Rindu yang Tersampaikan : Jatuh Lagi....

32 1 0
                                    

Ku perhatikan dia selama dia berbicara dengan Tiara melalui HP-nya. Terdengar jelas olehku dia menumpahkan segala isi hatinya yang bahkan aku pun tak tahu. Ingatannya seperti kembali ketika masih sekolah dulu. Belum pernah aku lihat Teddy seperti ini. Ya, aku pun sebenarnya juga iba melihat perasaannya seperti itu. Apalagi, ketika Tiara menolak cinta Teddy waktu SMA dulu.

Tapi, seiring waktu yang terus berjalan, sebenarnya Teddy harus bisa merelakan itu. Merelakan apa yang seharusnya memang bukan miliknya. Tapi aku tak tahu harus bilang apa ke Teddy untuk melupakan Tiara. Tampaknya jiwanya telah 'terprogram' untuk satu orang yang sangat dicintainya, yaitu Tiara. Ah... Teddy, mengapa kamu menyerah begitu cepat? Baru aku lihat kamu yang kemarin bersemangat menjalani hari-harimu sebagai anak kuliah (kedokteran pula) sekarang ambruk kembali hanya karena perasaanmu itu. Ah... serba salah rupanya.

"Memang sudah tak seperti dulu, tapi tampaknya masih terasa sampai sekarang," gumamku dalam hati.

Setelah bergalau-galau dengan perasaannya, dia langsung menghapus kegalauannya itu, meskipun sebenarnya aku yakin di dalam hatinya ia masih sedih. Hmm....

"Ted?" tanyaku.

"Iya? Ada apa, Boy?" balasnya.

"Kamu masih sedih gara-gara hal barusan?" tanyaku lagi.

"Eh.... enggak kok, aku malah seneng bisa teleponan sama dia. Bisa aku omongin segala isi perasaanku ke dia. Rasanya lega gitu," katanya dengan nada sedikit mengelak.

"Beneran ta? Jangan bohong deh, aku tahu perasaanmu lho...," aku berusaha menyindirnya.

"Beneran kok, tenang aja hehe," dia meyakinkanku.

"Hmm... okelah okelah," jawabku.

Aku pun langsung mengiyakan saja perkataan Teddy daripada aku harus berdebat lagi dengan dia. Memang, sebenarnya masih ada keraguan dalam diri ini mengingat perkataan Teddy tadi. Tapi, okelah dengan saudara sendiri, berpikir positif sajalah....

Rindu TerpendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang