Anjangsana

32 1 0
                                    

Tak terasa ujian akhir semester telah berada di depan mata. Inilah waktu yang tepat bagi kami untuk menunjukkan ilmu yang telah kami miliki selama ini. Masih ku lihat Teddy yang tampak seperti biasanya. Masih dengan rasa semangatnya yang seolah-olah tak pernah padam. Tiba-tiba Teddy memanggilku.

"Boy?" sapanya.

"Apa, Ted?" balasku.

Aku terkejut dengan pakaian yang dikenakannya. Tak seperti yang biasa dipakai sebelumnya. Dia terlihat gagah dengan pakaian yang dikenakannya itu. Maklum, beberapa hari lalu ia baru membeli pakaian baru hasil dari tabungannya selama ini.

"Astaga, Ted. Keren banget kamu dengan pakaian gitu. Ada apa gerangan nih?" kagumku.

"Haha. Santai aja lah, Boy. Masak Teddy tampil gitu-gitu aja. Gak keren itu namanya," balas Teddy.

"Halah, lagu yang ada di HP kamu aja masih lagu-lagu lama. Pake sombong segala. Inget tuh kamu dulu kayak gimana," balasku.

"Bercanda lah, Boy. Jangan marah gitu dong. Eh, aku mau ngajak kamu ke kampusku. Mau enggak?" Teddy mengajakku.

"Kalau aku sih mau-mau aja. Kebetulan aku juga lagi nganggur nih libur kuliah," jawabku antusias, "tapi ngapain emangnya di sana?"

"Iya aku pengen kenalin teman-temanku ke kamu. Siapa tahu kamu bisa dapet gandengan baru di sana," katanya.

"Ah, bisa aja kamu, Ted. Tapi kalo emang ada yang cantik bolehlah kenalin ke aku. Kesepian nih," kataku.

"Hmm.... kamu terlalu berharap, Boy. Udahlah kamu mau enggak?" tanyanya lagi.

"Okelah. Tapi aku ganti baju dulu ya. Tungguin!" pintaku.

Aku dan Teddy langsung bergegas. Jarang sekali aku mendapat kesempatan untuk berkunjung ke kampus Teddy. Apalagi kegiatan di kampusku yang sangat padat dan rasanya tidak ada waktu luang bagiku untuk mengembangkan diri di luar.

Rindu TerpendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang