Perdebatan itu pun tak kunjung selesainya. Buku itu pun akhirnya menjadi rebutan oleh kami berdua. Hingga pada akhirnya, aku berhasil mendapatkan buku itu. Dan aku buka buku tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Teddy. Hingga pada suatu halaman di buku itu aku menemukan selembar kertas foto yang menjadi misteri bagiku.
"Ted?" tanyaku dengan sedikit rasa heran.
"Apa?" balasnya singkat.
"Mengapa ada foto Tiara di dalam buku ini?" tanyaku lagi.
"Maafin aku, Boy. Jadi....," jawabnya dengan perasaan sedih.
"Ada apa, Ted? Cerita aja ke aku kenapa ada foto Tiara di buku itu," jawabku.
"Jadi sebenarnya aku beberapa hari terakhir ini rindu sama Tiara. Kamu tahu sendiri kan sejak kita lulus, gak ada kabar lagi dari dia. Rasanya kayak khawatir gitu sama dia kenapa kok gak ada kabar," curhatnya ke aku.
Memang, beberapa hari terakhir Teddy sering melamun memikirkan sesuatu. Entah apa yang dipikirkannya. Namun setelah mengetahui apa yang dipikirkan Teddy, aku pun juga ikut kepikiran. Apalagi kalau bukan tentang Tiara, sahabatku sejak aku duduk di bangku SMA. Hmm....
"Ketahuilah, Ted. Sebenarnya aku juga rindu sama dia, terlebih lagi sampai sekarang dia tak kunjung memberi kabar. Tapi yang membuat aku bingung, kenapa kamu sampai memandangi fotonya seperti tidak ada hal lain di dunia ini yang bisa kamu kerjakan? Yang aku tahu, kehidupan tidak hanya dihabiskan untuk memandangi foto seseorang, kan?" curhatku pula.
"Iya, Ted. Aku tahu itu. Tapi entah kenapa ada rasa ingin ketemu lagi sama dia. Ingin ungkapin semua isi hatiku ke dia," jawabnya.
"Tapi kan kamu tahu sendiri dia gak ada kabar. Aku juga udah berulang-ulang tanya ke anak-anak jawabannya juga sama gak ada kabar," jawabku.
"Udah yang sabar aja, Ted. Siapa tahu di sana dia juga kangen sama kamu, eh salah, kita maksudnya. Doakan aja yang terbaik buat dia. Pasti doamu gak akan ditolak kok. Percaya deh," jawabku memotivasi Teddy yang tengah dilanda kerinduan yang tak menentu itu.
"Hmm... iya kamu benar juga, Boy. Mungkin aku aja yang terlalu kangen sama dia. Sampai-sampai aku lupa sama urusanku sendiri. Aku gak mungkin kayak gini terus," balas Teddy dengan nada yang lebih bersemangat.
"Tapi....," tambahnya.
"Tapi apa lagi? Kurang cukupkah kau merindukan dia?" jawabku.
"Bukan masalah itu!" balasnya.
"Lalu?" tanyaku lagi dengan rasa penasaran.
"Udahlah, pikiran positif aja. Aku yakin kok dia gak apa-apa. Udah, mending kita sekarang ke warung. Kasian ibu gak ada yang bantuin jaga," tambahku sekali lagi.
"Okelah, Boy. Ayo," jawabnya.
Teddy pun akhirnya mau memahami maksud pembicaraanku tadi. Dia yang awalnya terlihat sangat merindukan Tiara (pun demikian dengan aku) akhirnya mulai mengubah sikapnya. Paling tidak sudah tidak seperti tadi ketika ia harus mengurung diri selama berjam-jam. Membuang-buang waktu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Terpendam
Teen FictionSetelah Tiara menolak cinta Teddy, kepribadian Teddy pun mulai berubah yang ditunjukkan dengan perilakunya kepada orang-orang di sekitarnya. Namun ia sadar bahwa berdiam diri tak dapat menghilangkan perasaannya kepada sosok Tiara yang dicintainya. H...