendongak ketika bayangan Yayas muncul dicermin depan wastafel. Gadis mungil dengan jas kotak-kotak plus sepatu Nike dengan kaos kaki putih polos pendek yang membalut betis putih mulusnya.

"L..Lo kenapa?" tanya Yayas gugup.

Adera menatap nyalang, menunjukan kemarahannya. Dia sangat menakutkan.

Perlahan alarm tanda bahaya dikepala Yayas berbunyi, dia mundur beberapa langkah namun sial Dera makin mendekat. Yayas kehabisan ruang gerak saat punggungnya menyentuh dinding toilet.

Dera menatapnya marah, dicengkramnya bahu Yayas yang kecil, ditubruknya ketembok dengan kasar. Yayas meringis.

Dera mencengkram dagu Yayas dengan ibu jari dan telunjuknya, kemudian bibir nya mendekat kearah bibir tipis Yayas menghisap dengan kasar, melumatnya tanpa ampun
membuat air mata gadis itu perlahan jatuh.

The Best of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang